My feeling might be right,
Because when I see you, my heart gets hot...
Because rather than fear,
My attraction to you is bigger,
I can’t stop this trembling...
On and on and on,
I wanna throw my all,
You are burning me up like this...
This love that’s like playing with fire...
*
Lao Lee Café, Moscow.
Hyra menyetujui apa yang Mama nya rencanakan, yaitu menjodohkan dirinya dengan pria yang bernama Marshall. Namun feeling Hyra akhir-akhir ini sedikit buruk mendengar huruf awal nama si Marshall itu. Mengingatkan dirinya dengan nama mantan suaminya, si brengsek Mikhail.
Hyra mengehembuskan napas lelah. Ia baru saja bertarung dengan operasi pembedahan tengkorak kepala pasien sekitar 7 jam lamanya sehingga orientasi Hyra terhadap waktu dan tempat sedikit terganggu. Saat ini ia malah harus menunggu si Marshall itu di sudut café yang sudah dipesan untuk pertemuan dirinya dengan Marshall.
Saat menolehkan kepala melihat ke arah kiri Hyra melihat seorang pria datang ke arahnya dengan membawa tabung gambar, salah satu ciri khas seorang arsitek. Perasaan Hyra semakin tidak enak.
Saat pria itu sampai di depan Hyra, ia menampilkan senyum menawannya. Siapapun akan luluh namun berbeda dengan Hyra ia sudah memberi label merah pada pria arsitek manapun karena sebelumnya seorang arsitek pernah menhancurkan hidupnya.
"Privet, ya Marshall..." Kata pria itu mengenalkan diri lalu mengulurkan tangannya untuk menjabat jemari Hyra.
Namun bukan mengulurkan tangan dan menyambut Marshal, yang Hyra lakukan adalah to the point menanyakan hal yang sangat ia benci yaitu, pekerjaan.
"Arkhitektor...?" Tanya Hyra langsung tanpa basa-basi. Hyra tidak ingin terjebak pada pria dari bidang pekerjaan itu lagi. Terlalu sulit bagi Hyra untuk melupakan dan bangkit, ia tidak mau membuat kesalahan lagi.
"Da, ya arkhitektor..." Jawab Marshall dengan yakin dibarengi senyuman hangat.
"I'm sorry Marshall, really sorry... I can't deal a relationship with an architect again... I leave... Nice to meet you..." Hyra berdiri lalu pergi meninggalkan Marshall yang mengerutkan kening bingung dengan penolakan langsung yang diutarakan Hyra.
*
3 days later...
Kualanamu International Airport, North Sumatra
Hyra baru saja mendarat di Kualanamu International Airport. Ia merenggangkan bahunya yang pegal setelah penerbangan dari Moscow yang cukup panjang dan melelahkan.
Hyra berencana akan menetap di kota Medan untuk batas waktu yang tidak bisa ia tentukan. Ia sendiri telah terdaftar sebagai dokter fellow di Kim International Hospital pada Department Neurosurgery.
Hal ini sudah ia rencanakan sejak Mamanya terus memaksa Hyra agar mencoba hubungan baru dengan pria-pria yanh disodorkan Mamanya. Hyra ingin pulang ke Indonesia, ia ingin memulai hal baru.
Hyra menghembuskan napas berat saat menatap dua koper dihadapannya. Ia benar-benar meninggalkan Moscow pada akhirnya. Ia benar-benar harus menempuh jarak ribuan mil untuk menghindari keputusan pelik yang akan mempertaruhkan masa depannya.
Bukan tanpa maksud mengapa Hyra bisa terdampar hingga berada di sini. Ia sebenarnya dalam usaha pelarian diri. Ia sudah muak dengan perjodohan yang direncanakan Mamanya. Dan yang terakhir telah membuat Hyra mendidih. Bagaimana bisa Mamanya menjodohkan dirinya dengan Marshall yang notabene adalah seorang arsitek. Luka yang diciptakan mantan suaminya bahkan belum sembuh total.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Aked
General Fiction(Alert...! Some chapters on privete mode). When someone destroy your heart. An architect will do reconstruction.
