Sejak pagi tadi, Gio sudah tak sabar menunggu waktu pulang tiba. Walaupun istri dan ketiga anaknya sedang pergi entah ke mana. Namun, ia tetap harus profesional dalam bekerja.
Sudah beberapa hari terakhir ini, pria itu selalu mencari keberadaan istrinya. Dibantu oleh Avlar dan beberapa orang suruhannya. Setelah pulang dari bekerja, ia selalu menyempatkan untuk mencari petunjuk. Ponselnya selalu ia aktifkan, berharap ada kabar tentang keluarganya.
Ia juga tidak memerhatikan penampilan bahkan kesehatannya sendiri. Hampir setiap hari ia melewatkan jam makan siangnya karena terlalu sibuk menanyai kebar tentang keluarga kecilnya pada orang-orang yang sedang membantunya. Dan tidur malamnya pun tak pernah lelap karena terus memikirkan kondisi keluarganya termasuk Qila.
Sungguh, Gio sangat merasa khawatir dengan anak itu. Ia sangat menyayangi Qila melebihi sayangnya pada Fiqa dan Aji. Anak itu telah memiliki sifat dewasa dan bisa menjaga kedua adiknya. Tentu, itu semua karena didikannya selama ini.
Semua usaha yang telah Gio lakukan untuk mencari keberadaan keluarga kecilnya, akan berakhir sebentar lagi. Pagi tadi, ia mendapat kabar dari Nadya jika kemarin Qila meleponnya menggunakan nomor milik Regia. Tanpa pikir panjang, sepulang dari bekerja, pria itu memutuskan untuk pergi ke Kota Bogor.
Mobil yang dikendarainya pun telah sampai tepat di depan sebuah rumah yang tak memiliki pagar. Rumah yang terletak di dalam sebuah perumahan ini cukup besar. Setelah turun dari mobil, Gio melangkah menuju pintu utama dan mengetuknya. Hatinya berdebar ketika membayangkan pertemuannya dengan Mel nanti. Rasa bersalah pun kembali menyelimutinya.
Pintu rumah terbuka. Menampakkan sosok Regia dan Aji yang berada di gendongannya. Bayi itu tersenyum gembira. Berbeda dengan Regia yang menunjukkan ekspresi terkejut.
"Pa!" Kedua lengan Aji terulur.
Membuat Gio mengambil alih bayi itu. Kedua tangan Aji pun menggenggam erat kemeja yang masih digunakan oleh Papanya.
"Ayo masuk, Gi. Udah makan?" Regia tersenyum. Ia melangkah masuk ke dalam rumah.
"Belum, Kak. Nanti aja, gampang." Langkahnya begitu pelan. Entah mengapa, hatinya semakin berdebar.
"Kamu langsung dari kantor, ya? Duduk dulu, aku panggilin Maura-nya." Ia pun pergi menuju ruang makan.
"Iya, Kak."
Ia pun duduk di salah satu sofa ruang tamu. Pandangannya beralih pada anak laki-lakinya.
"Kangen sama Papa?"
Aji berceloteh, seolah bercerita apa yang selama ini terjadi. Wajahnya yang berubah serius membuat Gio merasa gemas sekaligus bersalah.
Pria itu menghela napasnya. "Iya, maafin Papa, ya. Papa janji, akan berubah lebih baik demi kalian."
Bayi itu semakin mengeratkan cengkramannya pada kemeja Gio.
"Kemarin kamu jagain Mama sama Kakak?"
Melihat Aji yang kembali berceloteh dengan bahasanya, membuat Gio mengusap lembut rambut anak itu. Diperharikannya kedua mata Aji yang begitu mirip dengan Mel.
"Papa sayang Aji." Ia pun memeluk erat tubuh bayinya.
Tak lama kemudian, suara langkah kaki terdengar. Gio mendongak dan mendapati sosok istrinya yang berada tak jauh dari posisinya. Dengan sigap, Regia mengambil alih Aji. Wanita itupun pergi meninggalkan Gio dan Mel.
Gio berdiri. Ditatapnya Mel yang sedang menundukkan kepalanya. Tak butuh waktu lama untuknya menyadari jika punggung istrinya bergetar. Tanpa ragu, ia pun mendekat. Ia membantu wanita itu untuk duduk.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)
Ficção Geral[13+] [WARNING! Alur cerita dapat membuat diri anda baper] Pasangan suami istri Gio dan Mel dikaruniai anak kembar yang mereka beri nama Qila dan Fiqa. Perbedaan karakter di antara keduanya sering membuat kesalah pahaman. Ditambah, sifat Gio y...