Sabtu pagi, adalah pagi terbaik untuk orang-orang melepas penat seusai bekerja. Memilih bergelung dengan selimut tebal adalah pilihan yang terbaik. Apalagi suasana hujan pagi seperti sekarang sangat membuat setiap orang yang ada di suasana ini tak mau beranjak dari kasurnya.
Namun berbeda dengan Rica. Dengan masih mengenakan piyama tidurnya, pagi ini ia sudah berkutat didapur. Tak lupa ia mengirimkan susu favorit Dito melalui go-send sebelum memulai kegiatan memasaknya.
Sudah satu minggu ini ia tak pernah absen mengantar susu untuk Dito. Bahkan ia sudah mempunyai go-send langganannya sendiri yang setia mengantar susu untuk Dito setiap harinya.Bermodalkan tutorial dari YouTube, Rica nekad melakukan eksperimennya. Selama delapan belas tahun ia hidup, ini kali pertama ia memasak kue.
Rica mencoba membuat cheese cake kesukaan Dito. Ya, list kedua dari daftar kesukaan Dito adalah cheese cake. Kata Abangnya Rio Pria itu juga addict dengan cheese cake.
Entah mengapa bisa pria se-maskulin Dito bisa menyukai hal-hal manis semacam ini. Untuk ukuran pria dengan fisik dewasa seperti Dito, tak pernah terpikirkan oleh Rica jika selera pria itu dalam urusan makanan dan minuman hanya seperti ini.
Biasanya, Steak dan kopi adalah makanan dan minuman yang biasanya dikonsumsi oleh para orang dewasa.
"Uni.. Keju kita habis ya?" Rica berteriak memanggil Asisten Rumah Tangganya tersebut seraya masih membongkar isi kulkas, berusaha menemukan sepotong keju.
"Habis Ca.. Mau Uni belikan apa kayak mana?" mendengar jawaban Uni, Rica lantas mengeluarkan kepalanya yang setengah masuk kedalam kulkas, lalu berdiri dan menutup kulkas malas.
"Yaudah deh, Rica beli sendiri aja."
"Go-Mart aja Ca.."
"Lama, Ni. Gapapa deh Rica jalan aja ke minimarket depan. Tolong ambilin payung yah, Ni"
Sementara Uni menyiapkan payung, Rica menaiki tangga menuju kamarnya hendak mengambil jaket dan uang. Bisa-bisanya niat mau bikin cheesecake tapi bahan utamanya tidak ada.
"Kancing yang kuat Ca. nantik sakit, Uni pula repot" Uni berteriak menggunakan logat khas minang andalannya kepada Rica yang sudah menembus hujan didepan sana. Dan hanya dibalas acungan jempol saja oleh Rica.
Sesampainya di minimarket, Rica buru-buru masuk dan mencari barang incarannya. Sesekali ia menggosokkan kedua tangannya dan menempelkannya ke pipi untuk menghasilkan rasa hangat.
"Rica?"
Rica refleks menoleh saat ada yang memanggil namanya. Mata gadis itu terbelalak saat melihat siapa yang menyapanya. Niko Marune? Kenapa bisa bertemu dekat tempat tinggalnya begini? Gawat!
"Alamak, ketemu jodoh aku disini"
"Hai, Ko. Hehe" Rica tertawa paksa menanggapi ucapan Niko. Gadis itu bingung mau menghindar kemana sekarang. Dibelakangnya ada Ibu-ibu yang juga sedang antri. Sedangkan didepannya Ada Niko yang juga sedang antri menunggu giliran membayar.
"Beli apa kau, Ca?"
"Beli ini doang kok." Rica mengangkat dua kotak keju kearah Niko.
"Oh? Ini aja? Kau ambil lah yang lain, biar Abang Niko yang bayar" tawa sombong Niko terdengar menggelegar didalam minimarket ini. Membuat Rica sang lawan bicara mendadak malu dibuatnya.
"Gak kok. Gue cuma perlu ini."
"Selanjutnya.." Seruan kasir membuat Niko tersadar, dan buru-buru maju.
"Eh, Ko, lo mau bayarin gue 'kan?"
"Lah iya, sekalian aja" Jawab Niko dengan logat Medan andalannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionSingkat saja. Pertemuanku dengan pria itu adalah ketika aku tidak sengaja menemukan bocah lucu yang tengah menangis kecewa ditengah padatnya pengunjung kala weekend. Siapa yang tahu? Bocah kecil itu lah yang justru membuatku menemukan kebahagiaan se...