Bab 9

26.9K 1.5K 17
                                    

menikah, aku yakin aku tak salah dengar" dia baper? Aku hanya becanda.

"Jika benar, ayo menikah denganku"

**************
Typo bertebaran.

Sebelum membaca sebaiknya untuk memvote terlebih dahulu. Makasih ❤️

****************

Menikah? Yang benar saja. Aku belum gila untuk menikah dengan saudara kandungku.

"Kenapa? Kau mau tau satu rahasia?" Dia menghadapkan tubuhku ke arah dengannya.

Aku mengangguk. Siapa sih yang gk mau dengar rahasia.

"Kita bukan saudara, aku bukan anak kandung" kenyataan apa ini? Dia berbohong?

"Jika kau hanya ingin menikah denganku dengan menggunakan kata kata itu, berpikirlah, aku tak bisa kau bohongi" ujarku dengan suaraku yang mungkin terkesan sedikit kasar.

Matanya berkilat emosi, dia dengan kasar mencengram wajahku.

"MENGAPA BEGITU SULIT KAU MENGATAKAN IYA SAJA HA??" Teriaknya membahana.

Suaranya sampai bergema.

"Dengan sopan aku mengajakmu untuk menikah denganku, kau tau, aku berniat tidak melamarmu tapi langsung menikah, tapi niat baikku kau tolak, mau atau tidak kau harus menikah denganku atau tidak sama sekali" katanya melepaskan cengkaram di wajahku. Lalu dia berlalu dari hadapaku.

Mengapa hidup begitu sial?

Aku hanya menunduk menatap lantai. Ku dengar suara mobil. Adrian pasti mencari mangsa. Dia selalu melampiaskan kemarahannya dengan cara membunuh orang lain. Dasar pembunuh! Siapa yang sudi menikah dengannya?

Dari pada aku disini lebih baik aku pergi ke vila milik keluargaku di ujung kota ini.

Yah, aku harus pergi.

*****************
Aku sampai di depan vila ini. Dengan tekad kuat aku pergi dengan membawa mobil yang ada di garasi. Mobil ini tak ada pelacak. aku yakin aku aman.

Perjalanan ke sini butuh waktu tiga jam. Aku belum melihat jam. Aku membuka pintu vila ini. Suasana disini membuatku merinding.

Aku harus kuat. Besok pagi aku akan memanggil siapapun untuk membersihkan vila ini.

Aku berjalan ke kamar kosong. Lalu ku pakai headseat di telingaku. Lalu aku terlelap.

***********

Mataku terbuka saat ku rasakan sakit di kepalaku. Betapa terkejutnya aku saat melihat adrian tengah menatapku dengan senyum yang indah di wajahnya.

Aku bangkit dari tidurku. Tapi aku merasa ada yang aneh dengan rambutku. Aku meraba rambutku. Adrian memotongnya? Sependek ini?

Mataku berkaca kaca. Aku menatap adrian dengan pandangan kebencian. Aku benci dia. Mengapa dia bisa disini?

Tangisku semakin menjadi jadi. Tiba tiba adrian dengan paksa menyumpal mulutku dengan sapu tangan. Aku merontak tapi kedua tanganku di tahan olehnya.

"Biikk"teriak adrian, lalu wanita tua datang dengan cepat ke arah kami. Aku tak kenal dengan dia.

"Ikat tangannya cepat" perintah adrian, dan jadilah tanganku terikat dengan kuat.

"Bersihkan dia" perintah adrian, lagi. Aku hanya bisa menangis. Rambutku!!!!! Dari umur empat tahun aku menahan diriku untuk tidak memotong rambutku. Karena rambutku payah tumbuh. Tapi see, dengan gampang dia memotongnya?

"Jangan menangis" kata adrian lalu dia menutup pintu.

*******************
Heloooo!!! Makasih buat udah yang ngevote, komennya juga yaaa, aku butuh semua itu.

Makasih sekali lagi.

Juli❤️

The pshyopath brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang