WITD - 6

431 56 6
                                    

Tak lagi menjadi penawarku
.
.

Yoojung kembali bekerja di rumah sakit. Ia memasuki ruangan ibunya dengan tenang seolah tidak ada yang terjadi.

"Sebenarnya ada apa sayang? Oppamu terus mencarimu kemarin dan kau tak masuk kerja. Apa kau sakit?"tanya ibunya khawatir. Yoojung melirik seorang wanita paruh baya di sampingnya lalu dengan ragu ia menggeleng. Tak berbicara maupun bertatap mata dengan wanita itu.

"Dokter yoo, pasien donor jantung sudah mulai sadar."ucap seorang suster dengan terburu-buru. Dokter yoo pun berjalan cepat mengikuti suster tadi.

Yoojung melihat sekeliling ruangan dalam diam. Tatapannya menjadi ganda, kepalanya sedikit pusing karena melihat seluruh ruangan bercat putih beserta bau obat yang menyengat.

"Yoojung-ah... Kau darimana saja? Aku mencarimu."ucap junhoe dengan napas terengah-engah memasuki ruangan. Yoojung berbalik badan, wajahnya seperti mengingat sesuatu.

"Koo Junhoe?"

"Wajahmu pucat. Kau baik-baik saja yoojung-ah?"

"Yeonjung."

"Hah?"tanya junhoe sambil mendekati yoojung yang seperti hampir kehilangan kesadaran

"Namaku yeonjung..."setelah mengucapkan kalimat terakhirnya tubuh yoojung meluruh ke lantai tetapi dengan segera junhoe menopang badan yoojung yang pingsan.

Junhoe mengangkat badan yoojung hendak ia bawa ke salah satu dokter tetapi mata yoojung terbuka lemah.

"Oppa..."ucap yoojung dengan pandangan perihnya. Junhoe menghela napas karena adiknya sudah tersadar lalu ia baringkan ke salah satu tempat tidur khusus karyawan di sana.

Junhoe mengusap rambut yoojung lembut,"Menangislah jika kau ingin menangis."ucap junhoe sambil menatap yoojung pedih. Ia juga merasakan sakit. Bohong jika dia bilang hatinya baik-baik saja.

Yoojung beranjak dari tidurnya, kini ia berganti posisi menjadi duduk. Ia menunduk menangis dalam diam, perlahan bahunya bergetar. Hatinya seperti tersayat saat ingatan tentang taehyung yang mengkhianatinya terputar ulang bagaikan rol film yang memunculkan adegan yang sama.

Yoojung mengingat kembali saat-saat mereka tertawa bersama, bercanda bersama, saling meledek, saling memukul dan saling berpandangan dalam diam dengan masing-masing senyuman dibibir mereka. Dadanya tiba-tiba terasa sesak, ia sulit bernapas. Dia memukul-mukul dadanya berharap rasa kesal, marah, kecewa itu berkurang tetapi yang ada hanya sebuah perasaan sesak yang membuatnya ingin berhenti bernapas.

Untuk apa hidup jika kebahagiaannya pergi dengan sangat kejam seperti ini?

Yoojung memandang junhoe dengan berlinangan air mata,"Apa kebahagiaan terlalu berharga untuk dirasakan oleh seorang gadis sepertiku?"tanya yoojung. Junhoe menarik yoojung dalam pelukannya lalu menangis dalam dada junhoe."Aku menyayanginya dengan tulus. Aku... Aku... Aku mencintainya dengan tulus oppa. Eeottokhae? Na eottokhae... Hiks..hiks... Rasanya disini sakit... Sangat sakit..."

Junhoe hanya diam sambil mengusap lembut rambut yoojung. Setetes air mata keluar dari kedua mata junhoe. Adiknya merasakan sakit dan dia tidak bisa berbuat apa-apa. Dia juga merasakan sakit itu. Hatinya juga merasa perih dikhianati. Suara napas yoojung mulai beraturan menandakan bahwa yoojung sudah tertidur.

Kali ini tangan junhoe yang bergetar, ia memeluk adiknya dengan erat. Menangis di ceruk leher yoojung untuk bersembunyi disana. Bahunya bergetar dalam diam. Rasa sakitnya kurang lebih sama dengan apa yang adiknya gambarkan. Dia bahkan sudah membeli cincin untuk melamar. Semuanya menghilang begitu saja dengan rasa sakit yang wanita itu berikan. Badan junhoe menegang saat sebuah tangan mengusap kepalanya.

Walking in the dark✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang