Semburat jingga menghiasi langit salah satu kota yang terletak di Amerika. Di salah satu rumahnya, ada seorang wanita berhijab dan anaknya yang sedang menanti kehadiran suaminya. Suara bel terdengar, dengan senyuman di wajahnya, ia beranjak dari duduknya dan berjalan menuju pintu utama rumah untuk membukakan pintu.
Pria itu merangkul tubuh istrinya. "Aku punya hadiah buat kamu."
Wanita berhijab itu tersenyum. "Apa?"
"Papi! I miss you!"
"Hey, Zach!" Pria itu, Avlar, mengecup pipi anaknya.
"Zachra, Papi biar ganti baju dulu."
"Okay!"
Avlar tersenyum. Ia pun masuk ke dalam kamar kecil untuk membersihkan badannya. Setelah selesai, pria itu kembali ke ruang keluarga untuk berkumpul dengan keluarga kecilnya.
"Diminum dulu tehnya." Nadya tersenyum.
"Makasih." Pria itu kembali tersenyum. "Gio apa kabar?"
"Terakhir aku teleponan sama dia dua minggu yang lalu. Kabarnya baik." Nadya menatap tayangan televis di hadapannya.
"Qila masih suka kirim pesan?"
Ekspresi wajah Nadya berubah. "Gak sesering dulu."
Avlar menghela napasnya. "Maaf, ya. Karena pekerjaan aku, kamu jadi harus pisah jarak sama si kembar."
"Gak apa-apa. Udah jadi tugas aku buat nemenin kamu." Nadya tersenyum. "Lagian, aku ubah peraturan biar seolah-olah chat dari Qila belum pernah aku baca."
Avlar terkejut. "Kenapa?"
"Dia itu masih sering cerita pengalamannya. Kalau dia tau aku baca tapi gak dibales, dia pasti makin marah. Tapi, kalau aku bales, kita malah keasyikan. Aku gak mau dia dimarahin papanya karena keseringan main HP."
Pria itu mengagguk paham. "Kapan terakhir dia kirim kamu pesan?"
"Tunggu." Nadya mengecek ponselnya, tiba-tiba saja ekspresi wajahnya berubah terkejut. "Udah lebih dari satu bulan dia gak kirim aku pesan. Dia kenapa, ya?"
"Mungkin dia lagi gak ada kuota."
"Gak mungkin. Rumahya kan ada waifai."
Avlar terkekeh. "Aku ada hadiah buat kamu."
"Apaan, sih. Istrinya lagi panik, malah dikasih hadiah."
"Buka dulu." Pria itu menyodorkan sebuah kotak berhiaskan pita di atasnya.
Dengan rasa penasaran, Nadya membuka kotak tersebut. Wajahnya terlihat bingung saat mendapati sebuah flashdisk di dalamnya.
"Apaan, nih?" Tangannya membolak-balikkan benda itu.
"Tonton, yuk." Avlar menyalakan laptop yang sejak tadi berada di atas meja di depannya.
"Papi mau kerja?" Zachra yang sejak tadi asyik menonton acara kartun, menoleh ke arah papinya.
"Nggak. Mau nonton."
Anak kecil itu mengangguk paham. Seringkali kedua orangtuanya menonton sebuah film di laptop.
"Apa, sih isinya?" Nadya tampak sudah mulai tidak sabar.
"Aku juga belum liat, sih."
Wanita berhijab itu terkejut. "Terus ini dari siapa?"
"Liat dulu, baru tanya." Avlar menekan tombol mulai yang berada di layar monitor.
Sebuah vidio menunjukkan gambar sebuah sekolah yang sudah tak asing lagi bagi Nadya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)
General Fiction[13+] [WARNING! Alur cerita dapat membuat diri anda baper] Pasangan suami istri Gio dan Mel dikaruniai anak kembar yang mereka beri nama Qila dan Fiqa. Perbedaan karakter di antara keduanya sering membuat kesalah pahaman. Ditambah, sifat Gio y...