Steph - Hard to Leave

10.7K 1.1K 96
                                    


"Asik, lo bikin red velvet hari ini Sabri? Gue mau deh, lo mau ga Steph?"

"Gue juga bikin raspberry cheesecake kalau kalian mau, gue keluarin buat kalian gimana?"

"Gue ada tiket Milan Fashion Week nih buat kalian!"

Aku tidak terlalu memedulikan ketiga suara sahabatku dan kembali melirik Iphone milikku. Sudah tiga hari, dan Peter benar-benar tidak menghubungiku sama sekali.

Hari pertama, Peter masih menghubungiku dan mengirim pesan. Hari kedua, setelah aku menekan tombol reject dan tidak membalas pesan-pesannya, Peter berhenti menghubungiku. Hari ini, hari ketiga, untuk pertama kalinya, layar di ponsel pintarku tidak menunjukkan adanya notification dari Peter.

Have I taken this too far?

Suara tangisan Sierra membuatku sedikit tersadar dari lamunanku dan aku lalu melirik balita perempuan cantik dengan ekspresi cemberut yang mirip sekali dengan Ibunya.

"Maaf Non, dari tadi Sierra ga betah di playground," kata salah satu babysitter Sabrina dengan nada bersalah dan Sabrina dengan sigap menggendong Sierra di pangkuannya.

"Bisa tolong sampaikan pesan aku ke Lula buat ambilin kue yang aku bikin buat teman-temanku ga? Sierra biar sama aku dulu," kata Sabrina dengan sopan kepada babysitter Sierra dan pengasuh anak tersebut sudah berjalan masuk ke dalam rumah kediaman Salim.

Sepertinya Sierra sadar bahwa dia telah di pangkuan Ibunya, seketika tangisan Sierra berhenti, dan tertawa kecil menyadari semua pandangan tantenya telah tertuju kepada dirinya.

"Sierra makin mirip lo, bule," kata Nana sambil menyesap pelan mango smoothies-nya. Editor in Chief yang satu ini belakangan semakin glowing, karena hubungannya dengan Stefan kembali membaik.

Bahkan, setelah sekian lama membohongi kami, akhirnya Nana dan Stefan sekarang sudah tidak malu-malu lagi menunjukkan kemesraan mereka.

"Iya ya? Dom juga bilang begitu sih. Katanya mata Sierra semakin coklat," balas Sabrina sambil mengecup kecil pipi gembul milik Sierra. Sabrina yang paling duluan menikah dan mempunyai sepasang anak kembar di antara kami memang terlihat bahagia menikmati pernikahannya.

"Shawn juga. Mata Shawn juga coklat, meskipun rambutnya hitam gelap sih," tambah Lana, yang entah kenapa datang tepat waktu untuk acara kumpul kami siang ini dan masih betah dengan status sendirinya.

"Preman lo lebih sayang siapa? Sierra atau Shawn?" tanya Nana lagi setelah Shawn yang melihat saudara perempuannya di pangkuan Ibunya merengek dan berjalan dengan susah payah ke arah Sabrina ditemani babysitter yang lain.

Ketika Shawn berhasil berjalan ke meja kami, Shawn langsung berteriak meminta untuk digendong. Kali ini babysitter Shawn-lah memandang Sabrina dengan tatapan penuh bersalah.

"Maaf Non, Den kecil juga jadinya rewel."

"Ya uda gapapa, sekarang kamu bantuin angkatin Shawn supaya dia duduk di paha kanan aku," balas Sabrina dengan lembut. Kadang aku tidak mengerti dengan Sabrina. Preman kaya alias suaminya sudah sengaja memperkerjakan dua pengasuh anak untuk balita kembarnya, namun Sabrina tetap saja direpotkan karena seringkali kedua pengasuh anak tersebut tidak dapat menangani tantrum balita kembar tersebut.

"Dom kayaknya ga memfavoritkan satu di antara mereka, tapi sepertinya Dom bakal manjaiin Sierra banget," balas Sabrina dengan lembut sambil memeluk kedua anaknya. Kedua balita kembar tersebut tidak terlihat seperti orang Indonesia umumnya mungkin karena gen campuran Sabrina lebih kuat, dan kami bertiga sangat bersyukur.

Stuck On You - CompletedTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang