Rica membaca isi grup chat yang berisikan para sahabatnya tersebut dengan lemas. Ia tak tahu harus berkata apa pada mereka. Mereka pasti sangat kecewa.
Disana mereka sudah sangat excited menungggu cerita uWuu nya bersama Dito. Bukannya terhibur, Rica justru semakin bertambah sedih.Rena : Gimana, Ca? Seneng dong pasti Om Dito-nya
Chika : Lo pulang jam berapa dari sana?
Elisa : paling juga baru pulang dia
Lama Rica membaca keributan yang ada didalam grup chat tersebut. Bingung harus mengetikkan apa agar para sahabatnya ini tak kecewa dengan ekspektasi mereka.
Rena : busett dibaca aja wkwk.
Sewot Rena saat Rica hanya menjadi sider saja di grup chat tanpa mau membalas sepatah katapun.
Tiba-tiba layar ponsel Rica berubah menjadi panggilan video dari para sahabatnya. Ia panik dan berpikir lama untuk memutuskan mengangkatnya atau tidak.
Sampai akhirnya saking lamanya Rica berpikir, panggilan video tersebut berakhir dengan status tak terjawab.
Chika : angkat, atau kita kerumah lo sekarang juga
Melihat ancaman Chika di grup chat. Rica Dengan berat hati mengangkat panggilan video tersebut ketika mereka mengajaknya melakukan panggilan video lagi. Wajahnya ia buat seolah-olah sangat baik baik saja. Sebelum mengangkat panggilan video tersebut.
"Hai!" Rica tersenyum lebar ke layar ponselnya menyapa sahabatnya yang lain.
"Gimana respon Om Dito tadi? pasti dia senang banget dong" tanya Rena to the point
"Uhmm, iya hehe.. baik kok, eh seneng" Rica terbata-bata ketika bicara, membuat ia merutuki dirinya sendiri yang sangat tak pandai berbohong.
"Aneh banget lo?" Sahut Elisa asal.
"Gue ga aneh kok Sa" Rica tertawa diakhir kalimatnya. Namun sangat kentara sekali jika tawa tersebut terlalu dipaksakan. Membuat Chika angkat bicara untuk mendesak Rica bicara jujur.
"Lo lagi bohongin siapa sih? Lo pikir gue ga tau kalo Lo lagi bo'ong?" Pancing Chika yang kesekian kalinya.
Akhirnya dengan sangat berat hati, Rica menceritakan semua yang terjadi hari ini. Mulai dari pagi ketika ia sangat excited menemui Dito, menunggu pria itu pulang sampai seharian, sampai dengan penolakan pria itu akan hadiah darinya.
"Apa dia sukanya hadiah yang mahal ya?" Ucap Rica sendu. Kali ini tidak ada lagi air mata yang keluar dari mata sayu itu. Sudah habis ia tumpahkan sewaktu perjalanan pulang kerumah tadi.
"Enggak. Emang dia aja orang yang kurang apresiasi sama usaha orang. Mau semurah apapun hadiah yang di kasih kalo dia tau diri dan punya perasaan, pasti diterima dan bilang makasih lah." Ucap Chika menggebu-gebu. Ia benar-benar emosi mendengar cerita sedih Rica.
"Gapapa ga usah sedih. Besok kita lelang aja hasil kerja keras lo di YouTube gue. Duitnya bisa lo tabung deh kalo laku mahal. Itu soalnya bagus banget tau homemade gitu. Aesthaetic lah pokoknya" Chika kembali melontarkan kata-kata semangatnya untuk Rica, membuat gadis yang sedang murung itu menerbitkan senyum kecilnya.
"Lelang juga di Instagram Kakak gue. Pasti laku keras itu" sahutan Elisa semakin membuat senyum diwajah Rica mengembang tulus.
"Kak Deon emangnya terima endorse-an sekarang?" Rena yang tadi hanya diam menyimak kembali bersuara.
"Enggak sih. Tapi buat Rica mah, entar gue paksa foto pake Sweeter bikinan Rica" Ucapan Elisa membuat ketiga para sahabat itu tertawa keras. Pasalnya kakaknya itu sangat anti dibilang selebgram. Pekerjaannya adalah polisi yang kebetulan viral dan mendapat ratusan ribu follower di social medianya. Itulah mengapa jika ada tawaran endorse sering ia tolak. Pekerjaan utamanya adalah polisi, dan ia tak tertarik untuk menjadi selebgram.
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionSingkat saja. Pertemuanku dengan pria itu adalah ketika aku tidak sengaja menemukan bocah lucu yang tengah menangis kecewa ditengah padatnya pengunjung kala weekend. Siapa yang tahu? Bocah kecil itu lah yang justru membuatku menemukan kebahagiaan se...