9. Halimah dan Faqih

3.6K 273 5
                                    

     "Kenapa?"

     Saat ini Azka dan Halimah tengah berada di gerbang sekolah Azka. Setelah sudah bicara dengan Pak Amin tadi, tak banyak yang Pak Amin ucapkan hanya himbauan agar Azka lebih rajin bersekolah karena mengingat ia sudah kelas 12.

     "Kenapa apanya?" Tanya Halimah pada Azka yang langsung bertanya 'kenapa' setelah lama terdiam.

     "Kenapa lo mau ke sekolahan gue? Dan mengaku sebagai tante gue?" Azka bertanya seraya melipat tangannya di dada. "Dan darimana lo tau ada panggilan ke sekolah?" Lanjut nya.

     Halimah tersenyum memandang ke arah tangannya, "Maaf lancang, kemarin aku lihat surat itu di kamar kamu." Jelasnya.

     "Lain kali jangan lancang." Ujar Azka seraya melenggang pergi meninggalkan Halimah yang tersenyum.

****

     Halimah masuk ke dalam rumah keluarga Prasetya. Iya setelah dari sekolahan Azka, Halimah langsung pulang dengan menaiki Taksi.

     "Assalamualaikum." Ujar Halimah pada saat membuka pintu.

     "Wa'alaikum salam, neng Halimah? Maaf neng gara-gara saya neng yang harus ke sekolahannya den Azka." Ujar Bu Nur.

     "Gapapa bu, lagian sekarangkan Azka juga tanggung jawab aku. Omong-omong bagaimana keadaan anak ibu sekarang?" Tanya Halimah.

     "Alhamdulillah sudah mendingan neng, neng Halimah hebat yah. Udah bisa mandiri di usia yang masih sangat muda." Puji Bu Nur pada Halimah yang saat ini memakai pakaian syar'i berwarna navy.

     "Ibu ini bisa saja, ya sudah saya ke atas dulu yah bu? Sekalian mau ngecek tamu bulanan saya sudah beres apa belum." Pamit Halimah yang diangguki oleh Bu Nur.

     "Monggo, neng."

     Halimah naik ke atas menuju ke kamarnya. Ia bergegas ke kamar mandi, rupanya haid nya sudah beres. Ia lupa ini sudah 3 hari ia haid dengan segera Halimah melaksanakan mandi wajib untuk membersihkan hadats nya.

     Setelah selesai, Halimah menggelar sajadahnya untuk melaksanakan sholat dzuhur.

     Halimah menambahkan rawatib pada sholat nya. Setelah sudah melaksanakan kewajibannya, Halimah memanjatkan do'a.

     "Ya Alloh, ya Tuhan kami, ya Alloh engkau maha Mengetahui segalanya, hambamu hanya ingin dijadikan pribadi yang lebih baik lagi, bersihkan hati hamba dari segala iri dan dengki ya Alloh, karena jujur rasa itu masih selalu ada di dalam diri hamba ya Alloh." Halimah mengusap telapak tangannya pada wajahnya mengamini do'anya. Halimah memilih bersholawat dan berdzikir.

     Jari-jarinya ia gunakan sebagai tasbih, ia lupa tasbihnya putus kemarin entah ada pertanda apa ia harap bukan sesuatu yang buruk.

     Bibirnya berhenti mengumandangkan sholawat saat pintu kamarnya ada yang mengetuk.

     "Neng, ini saya. Di luar ada tamu katanya mau ketemu neng Halimah."

     "Iya bu sebentar." Halimah melipat mukenanya dan segera mengenakan kerudungnya. "Tamu? Siapa? Aku kan ga ada rekan di Jakarta."

     "Dimana bu?" Halimah bertanya pada saat membuka pintu kamarnya.

     "Di ruang tamu neng, yaudah ibu mau lanjut masak dulu kalo begitu." Ujar Bu Nur yang diangguki Halimah.

     Halimah menuruni tangga melihat seorang pria tengah duduk membelakanginya.

[1] Halimah, I Love You [ END ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang