Pagi ini, Qila yang sudah memakai seragam sekolah dengan rapi, menghampiri mamanya yang sedang membuat sarapan.
"Mama?"
Yang dipanggil pun menoleh. "Kenapa, Sayang?" Diusapnya rambut anaknya yang masih berantakan.
"Aku ... boleh gak sekolah?" Qila menatap wajah Mel dengan gugup. Ia tak yakin akan mendapatkan izin.
Kening Mel mengkerut. "Kenapa?"
"Eh?" Anak itu tersenyum kikuk. "Kalau gak boleh, gak jadi, deh."
"Lho." Mel mematikan kompornya. "Mamakan cuma tanya alasannya."
"Iya, tapi gak jadi."
"Kenapa, Ma?" Gio yang baru datang dengan Aji di gendongannya, bertanya.
Mendengar suara itu, Qila semakin merasa gugup. Nyalinya pun mulai ciut.
"Gak mau sekolah, katanya."
Qila meremas ujung baju yang dikenakan mamanya. Tubuhnya semakin mendekat dengan wanita itu.
"Udah bosen sekolah?" tanya Gio dengan suara dinginnya.
Anak itu mengangguk, kemudian menggeleng.
"Papa." Mel menatap suaminya, mengingatkan pria itu agar tidak main menghakimi anaknya sendiri.
"Kenapa?" Gio mendekati anaknya. "Lihat Papa."
Qila menggeleng. Kedua matanya menatap jemari kakinya yang tak bisa diam.
"Kasih alasan yang jelas."
"Gak jadi gak masuk kok, Papa...." Suara anak itu hampir tak terdengar.
"Ih, kok rambut kamu masih berantakan? Katanya mau dikuncir yang sama kayak aku." Fiqa yang sudah berada di pintu dapur, berkacak pinggang.
"Qila gak sekolah." Mel merangkul pundak anak pertamanya yang menunjukkan ekspresi terkejut. Tak menyangka jika mamanya akan mengizinkannya tidak masuk sekolah.
"Kenapa?" Fiqa berjalan mendekat, punggung tangannya menyentuh kening kakak kembarnya. "Gak panas, tuh."
"Ih." Qila menepis tangan adik kembarnya. "Aku gak sakit."
"Pasti karena temen kamu, ya?" Fiqa melipat kedua tangannya di depan dada."Bagus, deh kamu gak masuk. Aku juga kesel sama temen kamu."
Setelah menyelesaikan kalimatnya, anak itu duduk di kursinya. Bersiap untuk menyantap sarapannya.
"Mam mam." Kedua tangan Aji mengarah ke meja makan.
Gio menuruti permintaan Aji untuk duduk di salah satu kursi meja makan. "Ma, tolong biskuit dedek."
"Aku aja." Qila mengambil alih biskuit di tangan mamanya. Mel kembali memindahkan nasi goreng buatannya ke atas piring.
"Temennya Qila kenapa, Fiq?" Gio menatap anaknya yang sedang memainkan alat makan.
Mendengar namanya disebut, jantung Qila berdegup cepat. Setelah memberikan dua buah biskuit pada adiknya, anak itu duduk di tempatnya.
"Kenapa apanya?" Fiqa mendongak, menatap wajah papanya.
"Kata kamu, temennya Qila bikin kamu kesel. Kenapa?"
"Oh, itu." Fiqa menegakkan posisi duduknya. "Kemarin aku cari Qila ke kelasnya, terus aku masuk. Eh aku dikatain orang gila. Aku kesel. Mereka juga kira aku itu Qila, pokoknya ngeselin, deh. Sampe Qila gak ada di kelasnya."
Gio tak bisa menutupi ekspresi terkejutnya. Dilihatnya Qila yang sudah menundukkan kepalanya.
"Jadi, mereka sebenernya mau ngatain Qila?" Pria itu kembali menatap anak ke duanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Oh Baby, Baby, Twins! (Selesai)
General Fiction[13+] [WARNING! Alur cerita dapat membuat diri anda baper] Pasangan suami istri Gio dan Mel dikaruniai anak kembar yang mereka beri nama Qila dan Fiqa. Perbedaan karakter di antara keduanya sering membuat kesalah pahaman. Ditambah, sifat Gio y...