Twenty Sixth 💍

11.2K 733 16
                                        

Author's POV

Bulan kedelapan

Hari ini Jack dan Fred berencana untuk pergi berbelanja kebutuhan ketiga putra mereka.

"Bunny, kamu udah siap?" Tanya Fred ke Jack yang masih berdiri di depan kaca.

"Hm. Menurut kamu, aku lebih keliatan kayak cowo apa cewe?" Tanya Jack balik.

"Aku ga peduli kamu keliatan kayak cowo ato cewe, yang penting aku selalu cinta ama kamu." Ujar Fred sambil memeluk Jack dari belakang.

"Kamu gombal aja."

"Aku ga gombal tapi mengucapkan fakta." Tegas Fred.

Mereka pun pergi ke toko yang disaranin oleh mama Jack untuk membeli perabotan kamar anak mereka.
.
.

Sesampainya di toko, Jack dan Fred mulai menelusuri toko. Ketika mereka melihat barang atau perabotan yang cocok, mereka langsung membelinya. Selesai berbelanja perabotan dan barang kebutuhan bayi, mereka pergi ke toko lain yang menjual pakaian bayi. Pakaian-pakaian yang mereka beli hampir setiap modelnya tiga buah. Ada beberapa yang berbeda seperti pakaian bayi yang menyerupai kostum-kostum hewan. Ada yang kelinci, anjing dan kucing. Tidak lupa mereka membeli mainan untuk putra-putra mereka.

Semua perabotan dan perlengkapan lainnya telah dibeli. Sekarang saatnya memasang semua perabotan yang telah dibeli.

"Jack. Ini gimana masangnya?" Tanya Fred sambil menunjukan bagian-bagian dari baby box.

"Itu kan ada buku petunjuknya. Baca aja." Ketus Jack karena kesal melihat Fred.

"Lagian kamu ngapain sih sok-sok-an masang sendiri." Lanjut Jack.

"Aku kan mau keliatan kayak ayah yang bertanggung jawab, bunny." Rajuk Fred.

"Kalo mau keliatan kayak ayah yang bertanggung jawab emang harus kayak gini?"

Sekarang amarah Jack sudah tidak dapat dikendali. Rasanya ingin sekali mencekik Fred namun dia berpikir nanti dia tidak sanggup membesarkan putra-putranya sendirian.

****
Jack's POV

Bulan kesembilan

Malam ini gue nonton sendirian di ruang keluarga. Si Fred lagi beresin kerjaan kantor di ruang kerjanya. Akhir-akhir ini Fred sibuk banget ampe jarang nemenin gue. Gue sih maklumin aja soalnya dia harus kuliah sambil kerja. Itu sih emang berat banget gue akui apalagi buat Fred. Tapi dia tetep berusaha buat ngejalanin semuanya.

Saat gue lagi menghayati filmnya, perut gue tiba-tiba sakit banget. Gue juga liat ada cairan di bawah kaki gue. Dengan cepet gue langsung teriak Fred.

"FRED!"

"Iya bunny kenapa?" Seru Fred dari arah ruang kerjanya.

"Bayinya mau keluar!!!"

Setelah teriak gitu gue denger ada yang jatoh dan beberapa saat kemudian Fred lari ke arah gue. Dia gendong gue keluar rumah dan masuk ke mobil. Dia masuk ke rumah lagi buat ngambil tas yang berisi keperluan gue selama di rumah sakit.

Selama perjalanan ke rumah sakit, gue teriak-teriak ke Fred. Maki dia dan bilang kalo lain kali dia yang hamil aja. Perut gue serasa mau pecah. Gue sekarang ngerti gimana perasaan istri-istri di luar sana yang mau ngelahiran.

Sesampainya di rumah sakit gue digendong Fred dan dibawa ke UGD. Pas dicek dokter, katanya gue udah siap dioperasi. Maka gue pun dibawa ke ruang operasi. Sebelumnya gue diganti bajunya, Fred juga sama. Trus gue anastesi lokal, itu yang gue denger dari dokter.

"Kamu bisa ngerasain ini?" Tanya si dokter.

"Huh? Ngerasain apaan dok?" Gue nanya balik si dokter.

"Oke, ayo kita mulai operasinya."

****

Fred's POV

Selama dokter kerja di balik tirai, gue ga berani ngintip. Gue itu paling anti yang namanya darah. Apalagi dalam jumlah yang banyak. Jadi selama dokter berusaha buat ngeluarin putra-putra gue, gue ngobrol ama Jack.

Ga lama gue denger suara bayi nangis. Putra pertama gue udah keluar. Suster pun langsung naruh dia di atas dada Jack. Cuma berselang beberapa menit putra kedua gue pun lahir. Putra pertama gue pun dibawa pergi buat dibersihin dan sekarang giliran putra kedua gue yang ditaruh di atas dada Jack.

Putra ketiga gue pun akhirnya lahir dan tukeran posisi ama kakaknya. Tapi ukuran dia lebih kecil dari kedua kakaknya. Suster bilang itu ga kenapa-kenapa. Setelah dokter udah selesai ngejahit perut Jack dan bawa Jack ke ruang VIP, gue langsung ikut Jack soalnya kata susternya nanti ketiga bayi gue bakal dianterin ke ruangannya Jack.

Setibanya di ruang rawat inap Jack, gue nungguin ketiga bayi gue sambil megang tangan Jack yang lagi tidur. Dia keliatan capek banget. Gue bersyukur banget ga terjadi apa-apa ama mereka semua.

Beberapa menit kemudian, suster bawa ketiga bayi gue masuk dan ditempatin di samping kasur Jack. Mereka keliatan tenang banget. Tapi semua itu sirna dalam lima detik. Pertama si sulung nangis dan diikutin ama si tengah. Sedangkan si bungsu masih terlelap tanpa peduliin kedua kakaknya. Si suster pun bantuin gue nenangin kedua bayi yang nangis.

"Mereka kenapa Fred?"

"Ah kamu udah bangun. Ga tau nih mereka tiba-tiba nangis."

"Coba bawa mereka ke sini."

"Emang kamu udah kuat?"

"Hm. Aku udah mendingan."

Gue pun bawa bayinya ke Jack satu per satu. Dan ajaibnya mereka langsung diam seketika Jack gendong mereka.

"Jadi kamu udah nentuin nama?" Tanya Jack.

"Blom. Aku nungguin kamu soalnya ini kan anak kita. Lagipula aku juga udah kasih nama belakang mereka. Hamilton." Jelas gue.

"Hm.. Aku mau anak sulung kita dikasih nama Axel."

"Axel..bagus aku suka. Trus yang kedua?"

"Ace. Aku mau dia dinamain Ace."

"Yang terakhir?"

"Alec."

"Pilihan nama yang bagus bunny."

Gue pun kecup dahi Jack dan gue lanjutin ke ketiga anak gue dan sambil berbisik.

"Welcome to the family Axel, Ace and little Alec."

THE END

He's Mine And I'm His [18+] (BoyxBoy/MPREG)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang