Tujuhbelas to Delapanbelas

2.6K 164 10
                                    

*typo a lot
*awas mabok karena part yg terlalu panjang

Kyuhyun membuang nafasnya. Mengatur emosinya agar tetap 'tertidur', tidak terpancing dengan sikap Taemin. "Kau tau kalau besok hari Jumat dan setelah itu hari Sabtu?"

Taemin pun kali ini menatap sosok Kyuhyun dengan wajah seriusnya. Terlihat mengantupkan rahangnya. Seakan tidak suka dengan ucapan Kyuhyun, seperti mengajarinya akan hari.

"geuressoe dua hari lagi aku akan menikah dengan Junhee, orang yang kau panggil noona... dan itu artinya aku akan menjadi hyung mu." Ujar Kyuhyun. "Apa kau begitu membenci ku?" kali ini tatapan serius keluar dari sorotan mata Kyuhyun. Layaknya dua pria dewasa sedang berbicara, begitulah yang terlihat antara Cho Kyuhyun dengan Lee Taemin.

"Wae? Apa kalau aku bilang aku membenci mu, kau akan melepaskan noona ku? tidak menikahinya?"

"Mianhae! Sekalipun noona mu menolak ku, tapi aku tidak akan melepaskannya." Tegas Kyuhyun.

"Kau egois!" Taemin terlihat membulatkan matanya sempurna.

Kyuhyun tau betul hal itu. "Ne." Pelannya. "Aku sudah pernah merasakan hampir kehilangan noona mu, rasa yang bahkan aku mengingatnya pun tidak mau." Jujur Kyuhyun. "Mungkin memang sangat egois tapi ku pastikan noona mu bahagia di dekat ku." yakinnya. "Setiap hari, ya setiap hari aku akan berusaha untuk membuatnya bahagia dari kemarin dari hari ini dan di hari yang akan datang, meski mungkin air mata itu terkadang harus ada."

Taemin terdiam dengan ucapan Kyuhyun. Dirinya pun tau betul tentang kehidupan ini. Kehidupan yang terkadang memaksa kita untuk menangis tapi juga terkadang kita tertawa dan tersenyum, tersadar kalau Tuhan pun selalu memberkati kita. Kehidupan yang penuh dengan drama. Di mana semuanya ada di sana, sedih, senang, kecewa, bahagia, rasa sakit juga rasa syukur yang terangkum sempurna dalam kehidupan seseorang.

"Dan apa pun yang terjadi, hari Sabtu itu pasti akan datang." Kyuhyun masih terlihat serius. "Sama halnya dengan tidak perduli seberapa benci dirimu pada ku, aku tetap akan menikahi noona mu."

Taemin pun perlahan luluh mendengar ucapan Kyuhyun. Tangannya mengambil lembaran won dengan kasar yang ada di tangan Kyuhyun. "Aku pergi." Pelannya dan berlalu.

Kyuhyun terdiam dengan tingkah Taemin. "Dasar anak itu."

"Lee Taemin."

Kyuhyun membalikan tubuhnya dan Junhee sudah berdiri di dekatnya. "Taemin-aah..." lagi, Junhee mengeluarkan suara lengkingannya. "Mau ke mana kau?"

"aish, kau ini." Protes Kyuhyun. "Taemin-ssi ingin pulang naik taksi, geuressoe biarkanlah. Dia bukan bayi lagi, kan."

"Kenapa harus pulang naik taksi, eoh?" bingung Junhee. "Apa kau mengusirnya?" ketusnya.

Kyuhyun dengan cepat menutup mulut Junhee dengan tangannya. "Berisik!" ketusnya. "Sudahlah, hari ini kita akan bertamsya. Cepat naik." Paksa Kyuhyun.

"Tamasya?" bingung Junhee.

---------

Donghae terus menatap sekretaris barunya yang adalah sahabat dari Yesung. Kendae, apa dia akan baik pada Junhee-ku? pikirannya benar-benar terus membayangkan tentang sosok yeoja itu. kalau dia tidak suka Junhee, oetthoke? Frustasinya.

Tok. Tok. Tok.

"Masuklah." Gugup Donghae saat melihat sekretaris barunya.

"Sajangnim, aku butuh tanda tangan mu." Lembut suaranya terdengar begitu manis. Perlahan menyerahkan berkas ke arah Donghae. "Em, mianhaeyo kendae ada beberapa berkas yang aku belum bisa selesaikan lantaran sekretaris yang dulu tidak meninggalkan apa-apa."

I Love YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang