37. Awal Masalah

86.9K 5.8K 425
                                    

Hari yang ditunggu-tunggu oleh sepasang anak kembar akhirnya tiba. Kedua anak kecil itu akan kembali besekolah di Taruna Muda School. Hanya anak-anak dari seorang Tentara atau Polisi saja yang dapat dengan mudah keluar masuk sekolah itu. Sisanya harus melewati beberapa tes.

Beruntung bagi Qila dan Fiqa karena mereka tidak harus mengikuti tes fisik meskipun ayah mereka bukan seorang Tentara atau Polisi. Alasan Gio menyekolahkan kedua anaknya di sana supaya anak-anaknya diajarkan cara bertanggungjawab, disiplin, dan mempunyai jiwa patriotisme yang tinggi. Namun bagi Qila dan Fiqa, di Taruna Muda School terdapat taman bermain yang seru.

Di Taruna Muda School setiap angkatan terdapat tiga kelas. Qila dan Fiqa sama-sama masuk ke dalam kelas 1B. Seperti yang sudah-sudah, keduanya selalu menjadi pusat perhatian karena memiliki wajah yang identik.

Bel pulang sekolah terdengar lebih cepat dari yang ada di jadwal. Seluruh murid kelas satu hingga enam berhamburan keluar kelas, menghampiri jemputan mereka masing-masing.

"Qila, kita dijemput mama, kan? Bukan bunda?" Fiqa mengekori Qila yang sudah lebih dulu keluar kelas.

Qila mengangguk mantap. "Iya, lah. Kan mama udah boleh bawa mobil sama papa."

Keduanya terus melangkah mendekati parkiran mobil. Kedua anak kecil itu terus mencari keberadaan mobil mamanya.

"Qila, mobil mama gak ada." Fiqa yang lebih dulu menyadari wajahnya terlihat cemas.

Mendengar pernyataan itu tubuh Qila menegang. Ia mohon, tidak lagi. Ia tidak mau celaka bersama kembarannya. Tangan kecilnya menarik tangan Fiqa, berjalan menyusuri setiap mobil berwarna putih yang terparkir. Nihil. Wajah Qila semakin pucat.

"Qila, mama mana?" Fiqa menatap Qila dengan penuh rasa khawatir. Matanya bahkan sudah berair.

Qila mengeratkan genggaman tangannya pada Fiqa. "Mama dikit lagi dateng. Kita tunggu di depan kelas aja, ya. Biar mama gak susah cari kita."

Fiqa mengangguk. Langkahnya mengikuti ke mana Qila pergi. Meski anak yang pipinya lebih tembam darinya sangat jahil dan sering membuatnya sebal, tetap ia tidak bsa mengelak bahwa dirinya merasa aman jika bersama Qila.

"Fiqa, Qila!"

Sepasang anak kembar menolehkan kepalanya ke sumber suara. Wajah keduanya berubah menjadi gembira saat menyadari siapa yang mereka lihat.

"Novi!" seru keduanya serempak. "Kamu sekolah di sini?" lanjut Fiqa.

Novi mengangguk. "Kalian baru pindah, ya?"

Yang ditanya mengangguk dengan serempak.

"Kalian pulang sama siapa? Bareng sama Tante, yuk," ajak mamanya Novi.

Dengan cepat Qila meenggeleng, ia masih ingat pesan papanya. "Nggak, Tante. Mama dikit lagi dateng, kok." Suara Qila terdengar ragu saat menyebut nama mamanya.

"Oh, ya udah. Novi duluan, ya." Tante itu tersenyum.

Saat Novi dan mamanya sudah pergi, Fiqa berkacak pinggang. "Kenapa kamu gak mau, sih?"

"Nanti papa marah. Kita harus tunggu jemputan. Gak boleh pulang sendiri." Qila ikut berkacak pinggang.

"Kamu jelek!" Fiqa mengalihkan pandangannya. Tak sudi ia menatap kembarannya.

"Aku mau beli minum! Mau ikut, gak?" tanya Qila setengah berteriak. Fiqa yang hanya diam membuat Qila meninggalkan adik kembarnya.

"Qila, jangan ninggalin!" Fiqa berlari begitu kencang karena Qila sudah sangat jauh darinya. Fokusnya hanya pada kecepatan berlari hingga ia menabrak seseorang.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang