одиннадцать (Odinnadstat')

2.3K 281 31
                                    

I want to know you more and more...
How does it feel if a man like me gives his heart to you...?
Will you accept it...?

*

Adirga masih menunggu Hyra yang sedang memimpin operasi darurat. Ia mengabaikan panggilan asisten pribadinya dan juga Alex yang sejak tadi menghubunginya terus menerus.

Adirga duduk di bangku tunggu depan ruang operasi. Ia membuka aplikasi sketch-up lalu memutuskan meneruskan design yang harus ia selesaikan sambil menunggu Hyra.

"Ngapain disini Di...?" Tanya Stefie yang datang dari bilik ruangan lain di Central Operating Theatres.

"Waiting my friend Kak..."

"Is your friend inside the OR...?"

Adirga mengangguk pelan sambil meletakkan iPad yang sedari tadi ia pegang untuk meneruskan design yang sedang ia kerjakan di bangku kosong disebelahnya.

"Temen kamu pasien atau dokternya Di...?" .

"Pasiennya... Kakak kepo banget..." Jawab Adirga kikuk. Ia sengaja menyembunyikan tentang Hyra karena merasa belum yakin untuk menceritakan tentang wanita itu.

"Gak biasanya kamu peduli dengan orang lain... It seems so weird..." Stefie mengerutkan kening. Ia tampak berpikir sejenak. Sejak kapan Adirga punya teman di Medan kecuali orang-orang firma. Kalau ada karyawan firma yang sakit harusnya ia tahu karena suaminya adalah kepala firma.

"Apakah salah seorang karyawan firma...? Alex didn't tell me anything..."

Adirga menggeleng dengan cepat.

"Bukan, hanya kenalan saja... Ya kenalan Didi di Medan Kak."

"Sakit apa temen kamu...?"

"Kurang ngerti Didi Kak... Semacam brain tumor." Adirga mencoba mengingat-ingat tentang penyakit-penyakit yang ditangani oleh dokter bedah saraf.

"Team Alkins dong ya menangani...?" kata Stefie setelah mendengar nama penyakit yang disebutkan Adirga.

"Bukan sepertinya... Dokter lain..."

"Oh... Yuk nunggu di kantor kakak aja daripada kamu sendirian di sini..."

"Tapi nanti... Um... Probably I have to waiting here... Um..." Adirga nampak kebingungan menjawab ajakan kakaknya.

Saat Stefie akan memotong kata-kata Adirga, seseorang mengintrupsi pembicaraan mereka.

"Permisi dr. Stefie... Ada panggilan code blue untuk dokter di Recovery Room. Kondisi pasien sudah sangat menurun. Sebaiknya dokter segera ke RR." Kata seorang perawat yang tiba-tiba menghampiri dr. Stefie.

Dr. Stefie tidak sempat berpikir lagi. Ia langsung memeriksa ponselnya dan mendapati beberapa laporan via text dan beberapa panggilan dari residennya. Kemungkinan mereka sudah menghubungi dirinya sejak tadi.

"I'll be there soon. Kamu bisa duluan..." kata dr. Stefie pada perawat itu.

Perawat itu lalu berlalu pergi setelah menganggukkan kepala pada dr. Stefie.

"Kakak tangani dulu ya Di... Kamu ke kantor kakak atau Alkins aja ya... See ya..." Stefie pun melambaikan tangan ke arah Adirga dan jalan berlalu dari tempat itu.

"See ya..."

Adirga menghembuskan nafas panjang. Ia merasa lega saat Stefie sudah jauh dari jarak pandangannya. Ia kembali fokus pada iPad dan sketsa yang ia kerjakan tadi.

*

Setelah beberapa jam di dalam OR dan menyelesaikan operasi yang dipimpin langsung, Hyra memutuskan untuk bersih-bersih dan segera pulang ke rumah. Saat Hyra keluar dari pintu OR ia tekejut karena Adirga masih ada di bangku tunggu depan OR sambil memainkan iPad nya.

Mr. AkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang