BAB I - Penghantar Takdir

7.9K 353 31
                                    

Seorang gadis manis dengan gaya berpakaian casual, tampak tengah berjalan santai menuruni anak tangga kamarnya dengan menjinjing sneakers berwarna biru, senada dengan warna bajunya tersebut. Sling bag yang menggantung dibahu gadis itu juga menambah kesan santai pada penampilannya saat ini. Gadis itu bernama Rica Amelia. Seorang pelajar tingkat akhir disalah satu SMA Swasta di daerah Jakarta Selatan.

"Ma, Rica ijin keluar sama temen-temen" gadis itu meraih tangan kanan ibunya lantas mencium punggung tangan ibunya sayang.

"Jangan malam-malam pulangnya"

"Oke ma" Rica berbalik hendak meninggalkan dapur, namun langkahnya kembali terhenti saat di rasa Laila -ibu Rica- memanggil gadis itu lagi.

Rica kembali melongokkan kepalanya diambang pintu dapur dan berbalik menatap dengan pandangan seolah berkata "ada apa?"

"Habis pulang jangan kemana-mana lagi, temani Uni jaga rumah. Mama dibutik lembur malam ini"

"Nino belum pulang?" rica mengerutkan dahinya pelan.

"Dia pulangnya besok, bukan hari ini"

"Wah betah banget tuh bocah dalam hutan" Rica mendesis miris, sungguh adiknya yang malang. Masih muda tapi hobinya masuk keluar hutan mendirikan tenda.
Untung sedari dulu ia tak diizinkan ikut kegiatan pramuka oleh ayah dan ibunya, hanya Nino yg boleh ikut kegiatan semacam itu karena ia laki-laki, dan kata ayah bagus untuk melatih fisik dan mental Nino yang bercita-cita menjadi seorang Komando Pasuka Khusus.

Membayangkan Kopasus saja sudah membuat Rica bergidik ngeri, bagaimana bisa adiknya itu memiliki cita-cita aneh dan hobi yang aneh pula? Sepertinya Nino memang memiliki jiwa bela negara yang tinggi.

"Abang Rio juga ga pulang ma?"

"enggak, abang kamu juga pulangnya besok"

"Yaudah oke, Rica tunggu temen-temen dulu didepan, dah mama" Rica meninggalkan Laila bersama dengan Uni, asisten rumah tangga mereka yg memiliki kampung halaman diSumatera Barat.

Btw, Rica mempunyai 3 orang sahabat dengan sifat serta latar belakang berbeda-beda pula, namun karena perbedaan itulah yang membuat persahabatan mereka menjadi lebih berwarna.

***

Rica duduk dikursi teras rumah nya seraya melempar sneaker yg sedari tadi ia jinjing kelantai. Ia membuka tas selempang bercorak sapi kesayangannya lantas mencari ponselnya.

Rica membuka grup chat khusus yang beranggotakan para sahabatnya di aplikasi WhatsApp ponselnya dan mulai mengetikan jari-jarinya dilayar. Lantas mengenakan sneakersnya sembari menunggu balasan dari salah satu anggota grup. Tak butuh waktu lama untuk menunggu, seorang anggota grup sudah membalas.

Chika : otw Ca.

Rica : jangan lama-lama, gue males nunggu. Lo semua tuh ganggu weekend gue tau ga?.

Rica: biasanya hari sabtu gini gue ga akan nyentuh air.

Chika: ah elah Ca, Lo kayak merasa terhina banget nyentuh air. Anak gadis Ca, malu ga mandi.

Rica: alhamdulillah lo nyebut gue anak gadis.

Chika: gue hilap -_-

Bunyi dari klakson mobil membuat Rica mengalihkan fokusnya dari ponsel kearah sumber suara. Ia berdiri dan langsung berjalan menuju audi putih yg telah terparkir manis dihalaman rumahnya.

"Ayok jalan" sesaat setelah menutup pintu mobil, mobil tersebut mulai meninggalkan pekarangan rumah Rica dengan kecepatan sedang.

"Lo ga bilang kalo udah deket Chik" Rica mulai membuka suara, memecah keheningan yg sempat terjadi sementara.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang