Kamu cowoknya, apa pembantunya, Dek?
***
"Aku mau ke Gramedia!"
"Ngapain?"
"Ya ada buku yang mau aku belilah."
"Penting?"
"Ya penting, mau dipake buat hari Senin."
"Ya udah besok aja, ya?"
"Tck, nggak mau. Kamu 'kan kalo minggu selalu absen. Yang nyokap kamu minta diantar ini, itu. Jadi aku udah janjian duluan sama Rena, Dina buat ke mall."
"Tapi hari ini dia ulang tahun."
"Kamu aja nggak inget ulang tahun aku!"
Gue senyum, lalu ngusap jemarinya yang terselip dalam genggaman dengan ibu jari. I like girls when they are pouting, tapi kalau udah masalah cewek lain, kecemburuan mereka bisa sangat nggak masuk akal. Jangankan cute, kesel gue ngelihatnya.
"Kita kan baru jadian, jadi aku belum tahu semua tentang kamu waktu itu," bisik gue mesra di telinganya.
"Kamu aja lupa ultah papi aku!" imbuhnya.
Astaga. Ngapain juga gue mesti inget-inget ultah bokapnya?
"Ultah anaknya yang kusayang aja waktu itu aku lupa, masa ultah papinya malah inget. Ntar kamu makin cemburu, dong?" Gue gombalin aja.
Muka Emma-cewek gue-malah makin kecut, bahkan pake ngejauhin dagu yang mau gue colek.
"Kamu emang paling bisa ngeles. Aku 'kan malemnya udah ingetin supaya SMS papi karena dia ulang tahun."
"Kan waktu itu aku habis pulsa, Yaaang ...."
Padahal gue bohong. Ya kali masa gue SMS bapak-bapak umur 50-an buat ngucapin ulang tahun? Anak perempuannya aja baru gue ajak jalan belum ada sebulan waktu si bokap ultah, bahkan ketemu aja belum pernah, apa katanya entar? Lagian ... keluarga Emma ini ultahnya deket-deketan banget, sebulan gue jalan ama dia, adaaa aja yang ulang tahun. Bokapnya, kakaknya, adek sepupunya, ponakannya yang masih bayi, untung emaknya udah cerai sama si bokap dan Emma nggak terlalu suka sama keluarga baru nyokapnya, jadi gue nggak didesak-desak suruh ngucapin selamat.
"Aku udah bilang jauh-jauh hari lho kalau Sabtu ini nggak bisa ngajak jalan," kata gue akhirnya buat mengalihkan pembicaraan, daripada panjang urusannya kayak kasus Ahok sama FPI kalau masih ngotot-ngototan siapa yang bener ama cewek, ya kan? "Cuma sekali ini aja, I am all yours after that."
Emma mengembuskan napas lewat mulut sambil putar bola mata. Wajah manisnya dibuang ke arah berlawanan dari gue. Bibirnya cemberut. Bola matanya diedarkan ke segala penjuru sambil sesekali kelopaknya mengedip mirip mata barongsai.
Hari ini Kiki ulang tahun dan kami selalu saling datang ke rumah satu sama lain buat makan malam keluarga tanpa pernah terlewatkan sepanjang sembilan belas kali ulang tahun kami. Seminggu lalu saat gue ultah, Emma ikut hadir. Mama terpaksa ngizinin dia datang karena nggak mau ritual keluarga kami terlewat tahun ini. Terang aja, Emma sukses dikacangin orang serumah, sampai-sampai gue harus ngebujuk dia supaya berhenti ngambek sampai tiga hari tiga malem. 'Sembuh'-nya malah seudah gue berhenti ngebujuk.
"Emang harus gitu ya kamu dateng ke rumah dia sampai sekeluarga gitu?" tanyanya sinis, dengan ekspresi super meremehkan.
"Harus," jawab gue tegas. "Bukan hanya aku dan Kiki yang sahabatan, tapi mama kami juga. Dari dulu mereka selalu ngerayain ulang tahun kami bareng-bareng. Lo juga udah lihat mama, kan? Betapa ngototnya dia kalau soal ritual yang satu ini? Lagi pula, selama aku masih serumah sama orang tua, ya aku ikut aturan mereka."
KAMU SEDANG MEMBACA
Sweetheart in Your Ear [SUDAH TERBIT]
Ficção AdolescenteMilo Sayaka mulai merasa tersisih saat sahabat yang selalu menjadi bayang-bayangnya akhirnya memiliki tambatan hati. Setelah belasan tahun ia selalu ada untuk melindungi Kiera Zelma karena keterbatasan gadis itu, Saya tak pernah menyangka akan ada...