Bab 5

34K 1.8K 43
                                    

"Aku mau membebesakanmu dari cairan itu, tapi ada syaratnya"

"Ayo kita bunuh seseorang"

Typo bertebaran (still adriana pov)

Sebaiknya memvote terlebih dahulu sebelum membaca wkwkwk.

************
"Ayo kita bunuh seseorang"

Apa? Tak mau aku. Jika harus menjadi seorang pemunuh aku lebih memilih begini saja.

"Melakukan pekerjaan itu ada sensasi sendiri, kau harus coba" aku hanya diam lagi pula aku tak bisa bicara.

"Ku anggap diammu itu kau setuju" katanya lalu menyuntik cairan ke dalam tubuhku.

Pandangku menjadi buram dan gelap.

**********

Pening di kepalaku sangatlah mengusik ketenangan tidurku. Aku memegang kepalaku. Yap, aku sudah bisa gerak kembali tapi sakit kepala menghampiriku.

Aku berniat untuk pergi ke apartemen milikku untuk sementara waktu. Aku tak sanggup jika terus terusan disini terus. Bisa mati aku.

Tapi aku belum persiapan karena pening kepala ini. Lagi pula aku sedang di kamar adrian.

Nanti saja, jika dia sedang mandi. Aku akan langsung pergi.

Ternyatan dugaanku salah, karena adrian masuk kedalam kamar dan berjalan ke kamar mandi. Aku kembali pura pura tidur ketika dia masuk ke dalam kamar.

Ketika adrian sudah masuk dan memastikan dia akan mandi. Aku langsung mencari kunci mobil milik ayahku dulu. Ketemu.

Dengan cepat aku berlari ke garasi walau pening menyerangku.

Tunggu kemana bi sum? Sudah bodoh amat yang penting aku selamat.

Aku menjalankan mobil ayahku dengan cepat. Hingga aku sampai di apartemenku. Aku berjalan ke depan pintu kamarku. Kegelapan menghampiriku ketika aku berjalan masuk ke dalam.

Aku menghidupkan lampu. Mataku membulat ketika aku melihat adrian sedang minum kopi di ruangan ini.

"Adri..an"kataku gagap, bagaimana bisa dia tau aku akan ke sini. Aku kan berpikir ke ketika aku tidur. Bukannya dia tadi sedang mandi?

Ketakutan menghampiriku, keringat dingin membasahi telapak tanganku.

"Sejak kapan kau menjadi gagap, apa efek dari cairan itu?" Katanya sinis, dia mengeluarkan benda dari sakunya. Pisau lipat dan tali.

Dia merentangkan tangannya kepadaku. Aku berjalan mundur. Satu langkah. Dua langkah. Dan aku berlari tapi gerakan adrian lebih gesit dariku.

Badanku bergetar hebat. Aku sangat takut. Dia mencekik leherku lalu menyeretku ke tempat tidur.

Dia tersenyum sinis melihatku ketakutan.

"Adrian, aku ini adikmu"ucapku

"Sudah tidak lagi" katanya singkat, dia berjalan ke arah kamar mandi, lalu ke luar dengan membawa odol. Apa yang ingin dia lakukan?

"Ayo kita bermain" katanya tanpa menghilangkan senyum sinisnya. Dia memgang kedua tanganku lalu mengikatnya dengan tali. Aku mendendang dendang. Dia menangkap kedua kaki lalu mengikatnya juga.

Lalu dia menyumpal mulutku dengan sapu tangan miliknya.

"Biar mata kamu gk jelalatan" katanya, dengan kata kamu seolah dia begitu menyanyangiku.

Dia mengambil odol tadi lalu mengolesnya ke bawah mataku. Perih, sakit aku menutup mataku. Aku menangis. Aku tak melihat apa apa.

Aku merasa kan sesuatu yang tajam mengores di bahuku. Aku merasakan adrian sedang mengukir sesuatu di bahu dengan pisau lipat tadi. Rasanya sakit dan perih.

Aku masih menangis. Kalau tau nasib ku akan begini lebih baik aku tidur.

Aku merasa tubuhku seperti angkat. Bunyi air membuatku tau, jika adrian membawaku ke kamar mandi. Aku merasakan air mmbasahi wajahku. Lalu adrian membuka kelopak mataku. Dia memeriksa mataku. Lalu dia berjalan keluar. Tak berapa lama, sesuatu yang sangat dingin teroles di bawah mataku.

"Buka matamu" perintahnya, aku pun membuka mataku. Mataku masih sakit tapi tidak sesakit bahuku.

Dia melepaskan tali yang mengikat di kakiku dan tanganku.

"Masih mau kabur lagi?"

***************
Halo semua! Thank you buat yang udah baca dan thank you buat yang udah baca plus ngevote. Makasih banget.

Jangan lupa buat vote dan komen ceritaku ini.

Salam

Juligig (2/jun/2017)

The pshyopath brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang