Konoha saat ini sedang genting-gentingnya. Kepergian pilar-pilar penting desa Konoha yakni hokage keempat, hokage ketiga, dan salah satu tetua desa sekaligus ketua Anbu-ne dalam waktu semalam, memberi pukulan telak pada Konoha. Akibat kepergian mereka, keamanan desa Konoha menjadi rapuh.
Mereka sadar sepenuhnya. Tak ada satu pun dari shinobi Konoha saat ini yang benar-benar tangguh dan mumpuni, minimal yang mendekati ketiga orang itu, terkecuali segelintir orang saja. Ini masih ditambah lagi dengan matinya Kyuubi, senjata utama desa Konoha. Akibatnya bisa ditebak. Konoha hidup dalam cekaman ketakutan.
Para shinobi dan penduduk Konoha kini hidup di bawah tekanan, bayang-bayang ancaman serangan dari desa-desa ninja lainnya seperti Amegakure, Kirigakure, Sunagakure, dan lain-lain yang telah lama berseteru dengan Konoha. Jika mereka ingin meratakan Konohagakure, sekaranglah saatnya, di saat pertahanan Konoha berada di titik nadzir.
Haahh.., mengingat itu, membuat beberapa shinobi kesal pada mendiang Yondaime, khususnya para tetua. Mereka menyesali keputusan gegabah Yondaime-sama yang membawa turut serta Menma dalam pertarungan sengit melawan Pria-bertopeng-misterius yang beberapa hari lalu menyatroni kompleks Uchiha. Yondaime terlalu sembrono, mempertaruhkan keselamatan desa demi klan Uchiha.
Itulah yang membuat kedua tetua yang tersisa ini geram pada Minato. Saking marahnya, sampai-sampai salah satu dari mereka menggebrak meja di kantor hokage hingga meja tak bersalah itu hancur berantakan, begitu kabar duka itu sampai ke telinga mereka.
Braakk!
"Apa sih yang ada di otak si Pirang tolol itu?" geram Koharu Utatane dengan urat-urat yang menonjol di wajah tuanya. "Untuk apa ia mempertaruhkan keselamatan desa ini demi klan terkutuk itu?" lanjutnya gusar.
"Hanya ia dan Tuhan yang tahu." Balas Homura santai, menghirup cangkir berisi teh yang berhasil ia selamatkan dari amukan rekan sejawatnya. "Lebih baik kau simpan amarahmu untuk nanti. Tidak ada gunanya menyesali apa yang sudah terlanjur terjadi. Prioritas utama kita sekarang adalah keamanan Konoha. Baru setelah itu, kita pikirkan siapa yang pantas menjadi pengganti Yondaime."
"Aku tahu itu. Tapi.., tetap saja itu tak mengurangi kejengkelanku padanya. Gara-gara dia, sekarang Konoha dalam bahaya."
Koharu terdiam sejenak. Ia menatap sendu deretan perumahan penduduk sipil yang berdiri gagah dari balik jendela kantor hokage. Saat ini, memang para penduduk masih beraktivitas seperti biasa. Mereka tetap ceria menjalani keseharian mereka. Tapi, sampai kapan?
Koharu sadar semua itu hanyalah perdamaian semu yang cepat atau lambat akan kembali koyak. Suara tawa para penduduk desa sewaktu-waktu bisa berubah menjadi ratapan dan jeritan isak tangis di sana-sini. 'Apakah si Pirang idiot itu tidak berfikir ke sana, sebelum mengajak Menma? Memangnya Uchiha itu lebih penting daripada seluruh penduduk Konoha?' batinnya geram.
Ia geram bukan karena takut mati. Sejak masih belia, ia sudah malang melintang di dunia shinobi yang keras. Ia bahkan turut serta dalam perang dunia ninja, dua periode sekaligus. Kematian sudah menjadi sahabat dekatnya. Setiap saat setiap detik, ia sudah menyiapkan diri, jika sewaktu-waktu Dewa Kematian menjemputnya.
Lalu apa yang membuatnya marah pada Yondaime? Itu karena ia memikirkan masa depan penduduk Konoha nanti. Ia cemas jika hal buruk -serangan dari desa lain seteru Konoha- itu terjadi. Ia tak ingin mimpi-mimpi buruk di masa silam kembali terulang.
Setitik air mata membayang di mata tuanya. Ingatannya melayang pada hari-hari nan suram dalam sejarah peradaban dunia Shinobi yaitu perang dunia ninja ke-2, dan ke-3. Wajah-wajah putus asa para penduduk sipil kembali muncul, menari-nari di pelupuk matanya. Ingatan kala itu -suara jeritan, ratapan, dan bau hangus bangunan terbakar- mengusik ketenangan pikirannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
NINJA NOT MAINSTREAM
AdventureHidup Naruto sangatlah malang. Ia memiliki seorang ayah yang ajaib. Dibilang hokage terbaik sepanjang masa oleh penduduk Konoha, ayah dan suami yang baik menurut Kushina, anti mainstream menurut Hokage ketiga, pilih kasih menurut ShikaCho. Tapi, men...