62. Sayang Papa

74.6K 7K 1K
                                    

Waktu menunjukkan pukul setengah dua belas siang. Sudah waktunya pulang bagi sekolah Qila. Namun, anak itu hanya diam di depan kelasnya. Padahal, para penjemput siswa tidak akan masuk melewati pagar dalam sekolah.

"Qila, kamu gak pulang?" Rakha yang baru saja keluar dari kelas, menyapa.

"Aku takut pulang. Aku mau di sini aja selamanya." Qila menatap tali sepatunya.

Anak laki-laki itu mendekat. "Kenapa?"

"Aku takut Papa masih marah. Tadi pagi Papa marah." Qila menyandarkan kepalanya pada salah satu tiang bangunan sekolahnya.

"Papa kamu galak, ya?"

Anak perempuan itu menatap wajah temannya. "Kok kamu tau? Aku kan gak bilang."

"Soalnya Papa aku juga galak. Aku sering dipukul sama Papa. Soalnya aku gak nurut. Papa sering marah. Terus, aku marah deh sama Papa." Rakha tertawa kecil.

"Terus?" Qila merasa bingung mengapa Rakha masih bisa tertawa di saat ia menceritakan tentang papanya.

"Papa aku udah meninggal. Waktu kita mau naik kelas kemarin. Aku sedih, deh. Aku nangis."

"Kenapa kamu sedih? Kan, gak ada yang bisa marahin kamu lagi."

Raut wajah Rakha berubah. "Aku kangen Papa, Qila. Aku kangen dimarahin sama Papa. Aku kangen dipeluk Papa. Aku sayang Papa. Biasanya, Papa sering beliin aku mobil-mobilan."

Qila terdiam. Ia dapat merasakan kesedihan Rakha.

"Kalau Papa gak jadi meninggal, aku janji jadi anak yang baik. Tapi, Papa udah bahagia sama Tuhan." Rakha menunjukkan senyumnya.

"Ayo, pulang, Qila. Jangan takut. Papa kamu pasti sayang kamu. Kamu harus jadi anak baik, biar Papa kamu gak marah terus. Kalau Papa kamu meninggal, nanti kamu sedih kayak aku, lho."

Tanpa banyak bicara, Qila mengikuti langkah Rakha. Ia tidak menyangka, anak semenyebalkan Rakha ternyata sangat merindukan sosok ayahnya.

"Jemputan kamu yang mana?" Rakha menghentikan langkahnya.

Qila memandangi deretan mobil di hadapannya. "Gak tau."

"Ayo, aku temenin cari."

Anak laki-laki itu berjalan lebih dulu. Disusul oleh Qila yang masih merasa malas untuk pulang.

"Rakha!"

Kedua anak itu menoleh.

Seorang wanita menghampiri mereka. "Ayo, pulang."

"Ma, ini Qila. Anak baru."

Wanita itu menatap Qila dan tersenyum. "Ih, kamu cantik banget."

Sontak, Qila tersipu malu.

"Mama, aku mau batik kayak Qila."

Qila menoleh. "Kamu beli di toko Papa aja."

"Iya, nanti Mama tanya orangtuanya Qila, alamat tokonya di mana." Wanita itu mengusap rambut Rakha.

Anak perempuan itu menoleh ke arah samping dan mendapati sopirnya yang sedang menunggu.

"Rakha, aku pulang dulu, ya."

Tak lupa, anak itu mencium punggung tangan wanita yang ada di hadapannya.

***

Mobil yang ditumpangi Qila sudah memasuki halaman depan rumahnya.

"Om langsung jemput Fiqa?"

Sopir itu tersenyum. Tidak biasanya Qila bertanya.

"Iya, mau tunggu Fiqa di sekolah. Tadi juga Om udah lama di sekolah kamu, tapi kamu gak muncul-muncul."

Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang