шестнадцать (Shestnadtsat')

1.6K 155 32
                                    

Laki-laki tidak main Barbie.
Karena Barbie seperti kamu tidak pantas dipermainkan...

Warung Ayam Penyet Cindelara Ringroad

Hyra salah tingkah di hadapan Mama Adirga. Saat bertemu di depan warung ia hanya tersenyum saja tanpa bisa menyapa. Seperti gadis perawan baru pertama kali bertemu mertua saja aku ini, batin Hyra.

Tampak hubungan Adirga dan ibunya sangat baik. Adirga tak segan menggoda ibunya dan juga sebaliknya. Mereka layaknya seperti teman. Hyra iri melihat itu.

Tumbuh di keluarga yang ketat akan norma kesopanan yang kaku membuat Hyra banyak menahan diri dan tidak bisa sedekat itu dengan orangtuanya. Terlebih ibu Hyra adalah tipikal ibu-ibu yang selalu menuntut untuk didengar namun tidak mau mendengarkan. Hyra ingat bagaimana perpisahan terakhirnya dengan ibunya hingga saat ini Hyra belum menghubungi dan mengatakan ada dimana. Ironi sekali saat ini Hyra melihat pasangan ibu dan anak yang tertawa bahagia. Seperti ada yang menyentil hatinya.

"Anyway, my name's Kina Aked. You can call my name only if you arent comfort to call me with politely call Indonesian".Kata Mama Kina mengagetkan Hyra yang mengamati dirinya dan Adirga bercengkrama dengan sangat asyik.

"I'm Hyra. Could I call you 'tante'?." Kata Hyra sopan lalu menjabat tangan Mama Kina dan menciumnya.

Mama Kina heran dengan cara Hyra menyalaminya seperti asli anak Indonesia.

"Of course..." Kata Mama Kina tersenyum.

Senyuman Mama Kina sangat damai sekali. Tipikal ibu-ibu yang ramah dan tidak merecoki kehidupan anaknya. Ah yang pasti tidak seperti ibu Hyra di Moskow. Sungguh senyum wanita demokratis yang Hyra sukai.

"Dia bisa bahasa Indo kali Ma. Orang gen separoh-separoh kayak Didi. Didi bosen di kantor denger English mulu. Ini tanah kompeni apa ibu pertiwi..." Kata Adirga membuat Mama Kina dan Hyra tertawa.

"Iya tante, saya bisa bahasa Indonesia." Aku Hyra membuat Mama Kina terkesima mendengar wanita dihadapamnya berbahasa Indonesia dengan lugas. Sedangkan anak-anaknya hanyalah Didi yang lebih fasih menggunakan bahasa Indonesia.

"Masa sih, belajar sama kamu gitu, Di." Kata Mama Kina heran sambil melihat ke arah Hyra dan Adirga bergantian.

"Saya sudah bisa bahasa Indonesia dari kecil, tante." Kata Hyra menjelaskan.

"Amazing..." Mama Kina takjub. Anak-anaknya besar di Birmingham dan ia sendiri kesulitan mengajarkan mereka bahasa Indonesis yang baik. Begitu mengerti bahass Indonesia yang mereka hapal adalah kata mengumpat.

"Anak Mama juga kan bisa bahasa Indonesia. Segitu teekesimanya." Adirga menuntut.

"Beda loh Di, Hyra terdengar native banget dengan tampilan wajah pure Eurasia. Kalau anak-anak Mama malah seperti anak punk kalau ngomong. Selalu sembarangan." Kata Mama Kina.

"Look-nya bule banget kan Ma. Awal-awal Didi juga gak nyangka,Didi Kira barbie Rusia." Kata Adirga berkelakar dan disambut senyum malu Hyra. Awal pertemuan mereka Adirga memang tidak menyangka barbie cantik yang menabraknya adalah peranakan Indonesia dan sekaligus membuat Adirga jatuh hati.

"Banget... Mama aja heran." Mama Kina kembali memandangi Hyra dengan takjub. Bahkan anak-anaknya masih ada gen Indonesi di wajahnya

"Dulu aku pernah kena tendang Hyra loh Ma, karena Didi berkata gak sopan di pertemuan pertama kami. Didi pikir dia gak ngerti bahasa Indo eh setelah mengunpat malah dihadiahkan tandangan yang buat dua hari gak bisa jalan Ma." Adu Adirga tentang kejadian awal pertama mereka bertemu.

Mr. AkedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang