Steph - Bad hunch

10K 1.1K 71
                                    

Aku kembali melirik Iphone milikku untuk kesekian kalinya dalam lima menit terakhir. Aku tahu ini bukan pertama kalinya aku dan Peter bertengkar, tapi...

Entah kenapa rasanya pertengkaran kali ini membuatku lebih cemas daripada yang biasanya.

Aku menghela nafas lelah, sepertinya memang aku yang salah kali ini.

Well, biasanya kalaupun aku yang salah, seringkali Peter yang meminta maaf duluan sehingga aku tidak akan pernah pusing dan langsung melupakan penyebab pertengkaran kita.

Tapi kali ini...

Aku tahu aku salah. Tapi tidak adil juga bagi Peter untuk menyalahkan aku saja seperti itu, bagaimanapun juga kan aku berusaha juga!

Memangnya cinta segampang beli barang di online shop?

PETE JENGKOL!

Aku menghela nafas dan menyadari bahwa tinggal sejam waktu kerjaku akan berakhir. Sebenarnya sejak jam makan siang, aku sama sekali tidak bisa berkonsentrasi. Harusnya aku melakukan beberapa tes untuk pengambilan sampel sebagai bagian dari quality control dikarenakan Lea, lab officer sedang mengambil cuti hamil. Namun aku lupa dan presentasi yang harus aku tunjukkan pada meeting besok juga belum selesai.

Ya ampun, baru kali ini aku bertengkar dengan Peter sampai-sampai aku tidak bisa berkonsentrasi pada pekerjaanku.

Aku berusaha untuk menyelesaikan presentasi agar menghindari lembur ini namun daritadi aku masih stuck di slide ketiga.

Apa aku ke rumah sakit Peter ya?

Tidak seperti biasanya Peter tidak menghubungiku sama sekali. Meskipun baru dua hari berlalu, tetap saja aku merasa tidak tenang.

Dengan gugup aku menekan tombol yang sudah kuhafal dan... Peter mengabaikan telepon dariku.

Sial.

Aku sedikit marah dan kesal karenanya. Namun, jangan panggil aku Stephanie Grace Winata kalau aku akan menyerah dengan sikap merajuknya Peter.

"Loh sudah mau pulang?" tanya Nadya, rekan kerjaku yang juga merupakan teman sekelasku dulu sewaktu kuliah.

"Iya, gue sakit nih. Gue mau lanjutin di rumah saja, kalau besok gue ga datang, berarti gue istirahat deh."

"Beneran ga lo? Jangan-jangan lo cuma lagi males dan mau main dokter-dokteran sama pacar lo!"

Ya ampun, Nadya ini mulutnya memang pedasnya melebihi chili padi.

"Engga. Gue beneran sakit tau. Lo ga lihat daritadi gue hanya melamun? Lagian, gue juga lagi berantem sama si dokter pete jengkol itu."

"Lagi?"

Aku melotot langsung ke Nadya. "Maksud lo apa dengan lagi?"

"Bukannya kalian itu sebulan pasti minimal berantem sekali ya?"

Aku terdiam. Lebih tepatnya, aku bingung harus bagaimana menjawab Nadya.

"Mending nikah aja deh Steph. Berantem setiap dua minggu sekali capek loh, kalau uda nikah..."

"Nikah memangnya kenapa? Sama doang, hanya ganti status," potongku yang langsung dibalas dengan cibiran Nadya.

Nadya memang sudah menikah sejak tiga tahun yang lalu, dan tanpa melalui fase pacaran. Hasil dari perjodohan antar dua keluarga besar yang sudah terjadi sejak Nadya masih bayi.

Untung saja Mama tidak sekejam itu ke aku. Bisa gila kalau setelah lulus SMA langsung nikah dengan Peter.

"Memang. Tapi sekalipun laki lo selingkuh, paling enggaknya lo masih dapat tunjangan hidup di pengadilan. Sekarang kalau misalnya Peter tiba-tiba ngajak putus atau selingkuh gimana?"

Stuck On You - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang