WITD - 14

350 44 1
                                    

"Mau sampai kapan?"tanya seorang gadis yang kini berada dalam dekapannya. Lelaki itu membuka matanya lalu menarik gadis itu hingga menghadapnya.

"Kau marah dengan apa yang kulakukan malam tadi?"tanya lelaki itu, junhoe.

Yooujung menghela napas panjang lalu memandang junhoe,"Anggap saja aku memaklumimu. Kau sakit, aku menolongmu dan secara tiba-tiba ditambah dengan keadaan yang mendukung. Kau menjadi sedikit tidak waras."

Junhoe terdiam sambil masih memandang gadis cantik di depannya. Perasaannya tentu saja merasa tidak benar dengan ucapan gadis itu.

"Tidak. Bukan seperti—"

"Jangan membuat hal menjadi lebih rumit. Aku tak menyukainya."

Setelah mengatakan itu, yoojung melepaskan tangan junhoe lalu ia turun dari ranjang mereka.

Junhoe masih memandang yoojung dalam diam. Pun dengan yoojung yang mulai membenahi pakaiannya yang sedikit lusuh.

"Aku akan ke atas untuk menyiapkan sarapan."ucap yoojung lalu berjalan menuju pintu keluar ruang bawah tanah itu.

Gadis itu sebenarnya bingung saat tau ada ruangan seperti itu di rumah besar dan kosong ini. Tentu saja menjadi hal yang sia-sia ketika membuat ruangan itu disaat tersedia kamar kosong lainnya.

Yoojung melangkah menuju kamarnya untuk mandi, ia tidak tau mengapa rasanya terlalu lemah. Dia memegang dahinya untuk memeriksa bahwa dia tidak sedang demam karena tertular junhoe.

Memangnya demam bisa menular?

Dia menghela napas lega saat tidak menemukan ketidakberesan pada suhu tubuhnya.

Dia merasa kakinya juga tidak lelah.

Apakah pikiran dapat membuat tubuh selemah ini?

Dia melepas pakaiannya, tatapannya datar saat melihat bekas-bekas memerah di beberapa tempat sekitar leher dan dadanya. Tangannya hendak menyentuh tetapi ia urungkan karena ia yakin akan sakit jika ia menyentuhnya.

Yoojung pun menyudahi pikiran-pikiran yang bersarang di otaknya sejak beberapa jam yang lalu. Ia memutuskan untuk segera mandi dan menyiapkan sarapan untuk suaminya.

Setelah mandi beberapa menit berlalu. Yoojung sudah bersiap menuju dapur dengan baju turtleneck hitam dan celana pendek santai. Ia berjalan menuju dapur tetapi kerutan di keningnya semakin dalam saat mendengar suara di dapur. Ia melangkah hingga memasuki dapur dan menemukkan pelaku yang sudah sibuk berada disana.

"Kau sedang apa?"

Orang yang ditanyai menoleh dengan senyuman hangat beserta celemek yang melingkari di tubuh bidangnya.

Yoojung menahan senyum saat melihat kejadian langka itu. Junhoe memakai celemek hitam bergari-garis yeah that colour and pattern so manly but he did that.

Junhoe melangkah dengan membawa dua piring besar di tangannya menuju meja makan.

Sebelum itu,"Morning sweetheart."sapa junhoe sambil mengecup sekilas dahi yoojung dengan senyuman hangat yang masih bertengger lama disana.

Yoojung menaikkan salah satu alisnya saat junhoe tiba-tiba mengecup keningnya. Sedikit terkejut, ah tidak, Sangat terkejut lebih tepatnya. Tapi dia langsung dapat mengendalikan ekspresinya. Setelah junhoe melewatinya untuk meletakkan piring di meja makan. Bibir yoojung tersenyum lebar, wajahnya memerah seperti kepiting rebus.

"Kemarilah, ayo makan."ucap junhoe. Yoojung yang masih membelakangi junhoe terdiam mencoba menetralkan perasaannya.

"Kenapa kau yang membuat sarapan?"

Walking in the dark✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang