WITD - 27

332 37 4
                                    

Angin malam menerpa lembut anak rambut yoojung yang mencuat di sisi-sisi ikatan rambutnya. Matanya terpejam seraya melentangkan kedua tangannya. Ia benar-benar menikmati terpaan angin di wajahnya seolah ingin melepaskan semua beban yang ada di kepalanya, bahkan beberapa kali ia menghirup dalam-dalam angin dingin itu lalu menghembuskannya perlahan.

Junhoe hanya dapat memandang punggung kecil itu dari jauh. Tanpa sadar ia juga ikut menghela napas bersamaan setiap tarikan napas gadis itu.

"Kau tak ingin memelukku dari belakang?"sebuah suara menyadarkan junhoe. Ia diam saja, tak merespon ucapan gadis itu. Yoojung menoleh, junhoe langsung bersikap seolah sedang memakan steak nya"Koo Junhoe, kau tak mendengarku eoh? Aku membuat isyarat, tapi kau tak peka."omel yoojung. Junhoe hanya mengendikkan bahu tak peduli sambil memandang yoojung sekilas.

"Steak nya enak."

Yoojung berjalan menuju meja junhoe dengan cemberut. Ia duduk di kursinya yang berada di depan lelaki itu.

"Kau lebih memilih steak nya daripada aku?"

"Tentu saja! Itu saja kau tidak tahu."

What the f...

Yoojung menghela napas panjang untuk meredakan emosinya.

"Ternyata dingin juga memakai dress pada malam hari di negara ini, kupikir tidak sama."gumam yoojung pelan seraya tertawa kecil menertawakan dirinya lalu ia mengambil pisau dan garpu yang telah tersedia di piringnya.

Greeet...

Suara kursi di depannya menderit menandakan bahwa orang yang mendudukinya menggeser kursi tersebut. Yoojung mendongak memandang bingung junhoe yang berdiri dari duduknya. Apakah lelaki itu akan meninggalkannya di restauran ini sendirian, karena ia melihat makanan junhoe sudah habis.

"Kau tida—"

Yoojung terdiam ketika junhoe memakaikan coatnya kepada dirinya.

"Semua musim dingin pasti dingin dan semua malam juga memiliki angin malam. Kau ingin beku dengan memakai dress pendek ini?"junhoe kembali duduk di kursinya."Kau memilih restauran outdoor agar bisa melihat pemandangan tapi kau tidak membawa jaketmu atau setidaknya pakailah pakaian panjang."

"Oow... Kau sangat perhatian junhoe-ya. Aku sangat tersentuh."ucap yoojung dengan nada yang dibuat-buat disertai dengan sikap mengelap air mata (yang tidak ada) dengan jarinya. Junhoe merasa diejek, ia hanya memutar bola matanya kesal.

Yoojung melihat ekspresi junhoe yang kesal pun tersenyum penuh kemenangan. Satu sama.

"Kau sekarang mulai berbicara banmal padaku."

"Oh, apa kau tersinggung? Padahal katamu, di negara ini tidak sama seperti di negaraku. Tidak ada yang melarang untuk berbicara banmal pada siapa saja kan?"

"Tentu."

Yoojung tersenyum puas karena dapat membuat junhoe tak berkutik lagi. Ia melanjutkan makanannya lagi ketika kursi yang junhoe duduki berderit lagi. Yoojung tak sempat bertanya tetapi ia langsung mengerti karena junhoe melangkahkan kakinya ke tempat dimana ia berdiri sebelumnya.

Restauran ini terkenal dengan pemandangan outdoornya di malam hari dan yang lebih menarik lagi adalah balkon yang disediakan. Dari restauran lantai paling atas ini kita dapat melihat pemandangan kota yang sangat sibuk. Berbagai macam lampu menghiasi di setiap sudut kota dipadukan dengan lampu warna-warni dari sebuah mall besar yang memang sengaja dibuat agar balkon yang menghadap ke arah sana dapat menjadi sebuah pemandangan indah.

Junhoe menghela napas perlahan, tatapannya kosong mengarah ke depan.

Sampai kapan ini akan berakhir? Sampai kapan siksa ini akan usai? Dia tidak tau sampai kapan ia dapat bertahan dalam kebohongan. Ini bukan permainan dimana ia dapat menentukkan berakhir tidaknya sebuah alur, ini juga bukan sebuah perjuangan dimana apabila ia menyerah semuanya akan berakhir.

Walking in the dark✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang