[13; hating the truth]

6K 897 39
                                    

Jennie bisa menatap Jaewon, namun sayang pemuda itu tidak. Jennie bisa melihat dan mendengar setelah Jaewon menelepon ibunya, pemuda menangis sekencang-kencangnya. Ia tidak benar-benar memasak Hayi. Itu hanya sebuah kebohongan agar ibunya mau menganggap Jaewon sebagai anak kandungnya.

Jennie mengusap rambut Jaewon, walau pemuda itu tidak akan pernah merasakannya. Andai waktu bisa terulang dan Jennie tau tentang hal ini, mungkin ceritanya akan berbeda.

Selama ini hidup di kendalikan oleh ibunya, menurut Jennie kasus Jaewon lebih menyedihkan daripada dirinya.

"Hayi, maafkan aku." ucapnya lirih sembari menatap Hayi yang sedang tak sadarkan diri lengkap dengan lakban yang tertempel di nulutnya.

"Aku terpaksa melakukan ini. Kau tau bagaimana rasanya diperlakukan seperti anak tiri, kan? Aku sedang merasakannya."

Jaewon menghela nafas panjang, "Mereka lebih menyukai Mino, anak sopir pribadi keluargaku. Hanya karena Mino adalah ketua geng berandal yang di takuti orang satu kota"

Jennie terisak dalam diam. Menatap orang yang ia cintai selama ini ternyata benar-benar sedang terluka. Lalu, pandangannya bergantian menatap Hayi.

Lisa membantu menyelesaikan masalah Jisoo, itu artinya Jennie bisa meminta orang secara random untuk membantunya atau menyelesaikan masalahnya sendiri.

Sebelum mengetahui hal ini, Jennie pikir masalahnya adalah Hayi dan Jaewon yang bersatu. Karena itu ia mencoba memisahkan Hayi dan Jaewon dengan berbagai cara.

Sayangnya, ia salah besar. Masalahnya terdapat pada Jaewon dan ia membutuhkan Hayi sebagai perantaranya.

Jennie mencoba mendekat ke arah Hayi dan mulai merasuki tubuh wanita mungil itu.

Berhasil.

Jennie yang berada di dalam tubuh Hayi perlahan membuka matanya dan menangkap basah Jaewon yang sedang menangis. Sedangkan Jaewon langsung melotot kaget karena seharusnya Hayi akan sadar dalam 12 jam yang akan datang, itu yang tertulis dalam kardus obat.

"H-Hayi?" pekik Jaewon agak menjauhkan tubuhnya dari Hayi yang kini sedang dipengaruhi oleh Jennie.

Beruntung semasa hidup, Jennie pernah belajar cara berbicara dengan mulut tertutup. Gadis itu mencoba melakukannya menggunakan tubuh Hayi.

Dan sekali lagi, Jennie berhasil.

"Jaewon, lepaskan aku dulu"

Jaewon menatap Hayi bingung. Entah kenapa kelebihan Hayi mengingatkannya pada sesuatu.

Jaewon lalu melepaskan lakban di mulut Hayi dan membiarkan gadis itu berbicara dengan bebas.

"Aku mohon, jangan seperti ini." Hayi membelai pipi Jaewon perlahan. "Kau tidak perlu jadi apa yang orang lain inginkan, cukup jadi dirimu" lanjut gadis itu.

Jaewon tertegun untuk sesaat. Ia paham apa yang dinaksud Hayi, namun ia tidak paham bagaimana cara gadis itu tahu?

"K-Kau darimana kau?" pekik Jaewon.

Hayi terkekeh pelan, "Won, aku mendengar semuanya. Dan maaf, tapi aku bukan Hayi. Aku Jennie," kata Jennie akhirnya mengaku.

"J-Jennie? Hayi jangan bercanda! Jennieku sudah tiada!"

Tubuh Hayi yang dirasuki Jennie mengelus rambut Jaewon dengan penuh kasih, "Hayi tidak bercanda, ia sedang tidak sadarkan diri. Aku memang sudah tiada, Jaewon. Itu semua karenamu,"

Jaewon mengerjapkan matanya berulang kali. Jennie ada di tubuh Hayi? Itu satu-satunya asumsi yang paling normal diantara asumsi Jaewon yang lain.

"Jen..."

"Hm? Just say it, just say what you wanna say"

Jaewon menarik tubuh Hayi ke dalam pelukannya, "I miss you" bisik Jaewon.

"I miss you too, but i know we can't meet each other"

"Jen, bisakah kau tetap di tubuh Hayi untuk selamanya untukku?" tanya Jaewon mengelus rambut Hayi.

"Tidak. Ini sama saja aku merebut hidup Hayi, aku bisa dihukum. Waktuku tidak banyak, setelah Hayi mendapat kesadarannya kembali, aku akan pergi"

Jaewon menggeleng, "Jangan. Jangan pergi terlalu cepat, aku belum siap"

"Aku selalu ada di sampingmu, jangan khawatir kau akan sendiri. Dan juga, jangan pikirkan apa yang ibu katakan dan inginkan jika itu memberatkanmu. Kau Jaewonku, kau tidak bisa berubah menjadi siapapun" ujar Jennie. Suaranya terdengar agak samar-samar, tanda kehadirannya di sana tidak akan lama lagi.

Tubuh Hayi bangkit lalu mengikis jarak diantara bibirnya dan bibir Jaewon. Setelah itu Jennie yang berada di dalam tubuh Hayi melepaskan tautan kedua bibir yang cukup dramatis itu.

Jennie mendekat ke arah telinga Jaewon, lalu membisikkan sesuatu pada pemuda itu. "Selamat tinggal"

Dan yang terjadi selanjutnya, tubuh Hayi kembali jatuh tak sadarkan diri. Diikuti tangisan Jaewon yang belum rela Jenni kembali ke dunianya.

tbc

hnggg jangan salah paham dulu makanyaaaa

reflection | blackpink ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang