"Selamat pagi noona", sapa mark saat melihat kakaknya masuk ke ruang makan untuk makan pagi bersamanya seperti biasa. Eunha nampak lebih berantakan dari biasa, sepertinya semalam dia tidak bisa tidur dengan nyenyak. "Apa noona baik-baik saja?" Tanya mark khawatir setelah melihat kantung mata yang samar terlihat dibalik make up eunha.
"Justru seharusnya noona yang bertanya padamu? Apa lukamu sudah baik-baik saja?" Eunha segera menghampiri adik kesayangannya itu dan mulai memeriksa bekas lebam yang nampak sudah mengempis dan menyisakan luka-luka kecil yang sudah mengering.
"Aku sudah sangat baik" jawab mark bangga. "Aku sudah menduga aku lebih cocok di seoul daripada di london" cetusnya.
Eunha hanya menghela nafas mendengar celoteh adiknya yang bahagia karena pulang ke tanah airnya. "Maafkan noona karena memaksamu mengikuti noona ke london" kata eunha sambil mengusap usap rambut adiknya. "Sepertinya noona akan makan di rumah sakit saja. Noona lupa ada janji dengan pasien noona untuk datang lebih pagi hari ini" lanjut eunha sambil menyomot roti tawar yang ada di meja makan dan beranjak pergi. "Jangan lupa bereskan rumah. Noona menyayangimu" teriaknya dari pintu sambil memakai sepatunya.
"Sampaikan rasa terima kasih ku untuk dokter jungkook, noona" teriak mark dari meja makan.
Seketika kegiatan eunha ter-pause tanpa dia sadari. Kejadian kemarin malam kembali muncul di benaknya dan membuat pipi chubby nya memerah. Suara dering telepon menyadarkannya akan tombol pause yang tidak sengaja tertekan dalam dirinya.
"Iya, iya, ini aku sedang di jalan. Sebentar lagi sampai" jawab eunha saat omelan menghujaninya dari dalam ponselnya dan kemudian segera menutup teleponnya. 'Sampai pagar rumahku maksudnya' kata eunha dalam hati sebelum membuka pintu rumahnya dan mulai berlari kecil ke halte.
Sudah 10 menit berlalu tanpa ada tanda-tanda bis yang ia tunggu-tunggu muncul. Dia semakin was-was saat teleponnya kembali berdering. 'Duh lisa, sabar lah sedikit' kutuknya dalam hati tanpa mengangkat telepon dari sahabarnya itu. 'Pasti kejadian tadi malam sudah sampai di telinga lisa. Aku harus bicara apa nanti' dia mulai semakin was-was.
Beberapa saat kemudian, sebuah mobil porche warna hitam berhenti di depannya dan membuka kaca jendelanya. Semua orang termasuk eunha mencoba melihat siapa yang membawa mobil mahal itu. Betapa terkejutnya saat melihat siapa yang berada dalam mobil itu.
"Naiklah." Pinta orang yang nampak elegan dengan kemeja garis-garis berwarna birumuda dan kaca mata bulat yang menambahkan kesan orang wibawa yang luar biasa yang mengendarai mobil itu.
"Tidak usah. Aku naik bis saja" tolaknya sopan.
"Kau nampak buru-buru. Lisa akan mengomelimu jika kau tidak cepat-cepat" lanjut orang itu dengan sedikit memaksa.
"Kau sepertinya benar dokter jeon" eunha mulai mempertimbangkan saran jungkook sambil mengigiti bibirnya. Beberapa saat kemudian, dia membuka pintu mobil jungkook dan mengenakan sabuk pengamannya. "Aku siap" lanjutnya. Dan jungkook pun mulai menjalankan kembali mobilnya.
Keheningan mulai menyerang mereka. Kejadian kemarin malam cukup membuat eunha jadi salah tingkah saat bersama jungkook. Meski jungkook nampak biasa-biasa saja.
"Jangan kau khawatirkan kejadian kemarin malam. Anggap itu hanya untuk membungkang mantan pacarmu agar tidak mengganggumu lagi" jungkook membuka suara, seperti seakan dia mengetahui kebimbangan di diri eunha.
Mendengar perkataan jungkook barusan, muncul kelegaan di benak eunha. "Ya kau benar. Syukurlah kau berpikir begitu" jawab eunha kembali ke perangainya yang biasa. "Aku.. berterima kasih soal kemarin malam." Lanjut eunha.
"Tidak perlu berterima kasih. Jika dia menganggumu lagi, hubungi saja aku" kata jungkook tenang sambil terus fokus pada kemudinya. Meski sesekali dia mencuri pandang ke arah eunha, saat melihat eunha begitu tenang setelah dia mengatakan bahwa ciuman kemarin bukan apa-apa membuatnya sedikit kecewa. Dengan helaan nafas kecil, dia berusaha menyembunyikan kekecewaannya itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Untold story 2 (eunkook series)
FanfictionJeon jungkook, seorang dokter yang kehilangan kepercayaan diri atas kemampuannya membedah pasien setelah kehilangan wanita yang paling ia sayangi lewat operasi yang telah ia pimpin sebelumnya. Jung eunha, seorang dokter lulusan universitas papan ata...