17. Terkuak

3K 221 3
                                    


Saat ini Halimah tengah berada di K-Cafe, iya, Halimah memenuhi permintaan Key untuk bertemu dengannya.

Key belum datang, jadi Halimah memutuskan untuk sekedar memesan minuman. Tangannya ia lambaikan pada pelayan kafe.

"Mau pesen apa, mbak?" tanya pelayan yang Halimah perkirakan berumur kurang dari dua puluh.

Halimah membolak-balik buku menu lalu pilihannya terarah pada, "Green tea latte aja satu."

"Baik, satu green tea latte. Ada yang lain?" tanyanya yang Halimah balas dengan gelengan.

Pelayan itu berlalu.

Ting! Bel kafe itu berbunyi. Halimah mengalihkan pandangannya ke arah pintu masuk, dan benar saja Key yang datang.

Halimah melihat Key celingak-celinguk seperti mencari sesuatu, tentu saja dirinya. Halimah melambaikan tangannya ke arah Key, lalu gadis dengan rambut panjang itu menghampiri Halimah.

"Sori, mobil gue mogok tadi, nunggu lama?" ujar Key setelah sampai di meja dimana Halimah berada, lalu duduk di kursi yang berhadapan langsung dengan Halimah.

"Enggak kok." ujar Halimah tersenyum singkat.

"Bagus kalo gitu, btw lo mau pesen makan dulu?" tanya Key.

Halimah menggeleng, "Gak usah. Tadi aku udah pesen minum, maaf gak mesenin, abisnya gak tau selera kamu." ujar Halimah lembut.

Key tertawa ringan, "Kalo gitu gue pesen dulu." ujar Key seraya melambaikan tangan pada pelayan yang sedang tidak sibuk kelihatannya.

"Mbak, saya pesen orange juice aja satu." ujar Key sesaat setelah pelayan itu datang menghampirinya.

"Satu orange juice ada tambahan lain kak?" tanya pelayan yang dibalas gelengan oleh Key.

Setelah pelayan itu berlalu, Key mulai mengalihkan atensinya pada Halimah.

"Ra?" panggil Key berusaha mengambil fokus Halimah yang sedang memperhatikan seorang anak kecil yang tengah bercengkerama dengan orang tuanya, diam-diam Key tersenyum prihatin.

"Eh? Apa Key?"

"Gue mau nanya sesuatu," ujar Key terpotong karena pelayan yang datang membawakan pesanan mereka berdua.

Key memperhatikan pelayan yang menata minuman pesanan masing-masing di depan Halimah dan dirinya.

Setelah pelayan berlalu, kembali Key melanjutkan ucapannya yang sempat tertunda. Key membuka tasnya lalu mengeluarkan sebuah amplop berwarna putih dari dalamnya, "Maaf. Bukan maksud gue lancang, tapi waktu itu pas gue bebenah buat minggat dari rumah Azka, gak sengaja mungkin barang lo gue masukin." ada jeda sebentar sebelum Key melanjutkan ucapannya, "Gue... Udah liat, Ra lo—" Key tak mampu melanjutkan ucapannya, Halimah hanya menghembuskan nafasnya. Akhirnya, rahasianya terkuak. Rahasia yang mati-matian ia tutupi.

Halimah menggenggam lengan Key, "Gak pa-pa Key." ujar Halimah tersenyum hangat, Key yang melihat ketangguhan Halimah tak kuasa menahan air matanya yang sedari tadi mendesak ingin keluar.

"Gak pa-pa gimana, Ra? Lo di diagnosis penyakit yang bahkan belum ada obatnya!" kalimat itu mengalir begitu saja dari mulut Key, jujur, Halimah ingin sekali berteriak kalau ia juga tidak bisa menerima semua ini. Halimah ingin protes kepada Tuhan mengapa ia diberi cobaan seperti ini? Tapi, ia hanya bisa tawakal karena ini memang sudah jalan hidupnya.

"Aku gak mau kamu mandang aku lemah, Key. Aku gak mau semua orang mandang aku seolah-olah aku ini sesuatu yang sangat rapuh, yang harus dijaga." ujar Halimah dengan suara yang sudah serak menahan tangis.

[1] Halimah, I Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang