Bab 12

25.5K 1.4K 22
                                    

Aku sudah mengganti bajuku. Aku mendengar suara adrian yang sedang kesakitan. Aku membuka kamar adrian. Aku melihatnya sedang terbaring di atas tempat tidur.

"Ada apa?" Tanyaku. Dia mengatur nafasnya. Dia kenapa?

**************typo bertebaran*******
Dia memegang tanganku. Airmatanya bercucuran dari pelupuk matanya. Ada apa dengannya sih?

Kemudian dia menutup matanya kembali. Setelah beberapa menit aku masih tetap di posisiku di pinggir ranjang tempat tidur.

Aku diam menatapi wajahnya yang sudah terlelap.

Apa aku boleh menyukainya? Apa aku bisa membalas perasaannya? Apa aku bisa menjadi pendamping hidupnya?

Aku.......tak tau. Yang ku tau aku nyaman dengannya. Ya, pasti setiap orang nyaman dengan keluarganya. Tapi ini berbeda. Perasaan sayang yang ku punya untuknya dulu. Mungkin sudah berubah.

Tapi aku tetap tak mau. Apa yang akan dikatakan orang dan keluarga besarku? Pasti mereka menolak keras.

Aku tak sanggub untuk di hina. Mungkin aku tak akan menyampaikan perasaanku ini pada siapapun.

Aku melepas gengaman tangannya. Lalu memposisikan tangannya dengan baik di atas tubuhya. Aku mengambil selimut miliknya lalu menyelimuti tubuhnya.

Aku menutup pintu adrian dan berjalan ke dapur. Pikiranku seketika menjadi kacau. Aku tak tau aku harus apa? Adrian terlalu memaksakan keinginannya. Walau mungkin rasa itu ada. Tapi aku bisa mati, jika nanti ketika kami punya anak lalu di memaksa anak perempuan aku bisa mati. Tertekan olehnya.

"Kenapa keluar dari kamarku?" Sontak mataku membulat dan jantungku berdebar tak karuan, aku kaget.

Dia menarik kepalaku dan dia tenggelamkan di dada bidang miliknya. "Titt" suara ponsel adrian. Dia melepaskan rangkulan di kepalaku. Tapi dia memegang pundakku.

Dia mengangkat ponselnya.

"Hmmm"

"....,,,............"

"Aku tak bisa" tanpa mendengar jawaban si penelepon dia menutup ponselnya. Siapa itu?

"Siapa?" Tanyaku, alis terangkat sebelah. Senyum sumbringan di wajahnya. Aku yakin ada ide jahil di kepalanya.

"Temen wanitaku" jawabnya sambil memgambil minuman di kulkas.

"Apa dokter wanita?" Tanyaku, siapa wanita yang tak tau diri, malam begini melepon adrian.

"Apa kau cemburu?" Tanyanya sambil duduk di sampingku.

"Huh? Cemburu? Kau pikir aku abg labil yang cemburu dengan kekasihnya yang mengangkat telepon malam malam" kataku, huh?apa yang kukatakan.

"Kau cemburu" godanya sambil mencium pipiku yang sebelah kiri.

"Apaansih" kataku menjauhkan wajahku dari wajahnya.

"Ku rasa kau mulai menyukaiku? Apa kau siap menikah denganku? Jika kau mau aku bisa malam ini" cih, dasar gila.

****************

Haloo! Happy reads 5k 🎉🎉🎉👏🏻👏🏻
Thank you buat temen temen yang udah memvote dan komen. Makasih semangatnya. Bagi yang belum vote ayoo vote.

Setalah ini, mungkin romance antara adrian dan adriana akan banyak. Jadi bagi yang ingin muntah silahkan. Jangan dibaca jika ingin menghujat.

Search ceritaku ketemen temen kalian!!! Ayoo buruan vote this story.

Salam

Julia (23/7/2017)

The pshyopath brotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang