BAB VII - Perjuangan Rica (1)

1.2K 146 4
                                    

Rica bangun dari tidur nyenyaknya dengan semangat. Senyuman lebar merekah diwajah cantik remaja delapan belas tahun itu. Ia sangat bersemangat memulai hari ini. Karena dihari ini jugalah perjuangannya untuk mendapatkan hati Dito ia mulai.

Rica ini gadis yang pantang menyerah. Sesuatu yang sangat ia inginkan haruslah bisa ia gapai. Dari kecil rasa optimis gadis ini memang tak perlu diragukan lagi. Gadis ini selalu mendapatkan apa yang ia mau.
Apalagi jika orang-orang disekelilingnya sudah mendukung apa yang menjadi tujuannya. Sesuatu itu sudah pasti akan Rica miliki, cepat atau lambat. Kecuali untuk perihal hati. Ia sendiri sempat masih meragukan kemampuannya. Namun terlepas dari semuanya, Rica tetap akan mencoba. Ia selalu memegang prinsip, tak apa tak berhasil saat telah mencoba, daripada menyesal karena tak mencoba sama sekali. Nice Principle, right?

Rica melihat note kecil berisikan list sesuatu yang Dito sukai. Bermodalkan mengorek informasi dari Rio saat sepulang mereka dari pesta pernikahan teman Rio kemarin, ia hanya mampu menuliskan 3 daftar saja.

Tidak masalah hanya 3 daftar tersebut saja yang Rica ketahui, setidaknya ini awal yang baik bukan?

Fyi, Dito adalah senior Rio saat di Sekolah Menengah Atas dulu. Saat itu Rio duduk dikelas Sebelas dan Dito ditingkat akhir, mereka satu kamar di Asrama selama setahun. Itulah mengapa sedikit banyak Rio mengetahui apa saja tentang Dito.
Dito juga dulu dikenal sebagai laki-laki paling good looking di Sekolah mereka. Rio dan teman-teman yang sesama laki-laki lainnya pun sempat insecure karena Dito terlalu banyak yang menggemari. Pesona pria itu terlalu kuat.

Rica melihat daftar pertama. Susu pisang.

Dito sangat menyukai susu kotak dengan perisa pisang. Dulu saat ia masih di asrama, Rio bilang susu pisang adalah sesuatu yang wajib setiap paginya. Bahkan sampah kamar mereka setiap harinya dominan dipenuhi oleh sampah susu kotak kesukaan Dito.

"Selamat pagi, Mama" Senyuman lebar tersebut hampir tak pernah luntur dari wajah Rica. Ia sangat se-excited itu dalam memulai harinya. sangat-sangat excited.

Laila yang melihatnya pun hanya tersenyum kecil, tak banyak respon yang ia beri pada Rica. Ia takut anak gadisnya tersebut akan terluka karena ekspektasinya yang terlalu tinggi. Ia sangat tahu, masalah hati tak bisa coba-coba. Salah satunya akan terluka jika hanya satu orang yang berjuang didalam suatu hubungan.

"Nino, mana Ma?" sambil menyuap nasi goreng buatan Laila, Rica melihat kesekeliling ruang makan mencari tanda-tanda keberadaan Nino. Namun nampaknya nihil. Tas adiknya tersebut bahkan tidak terlihat ada dikursi ruang makan.

"Dia duluan katanya. Ada sesuatu yang lagi urgent. Kamu disuruh naik ojol aja"

"Ohh yaudah deh gapapa"

***

Jam enam kurang dua puluh menit, Rica berjalan keluar komplek perumahan rumahnya. Ia sengaja pergi sepagi mungkin mulai hari ini. Tujuannya tak lain adalah minimarket didepan gerbang masuk komplek rumahnya. Ia akan memulai misinya.

"Mbak, Susu rasa pisang yang paling enak disini yang mana ya?" Rica menunjukkan tiga brand yang ia ambil dari kulkas dan menunjukkannya pada penjaga kasir tersebut. Untung saja suasana minimarket pagi ini sedang sepi pembeli.

"Tiga-tiganya sih enak, dek"

"Yang paling cepet laku, Mbak?"

Kasir tersebut sempat berpikir beberapa saat sampai akhirnya ia menunjuk sebuah brand yang sama dengan nama minimarketnya.

"Yang ini deh kayaknya" Rica mendengus sebal mendengar jawaban Kasir tersebut. Jelas ia akan melakukan merek dagang minimarket mereka dulu.

"Yaudah saya ambil yang ini" Pilihan Rica berbeda dengan pilihan kasir tadi.

SERENDIPITYTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang