Semakin hari Rica ingin sekali berubah menjadi lebih cantik. Ia baru sadar jika wajah remajanya ini sangat-sangat malas ia rawat. Mencuci wajah seusai pulang sekolah saja malas, apalagi jika harus dipaksa mengoleskan step by step memakai basic skincare.
Pikiran Rica baru mulai terbuka saat melihat pantulan wajahnya yang kusam dicermin dan ia mulai membandingkannya dengan wajah para sahabatnya yang Rica rasa tidak sekusam dirinya.
Dan sekarang gadis itu mau memakai basic skincare yang disarankan oleh para sahabatnya tersebut. Agar wajahnya tak terlalu tampak kusam katanya.
Dan beberapa daftar skincare yang disarankan para sahabatnya tersebut sudah Rica kantongi. Rica sudah mencatat semalam hasil final diskusi untuk basic skincare apa yang akan Rica pakai.
Selama Rica menyelesaikan kegiatannya merajut, ia mulai mau memakai skincare untuk wajahnya. Sweeter rajut selesai, wajah menjadi glow up. Perpaduan yang sangat bagus sekali bukan?
"Ca sunscreen yang biasa gue pake tuh mantul banget padahal," di mobil menuju pusat perbelanjaan, Rena masih mencoba meracuni pikiran Rica. Ia masih belum terima jika sunscreen 'mantul' andalannya tersebut hilang dari daftar basic skincare Rica.
"Iihh kan semalem udah sepakat, kalo sunscreen gue pakenya yang samaan kayak punya Elisa dan Chika" bukannya merasa tergoda untuk membeli juga, Rica justru merasa risih karena terus-terusan diracuni Rena.
"Gue coba yang samaan kayak punya Elisa dan Chika dulu ya, kalo ga cocok baru deh coba yang sunscreen yang lo pake sekarang"
"Tau nih, Rena. Racun dari lo mah di gue ga ada yang berhasil. Mahal-mahal doang tapi gaada hasilnya" Chika ikut menimpali
"Kulit lo aja kali yang badak" sungut Rena kesal
"Asli dong berarti? Kan yang ada badaknya" Tawa keempatnya terdengar menggema kuat saat mendengar celetukan Chika.
Memang jago para sahabatnya ini memecahkan suasana. Mereka semua jarang baperan, dan sangat rendah hati. Apapun masalah dan suasana yang mulai tak mengenakan bisa mereka ubah menjadi lebih fun dan tidak canggung.
Dari merekalah Rica belajar sifat-sifat begitu. Yang tanpa mereka sadari mereka sudah saling belajar dan menerima satu sama lain, kekurangan dan kelebihan karakter bawaan mereka.
***
"Eh abis ini nongkrong dulu yuk? Dah lama banget kita berempat ga nongkrong dicafe biasanya. Kangen redvelvet cakenya gue tuh" Chika melontarkan saran yang bagus untuk rekomendasi tempat nongkrong mereka kali ini.
Ya sudah lama sekali rasanya tidak duduk-duduk cantik dengan para sahabatnya ini di sebuah cafe. Biasanya obrolan ringan dan segelas kopi hangat mereka nikmati walaupun hanya satu Minggu sekali. Tapi untuk beberapa Minggu terakhir sepertinya mereka berempat memang sedang sibuk dengan urusannya masing-masing. Sehingga sudah jarang untuk duduk bersama dan menikmati waktu luang."Atau kalian ada urusan lain yaa setelah ini?" Chika kembali bertanya.
"Boleh aja sih, dirumah gue juga ga ada orang jadi males pulang" Jawab Rena terlebih dahulu
"Yaudah terserah kalian aja" Elisa menjawab seolah tak acuh.
Saat setelah membayar skincare yang para sahabatnya tersebut rekomendasikan. Rica jadi malu untuk pamit pergi duluan. Padahal kan ia yang mengajak teman-temannya tersebut untuk menemaninya membeli skincare.
"Temen-temen.. maaf nih.." Rica menautkan kedua tangannya. Agak tersendat untuk bicara lebih lanjut. Ia benar-benar tak enak untuk langsung pergi.
"Gue ada jadwal main sama anaknya Om Dito nih hari ini. Kasian dia kalau nungguin lama. Gapapa ya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionSingkat saja. Pertemuanku dengan pria itu adalah ketika aku tidak sengaja menemukan bocah lucu yang tengah menangis kecewa ditengah padatnya pengunjung kala weekend. Siapa yang tahu? Bocah kecil itu lah yang justru membuatku menemukan kebahagiaan se...