jangan lupa vote dulu ;)
***
"Assalamualaikum.."
"Waalaikumsallam.."Laila menaruh cangkir teh hijau yang sempat ia sesap tadi sesaat setalah menjawab salam dari sang anak perempuannya.
"Gimana sekolahnya?" tanya Laila kemudian saat melihat Rica yang telah mengambil posisi duduk disampingnya.
"Kayak biasa ma" jawab Rica seadanya.
"Tumben pulang telat. Ga bilang lagi. Baru aja mau mama suruh abang kamu susulin kesekolah"
"Hehe.. Rica lupa ma. Janji deh ini yang terakhir lupa kasih kabar ke mama. Soalnya tadi tuh Rica pergi makan siang sama om Dito" Diakhir kalimatnya, Rica cengengesan bak orang gila yg kehabisan efek obat penenangnya, membuat Laila nyaris melempar cangkir teh yang ada didepan nya kearah Rica.
"Kamu tuh yah.. Udah berapa kali abang sama adek kamu bilang kalau kamu tuh ga boleh suka sama Dito. Dia itu cari istri bukan anak adopsi!"
"Mama! Tapi kan-"
"Jangan teriak sama mama Rica!" Laila menyela pembelaan yang akan dilontarkan Rica. Membuat gadis itu bersungut kesal.
"Iya Ma maaf.." Rica kembali memelankan nada bicaranya, namun tidak juga meninggalkan nada jengkel yang masih terselip saat gadis itu berbicara.
"Udah boleh ngomong lagi?" lanjut Rica.
"Mmm..." gumaman singkat yang hanya ia dapat dari Laila.
"Mama.. Cinta itu ga memandang usia. Rica suka kok sama om Dito.. Walaupun kata orang udah second juga Rica suka dia apa adanya.." Rica berbicara sepelan dan selembut mungkin pada sang ibu agar tak terkena omelan lagi jika salah bicara.
"Satu lagi, emang aku pantesnya jadi anak adopsi yah Ma dari pada calon istri adopsi?" lanjut Rica lagi sebelum sang ibu kembali akan membuka suara. Namun bukan nya menjawab pertanyaan Rica, perempuan paruh baya tersebut justru kembali melontarkan pertanyaan.
"Emang Dito suka sama kamu?" Rica terdiam sejenak kemudian menjawabnya dengan ragu.
"Mungkin.."
"kamu sama dia aja kalo jalan berdua udah kayak anak sama bapak yang mau ngambil raport. Bukan apa-apa, tapi perbedaan umur kalian itu jauh Rica. Juga kalo dilihat-lihat Dito itu ga suka sama kamu. Dari cara bersikap sampai bicara pun orang itu ga suka sama kamu"
"Tapi Rica suka sama Om Dito Ma. Urusan dia suka apa enggak Rica mau usaha dulu. Batu aja kalau ditetesin air terus-menerus bakal Retak juga, gitu juga hati om Dito. Sekeras apapun hati om Dito pasti akan luluh" Kali ini tak ada lagi tertawa menjijikan ala Rica, ada terselip keseriusan di nada tersebut yang membuat Laila diam sesaat.
"Masalahnya batu ini gaada tanda-tanda mau ditetesin sama kamu"
Rica menunduk sedih mendengar ucapan Laila. Entah mengapa kalimat sederhana yang baru saja Laila lontarkan membuat Rica menjadi pesimis.
"Rica bisa buktiin kok. Rica bisa bikin Om Dito jatuh cinta sama Rica" kadar nada kepercayaan diri suara tersebut seolah hampir menurun ditelinga Rica sendiri. Namun gadis itu tetap memasang wajah sok 'Siap Terluka'
"Kamu itu masih muda. Banyak sosok laki-laki single yang belum punya anak diluaran sana. Laki-laki bujang yang tampan. Masa' kamu kalah sama nenek-nenek? Nenek-nenek aja dapetnya bujangan. Lah kamu masih gadis, cantik malah milih Duda anak satu!"
"Ya kalo bujangannya suka nenek-nenek kan ga bisa dipaksa, Mama. Gitu juga Rica"
"Pokoknya Mama ga suka kamu deket sama Duda anak satu itu. Mau ditaruh dimana muka Mama, Rica?! Kamu bisa jadi bahan gunjingan tetangga dan teman arisan Mama"
KAMU SEDANG MEMBACA
SERENDIPITY
Teen FictionSingkat saja. Pertemuanku dengan pria itu adalah ketika aku tidak sengaja menemukan bocah lucu yang tengah menangis kecewa ditengah padatnya pengunjung kala weekend. Siapa yang tahu? Bocah kecil itu lah yang justru membuatku menemukan kebahagiaan se...