Peter - Galak-ness

9.9K 1.1K 61
                                    

Gue dari tadi ga bisa berhenti tersenyum. Gue tahu Steph ga akan semudah itu memaafkan gue, tapi dengan dia meminta kartu kredit gue, gue bisa menghela nafas lega.

Sedikit sih.

Kalau bisa memilih, gue ingin banget tiap kali Steph marah, gue bayar langsung dengan kartu kredit gue supaya amarah Steph meluap seketika.

Kalau saja Steph mau gue sogok dengan cara seperti ini tiap kali...

Gue melirik kemeja gue yang telah gue masukin di laundry bag, dan gue kembali merasakan perasaan tidak enak tersebut.

Gue tahu itu sepenuhnya bukan salah gue dan juga bukan sesuatu yang gue bisa kontrol, namun gue...

Gue benar-benar ga bisa mendeskripsikan perasaan gue sekarang. Gue memang memilih menjadi dokter kandungan karena gue selalu amazed by how great life is.

Menyaksikan bagaimana indahnya perjuangan seorang Ibu melahirkan anaknya... Gue benar-benar puas dan perasaan itu benar-benar ga dapat gue definisi.

Tapi, hari ini, gue sama sekali ga bisa melupakan ekspresi suami korban ketika gue mengabari kabar bahagia dan duka secara bersamaan. Gue benar-benar merasa gagal dan juga kecewa dengan diri gue sendiri.

Ketika calon-calon Ayah biasanya selalu terlihat bahagia dan berseri-seri ketika anaknya lahir, suami korban kecelakaan tersebut malah tidak menujukkan ekspresi.

Gue menghela nafas.

Gue melirik layar ponsel gue dan mengetikkan sesuatu untuk Alya. Kalau besok jadwal gue lumayan renggang, gue sepertinya ingin mengambil satu hari day-off.

Pintu kamar gue diketuk dan gue langsung mengambil laundry bag tersebut kepada petugas hotel. Baru saja gue mau menutup pintu, gue melihat Steph yang sedang menenteng... 5 kantung plastik besar dimana tiga diantaranya adalah brand favoritnya.

Gue sedikit meringis, melihat ukuran plastik yang besar yang menandakan bahwa Steph pasti baru saja membeli sepatu atau tas, namun gue tidak mungkin melarangnya.

"Udah mandi ya?"

Gue mengangukkan kepala gue pelan dan kembali melirik kantung plastik belanjaannya.

"Lumayan banyak ya? Ini mah ga sebanding dengan apa yang telah kamu lakuiin ke aku," tambah Steph lagi dengan nada yang sama sekali tidak bersalah.

Gue meringis lagi, menyadari bahwa amarah Steph tidak meredup sama sekali dan mungkin saja dia setuju untuk berada disini bersama gue karena dia tahu gue lagi butuh dia.

"Aku jadi mikir, minggu depan ada tanggal merah, apa aku sekalian cuti terus ke Eropa jalan-jalan ya?"

Stuck On You - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang