8. Strategi Pendekatan Kak Juna

9.8K 1.6K 167
                                    

What are you? Five year old?


*

Dari semalem gue nimang-nimang ponsel terus sampai Kak Kita curiga. Nggak biasanya gue diem aja di kamar, bukan nyanyi-nyanyi, main gitar, atau masang musik kenceng-kenceng dan bikin dia senewen. Dia pikir gue masih mikirin ancaman Emma, padahal gue cuma lagi bimbang antara nerima permintaan pertemanan Kak Juna di Facebook, atau enggak.

Agresif juga Kak Juna nge-add Kiki duluan, kemudian gue. Semua cowok juga pasti punya strategi yang sama kalau mau PDKT sama cewek yang punya sahabat cowok, yaitu jangan sampai punya masalah sama sahabatnya, kalau perlu jadiin sahabatnya temen duluan. Apalagi kami memang punya banyak alasan buat menjalin pertemanan di sosial media.

Dan dia suka es krim rasa green tea kayak gue, katanya? Ini nggak bagus. Terlalu banyak kesamaan.

Dia sempet lihat komen gue sebelum dihapus nggak, ya? Shit. Ngapain juga gue hapus? Saking pissed off-nya lihat dia ikutan komen di foto Kiki, gue refleks pencet delete comment. Kayak gue nggak mau aja sekolom ama dia karena bikin gue ngerasa nggak lebih istimewa. Biasanya juga cuma gue, Kak Kita, Kak Tessa, jauh-jauh palingan Heru yang komen di postingan Kiki.

Ngomong-ngomong Heru ... kayaknya gue ngerasa ada aroma kandang ayam dari balik badan gue.

"Sayaaa ...ng...."

Gue pura-pura muntah.

Nggak usah ngecek siapa yang manggil juga gue tahu, apalagi waktu ditambah tabokan kenceng di bahu. Dengan cekatan gue kunci layar ponsel dan menyimpannya di saku sebelum si ayam kate kepo. Pasti dia udah ngeliat aja gue bengong menimang ponsel sejak tadi, bukannya langsung ke kelas. Kelas memang baru mulai dua puluh menit lagi, gue duduk-duduk di taman kampus.

"Sendirian aja, emang lo beneran udah diputusin Princess Elsa?" tanyanya usil, sambil duduk di bangku panjang yang gue dudukin.

"Belum ketemu," jawab gue lesu.

"Pantesan muka lo tegang gitu kayak mau beranak," Heru mengekeh. "Hmmm ... tumben jaket kebanggaan dipakai, lagi ngerasa kalah sama pesaing lama, ya? Gue kirain lo udah sembuh dari luka lama lo yang kekanak-kanakan, atau jangan-jangan ... ada persaingan baru, ya, dengan objek yang sama?"

"Ngomong apaan sih lo, roti bantet?" gerutu gue. "Ngomong aja lo kayak petasan rawit, berisik tahu, nggak!"

Bukannya diem, Heru malah makin seneng gue nyolot, "Halaaah ... ngaku aja deh lo, kotak bumbu pawon, daun salam nyokap lo kering ngatain Derby Romero roti bantet," balesnya.

"Serius, lo ngomong apaan gue nggak ngerti. Kebanyakan ragi sih lo makanya omongan lo ngembang nggak ada isinya."

"Emang sih ya ... obat nyamuk bakar zaman now suka jèles aja sama HIT anti nyamuk, lo pikir gue nggak tahu semalem lo hapus komenan di postingan Kiki gara-gara Juna ikutan nimbrung? Dasar lo, mentang-mentang nggak ada yang lebih bagus dari HIT."

"Tapi kan yang lebih mahal banyak," bales gue males-malesan. "Kok lo sempet ngelihat, sih?"

"Iya, dong, gue lagi online waktu Kiki posting foto. Kaget aja gue, gimana ceritanya properti yang lo simpan rapat-rapat kayak harta karun bajak laut bisa terendus sama Kapten Barbosa? Ada yang belum lo ceritain ke gue, hm?"

"Nggak ada."

"Kok bisa dia kenal Kiki?" cecar si ayam kate yang kayaknya nggak akan berhenti berkotek kalau rasa penasaran belum terjawab.

Sweetheart in Your Ear [SUDAH TERBIT] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang