Bab 10

26.4K 1.5K 19
                                    

"Jangan menangis" kata adrian lalu dia menutup pintu

**************
Typo bertebaran.
Selamat membaca.

*************************

Dasar pria berengsek.

Ku harap kau mati saja.

Wanita tua ini membersihkan tubuhku. Aku malas bergerak. Sebenarnya aku tak nyaman di perlakukan seperti ini. Tapi aku sedang badmood.

Setelah aku sudah bersih, aku kembali ke tempat tidurku dan karena kebanyakan menangis juga mataku terasa begitu berat membuatku ingin tidur.

***************
Aku terbangun dengan perut lapar. Aku berjalan ke ruang makan lalu membuka kulkas. Isinya minuman yang tak ku suka, seperti wine, tequila, rum dan banyak lagi yang tak ku ketahui namanya.

Padahal dia tau itu tidak bagus untuk kesehatan. Tapi dia bilang untuk menghangatkan tubuh. Ya, seperti rokok juga, sudah tau itu berbahaya tapi konsumsi juga.

Di rokok itu padahal ada benzene yang gunanya untuk mendry cleankan pakaian. Yampun, rugi banget orang yang merokok.

Aku mengambil apel hijau yang ada didalam kulkas. Lalu memakannya, mataku terpaku melihat kaca yang ada di depanku. Aish, jelek sekali rambutku. Pendek sekali.

Nanti beli rambut rambut yang ada di online shop. Aku tak tau namanya apa.

Aku kembali masuk ke dalam kamarku. Aku membuka komputerku. Hari ini aku mau nonton video operasi. Dari pada bosan lebih baik aku menonton.

Aku jadi teringat adrian. Kemana dia? Hmm, entahla lebih baik aku menonton saja.

*********

Huh, mataku sudah merah. Aku mematikan komputerku. Kulihat sudah pukul satu siang. Makan apa ya?

Apa aku order saja ya?

Aku mengambil handphoneku yang ada di laci. Selesai, tinggal tunggu.

Aku menyiapkan uangku lalu aku berjalan keluar kamarku. Saat aku membalikkan tubuhku setelah menutup pintu kamarku. Adrian tengah menatapku.

"Mau kemana?" Tanyanya, aku hanya diam berjalan dari hadapannya.

Dia menarik tanganku kasar. Lalu memelukku dengan sangat erat.

"Maaf aku begitu emosi" katanya, aku hanya diam.

"Maaf, karena aku sangat mencintaimu" katanya lagi, huh?

"Tapi aku serius tentang rahasia keluarga kita, aku bukan anak mama dan papa" katanya sendu.

Aku masih diam. Dia mendekatkan wajahku dengan wajahnya. Nafasnya terasa begitu hangat.

"Ayo menikah denganku, maka aku akan membuatmu ratu di duniaku" katanya yang sukses membuat pipiku merah.

"Tapi jika kau tak mau, aku tetap akan memaksa, karena aku sudah mempersiapkan segalanya" katanya, mempersiapkan apa?

"Apa aku begitu buruk di matamu?" Tanyanya, refleks aku menganguk kepalaku. Dia tersenyum melihat reaksiku.

"Aku berjanji tidak membunuh orang di rumah kita nanti" katanya lagi.

Entahla, mungkin dia sangat terobsesi denganku.

"Ting tong" itu pasti tukang order makananku. Aku melepas tangan adrian yang ada di pundaku lalu berjalan dengan cepat untuk membukakan pintu.

"Ini pesanannya totalnya..." pria ini.

"Andre"

*************

Hallo!!! Yeayyy readsnya udah 2k 🎉🎉🎉

Makasih buat temen temen yang udah ngevote. Ayoo aku butuh komen kalian juga. Kepada temen temen yang baik hati tolong vote cerita aku. Supaya tambah semangat ngetiknya.

Makasih

Julia❤️❤️💝

The pshyopath brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang