"Itu dokter yang tadikan?" Tanya adrian yang sudah ada di sampingku.
Aku kaget. Yampun.
Typo bertebaran (jika ingin muntah, jgn baca part ini)
************
Aku mengganguk dengan tampang wajah polosku. Dia menutup laptopku. Lalu dia menarikku kedalam pelukkannya.
"Ikatan darah membatasiku, walau begitu aku sangat menyukaimu, adriana"
Aku hanya diam.
"Aku tak akan membiarkan siapapun memilikimu, jika aku tak bisa denganmu siapapun tak boleh"katanya tiba tiba emosi. Ck, dia baper kali.
Dia mencium puncak kepalaku lalu berlalu keluar kamarku.
Aku memegang jantungku yang berdetak karuan. Mungkin karena aku sangat takut melihatnya.
Aku tak boleh memiliki perasaan apapapun. Dia kakakku.
Aku meyakinkan hatiku.
Aku masuk kedalam selimut lalu menutup mataku. Lalu aku tertidur dengan nyaman.
***************
Aku bangun dari tidur lelapku. Lalu bersiap untuk pergi ke rumah sakit. Aku ingin ikut ke rumah sakit dengan adrian.
Aku berjalan ke ruang makan. Aku lihat adrian duduk di kursi sambil makan sarapannya. Aku duduk di sampingnya. Dia menatapku dengan senyumannya yang hangat.
Aku mengambil sarapanku. Lalu memakannya.
"Adrian, boleh aku ikut denganmu ke rumah sakit?" Tanyaku, kulihat dia sedikit terkejut. Tapi sebuah senyum terukir di wajahnya sepeti dia memiliki maksudnya yang lain.
"Boleh, tapi kau harus menemaniku operasi" apa? Aku mana bisa?
"Tapi aku bukan dokter disana dan aku masih dokter biasa" kataku, dia mengelus kepalaku lalu menjawab.
"Tapi kau pemilik rumah sakit" jawabnya lalu dia meninum kopinya.
"Ayoo kita pergi"
***********
Sekarang aku berada di dalam ruang operasi bersama para dokter residen dan adrian. Aku duduk di ujung mengarah ke adrian.
Dari awal aku berada di ruangan ini. Asisten dokter itu menatapku. Dia bukan pria. Dia menatapku dengan pandangan tak suka. Apa dia suka dengan adrian? Apa dia tak kenal denganku?
Operasi berjalan dengan lancar. Adrian sedang membersihkan tangannya pergi entah kemana. Aku keluar.
Lalu mencuci tanganku dan membuka jubah dan masker. Aku merasa ada yang melihatku. Aku menatap wanita itu. Dia asisten adrian tadi.
"Apa kau pacarnya adrian?" Aku kaget, tenyata benar dugaanku. Sebuah ide melintas di otakku.
"Yaa, sebanyar lagi kami akan menikah" jawabku, kulihat ekpresinya. Dia menatapku sinis.
"Ckk, kau pikir adrian akan sudi menikah dengabmu? Kau lihat adrian meninggalkanmu sendiri, ah, pasti aku yang memintanya menjadi pacarmu kan? Apa kau berasal dari keluarga miskin? Aish, kenapa aku bertanya? Sudah pasti kan? Kau ingin menguras harta adrian kan? Kau tak pantas berada di posisi kami, kau hanya orang miskin" katanya dengan pandangan meremeh. Aku mengulum senyumku.
Tiba tiba dokter lee.
"Hay, adriana" sapanya aku membalas senyumnya. Dokter lee menatap dokter wanita itu.
"Yoona, kau mengenal adriana?" Tanya dokter lee, wanita itu hanya diam. Dasar sombong.
Dia tak pantas menjadi kakak iparku.
"Ahh, mana mungkin orang rumah sakit tak mengenal adriana" kata dokter lee, kulihat dokter itu menyerit.
"Apa maksudmu?"tanyanya. Aku tersenyum.
"Dia pemilik rumah sakit ini, dia adik dokter adriana" kata dokter lee, wanita itu melotot mendengarnya. Mukanya sudah merah.
"Adriana, ayo makan siang" kata adrian tiba tiba sudah berdiri didepan pintu. Aku mengganguk lalu berjalan ke arah adrian.
Adrian meranggulku, kudengar samat samar wanita itu mengumpat.
"Ohh shit"
Rasakan itu wanita bar bar.
**********************
Haloo temen temen! Makasih ya yg udah baca. Dan udah vote dan comment.
Jangan lupa comment plus votenya.
Cinta lah aku sama kelen semua. Jangan pelit pelit votenya. Silent readers. Ayoo vote dan komen kalian. Biar tambah semangat. ❤️
Salam
Juli (7/7/2017)
KAMU SEDANG MEMBACA
The pshyopath brother
RomanceMempunyai kakak lelaki yang memiliki ganguan kejiwaan sangat membuatku takut. Ketika malam hari, aku sering mendengar suara suara jeritan seseorang tapi aku tak berani untuk melangkah keluar kamar. (Jun2017)since