Sadarkah kita terlalu hancur.
Hilang habis tak bersisa.
Tapi tak mampu ku menyerah.
Tertawan hati....
*
Hyra terus mendiamkan Adirga sepanjang perjalanan sejak pengakuan Adirga tentang profesinya bahkan ketika mereka sampai di basement apartment Hyra, mereka masih saling membisu.
Hal ini membuat Adirga merasa sangat bersalah. Ia tidak tau harus menjelaskan dari mana untuk meredakan gejolak amarah Hyra.
Ia makin kelimpungan saat Hyra bergegas keluar dari mobilnya tanpa memperdulikannya ketika ia tak membuka pintu seperti biasanya. Hyra benar-benar mencoba menghindarinya.
"Hey... Ra... What should I do now Ra? Aku jelasin boleh? Jangan diemin aku. Gabisa aku diginiin Ra..
Ra..." Kata Dirga frustasi sambil menahan lengan Hyra, namun Hyra masih tidak mau menatap ke arahnya. Entah apa yang ada dipikiran wanita ini tapi jelas membuat Adirga kelimpungan.
"Kamu tau aku benci kebohongan kan?" Kata Hyra datar dan terus menatap ke arah kaca samping mobil.
"Iya aku tau Ra. Aku tidak bermaksud berbohong. Hanya menunggu waktu yang tepat untuk bilang ke kamu. Tapi malah keduluan Mama." Kata Dirga dengan nada pelan dan penuh pengertian. Ia harap Hyra akan langsung paham. Namun sepertinya tidak, ia harus ekstra sabar menghadapi Hyra.
Hyra lamgsung membalikkan tubuh dengan raut wajah kesal lalu menatap Adirga yang seperti tidak mengerti dengan arti kekesalannya.
"Kamu paham situasinya kan? Ini bukan hal remeh." Kata Hyra ketus. Lagi lagi ia membuang muka ke arah jendela kiri.
"Oke aku paham. Sekarang situasinya sangat merugikanku, merugikan kita. Kamu butuh waktu untuk berpikir apa?" Adirga masih memegang lengan Hyra.
"Memikirkan kita harus selesai sekarang atau nanti."
"Hah?" Adirga mencoba mencerna apa yang baru Hyra katakan.
"Cepat atau lambat toh kita akan berpisah. Aku sudah terbiasa ditinggalkan." Kata Hyra hampir menangis.
"Gak. Kamu gila ya. Enggak ada kata pisah." kata Adirga menolak dengan keras.
Hyra diam dengan sikap tegas Adirga.
"Denger ya Ra. Aku gak mau ada kata selesai. Sekarang, besok, 10 tahun lagi. Gak kepikiran aku tuh ngelepasin kamu." Adirga mempertegas lagi.
"Jangan gombalin aku disaat begini."
"Siapa yang gombal. Ini aku lagi serius."
Hyra mendengus lalu melipat tangannya ke dada. Ia bersandar sebentar ke kursi lalu memejamkan mata sejenak.
"Bisa gak besok aja kita ngobrolnya. Aku capek. Capek banget rasanya." Hyra melepaskan lengannya dari Adirga dan buru-buru turun dari mobil.
Adirga tidak ingin membuang waktu. Ia segera menekan power engine agar mobilnya mati lalu bergegas menyusul Hyra yang sudah berlalu keluar mobil. Ia langsung menggandeng tangan Hyra dan membuat Hyra membuat tersentak kaget.
"Di... Please..." Hyra berusaha menolak dan melepaskan diri.
Melihat penolakan itu Adirga terdiam sesaat namun ia tetap mengikuti Hyra hingga sampai di depan unitnya. Membiarkan Hyra berpikir sejenak.
Adirga tau diri untuk tidak terus merecoki Hyra. Ia tidak mau pergi, hanya membiarkan Hyra berpikir namun tidak akan meninggalkan wanita itu.
"Kamu mau apa Di?" tanya Hyra heran mengapa Adirga masih mengikutinya. Ia sudah tidak punya energi untuk berdebat.
Yang ia inginkan adalah istirahat dan melupakan fakta bahwa Adirga adalah seorang Arsitek.
Profesi yang juga digeluti oleh mantan suaminya. Dan Hyra membenci profesi itu lebih dari apapun.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr. Aked
Narrativa generale(Alert...! Some chapters on privete mode). When someone destroy your heart. An architect will do reconstruction.
