Title: Bersama Hyun
Author: Adeil011
Genre: Fantasy, Bromance, Hurt-Comfort
Rating: General
Cast: Anonym, Hyun
Disclaimer: Sedikit terinspirasi dari mimpi teman dan drama sci-fi baru-baru ini, jadi ini banting genre aja (?) Tapi plot cerita, tokoh, serta intisari cerita semuanya berasal dari saya.
Melawan kebiadaban masa-masa ini, setiap kaumnya berusaha menaiki jenjang tangga nasib hidup mereka. Aku si kentang dari bawah tanah mana bisa berkutik. Tapi seperti halnya sihir dan kebetulan, sahabat karibku mengetuk pintu hari itu. Membuka daun pintu dengan harapan sekarung penuh, aku membulatkan bola mataku dengan rasa bahagia.
"Mereka perlu Illusioner-mu. Dua kali lipat dari kuantitas kemarin."
Aku terpekik masih memegang gagang pintu. Harapanku untuk merasakan hangat mentari semakin terasa nyata. Hyun sahabatku hanya bisa ikut senang. Nyaris menyungging senyum pahit jika dapat kuperhatikan lebih.
"Mari berjuang bersama," ucapnya di penghujung, aku mengangguk semangat.
Singkat cerita, ini berawal dari kami yang memandang langit gelap sepanjang hari, meskipun ini musim panas, kami diterangi bulan purnama berpuluh-puluh tahun lamanya. Kata ibu, ini sudah mulai berlaku 3 generasi di atasku sebelum aku dilahirkan. Sejak raja memiliki putrinya Abigail. Dunia seakan terbagi dua, tempat tinggal kaumku tidak lebih dari sebuah jurang yang dilupakan.
"Hyun, kau ingin melihat matahari?"
Hyun tampak tertawa hambar, masih tak mau beranjak dari lipatan tangannya yang berada di bawah kepala. "Kita tidak belajar dan bukan dari kaum penyihir, jadi tidak ada mimpi untuk mengelabui para penjaga dengan hipnotis, kan?"
"Heum," gumamku agak lama. "Apa terlahir menjadi peracik begitu salah, Hyun?"
Hyun menaikkan bahunya sedikit, tanda ia enggan mengungkapkan apapun.
"Ayo jalan-jalan!" ajaknya tiba-tiba.
Aku mengiyakan ajakannya, lagipula tesis musim panasku sudah selesai dua hari lalu. Kami berdua bangkit dan mulai berjalan menuju pasar, tiba hanya untuk melihat wajah lesu dan suram para penduduk. Mereka bahkan tawar-menawar hanya untuk produk kuncup yang jauh dari kata berkualitas. Memelihara bibit tanaman di bawah sinar purnama hal sukar dan mustahil untuk dimasukkan ke akal sehat.
"Hyun, aku memikirkan sesuatu."
Hyun menoleh, "Apa?"
"Ayo buat matahari, lalu kita akan melihat matahari sungguhan."
"Hoi, kau bercanda? Ada-ada saja, kau sakit atau rindu sekolah sih?"
Tangan Hyun yang tadinya ada di keningku kutepis dengan sigap.
"Ini masalah bisnis, Hyun."
Aku berlari menuju rumah saat itu juga, Hyun mengekor dengan rasa bingung. Aku langsung berlari menuju kebun belakang rumah, yang saat itu juga kusadari ternyata tanaman peninggalan ibu adalah tanaman tersegar yang pernah kulihat daripada tanaman di seluruh penjuru kota.
"Sebelum ibu meninggal, aku mengingat sedikit pesannya. Begitu disayangkan kalau aku baru sadar seskarang."
Hyun tersengir, "Kau terlalu keras belajar, dasar. Makanya tidak memerhatikan sekitar."
"Berarti ini saatnya nasib kita berubah, Hyun. Kita akan ke ibukota segera, merasakan matahari sungguhan."
"Jadi, apa rencanamu, sahabatku."
KAMU SEDANG MEMBACA
#2: A Lingering Touch and Welcoming Signs
FanfictionSatu tahun telah berlalu. Dua belas bulan telah terisi dengan berbagai kisah yang berbeda. Senang, sedih, tawa, tangis, telah terukir--membekas dengan begitu indah dalam diri masing-masing. Dan Flow de Memoire masih akan terus mencoba memberikan kis...