73. Perlombaan

141K 7.5K 1.2K
                                    

Mobil yang dikendarai Avlar telah memasuki sebuah Asrama Tentara. Opa memang tidak lagi tinggal di asrama, tetapi hari ini ia bersama Oma dan Zachra sedang berkunjung ke dalah satu asrama yang biasa mereka kunjungi.

Kaca pintu mobil terbuka perlahan. Terdengar suara teriakkan Zachra yang menyambut kedua orangtuanya.

"Kamu gak turun?" Avlar menoleh ke arah Qila.

Anak kecil itu menggeleng. Mood-nya sedang buruk.

"Yakin? Ini lama, lho. Turun aja, yuk."

Anak kecil itupun menurut.

"Qila, Oma kangen!" Wanita yang masih terlihat muda itu memeluk cucunya.

"Oma, di sini masih lama?" tanya anak itu setelah melepas pelukan.

"Masih. Kamu kenapa? Cemberut gitu mukanya. Mau ke Opa?"

Anak kecil itu menggelengkan kepalanya.

"Qila, ya?"

Nadya menoleh, merasa bingung dengan sosok anak laki-laki yang mengenal keponakannya.

Qila pun menoleh. Sebuah senyum tipis terukir di wajahnya.

"Varrel!"

Anak laki-laki itu ikut tersenyum. "Kita main, yuk!"

Anggukan dari Qila membuat senyum Varrel semakin mengembang. Ia pun mengajak Qila untuk bermain di taman.

"Qila, kenapa kamu jarang ke sini?"

"Gak tau."

Langkah Varrel terhenti, ia menoleh menatap wajah Qila. "Kok gak tau?"

Anak perempuan itupun menunjukkan deretan giginya. Hal itu justru membuat Varrel tertawa.

***

Di sisi lain, Oma sedang bercengkrama dengan Nadya seraya memerhatikan Avlar yang sedang bermain dengan Zachra.

"Qila kenapa, Nad?"

Pertanyaan yang tiba-tiba saja terlontar itu membuat Nadya merasa bingung ingin menjawab apa. Tak ingin membuat kedua orangtuanya tahu memikirkan masalah Gio dan keluarganya.

"Qila biasanya paling suka diajak ke asrama, tapi tadi dia keliatan gak suka. Atau cuma perasaan Umi?"

Nadya menghela napasnya, terpaksa harus memberitahu kedua orangtuanya.

"Tadi, aku sama orangtuanya Mel janjian mau main ke sana. Eh, sampe sana Gio sama Mel lagi berantem pake nada tinggi."

Oma tak bisa menutupi keterkejutannya. "Berantem hebat? Gio bukan tipikal orang yang mau ngebentak istrinya. Terus, gimana?"

"Mel minta pisah, Mi. Gio gak mau. Terus Nadya ajak anak-anak main. Waktu udah selesai main, aku dikasih tau kalau mereka berdua diminta sama Papinya Mel buat ada di rumah itu. Gak boleh keluar kecuali kerja. Tanpa asisten rumah tangga dan tanpa anak-anak."

"Loh, kenapa bisa minta pisah? Gio yang salah? Fiqa sama Aji mana?"

Nadya kembali menghela napasnya.

"Umi tau sendiri, Gio kerasnya kayak apa kalau ke Qila. Kesabaran Mel udah abis, mau pisah karena gak mau Qila disakitin Gio lagi."

Wanita itu juga menjelaskan jika Qila harus mendapat pengawasan dari dirinya. Karena bisa jadi, anak itu terganggu mentalnya. Jelas dalam situasi ini, tidak bisa meminta bantuan Psikologi lain karena Qila yang tertutup dengan orang baru.

Aji dan Fiqa juga tidak bisa tinggal bersamanya. Kondisi kehamilannya yang menjadi alasan, ia tidak bisa mengurus bayi meski dibantu oleh pengasuh anak itu.

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang