Chapter Twelve
Di Markas Akatsuki
"Kisame sudah tewas," kata Zetsu. "Ia mati dimakan hiu summonnya sendiri karena tak ingin rahasia kita bocor ke tangan musuh," Laporan lebih lengkapnya.
"Jadi, ia gagal menangkap Ichibi?" simpul Pain.
"Ya dan jinchuuriki Ichibi sekarang sudah tidak tinggal di Suna, melainkan di Konoha."
"Konoha? Kenapa ia justru tinggal di Konoha? Bukannya ia seorang kazekage?" tanya Konan pada Zetsu.
"Itu salah satu isi perjanjian damai Suna-Konoha pasca Suna gagal menginvasi Konoha 4 tahun yang lalu. Gaara sebagai jinchuuriki Ichibi jadi jaminannya. Dengan kata lain, Gaara adalah tawanan perang Konoha."
"Cerdik seperti biasanya," komentar Konan.
"Tentu saja. Kalau tidak cerdik, tidak mungkin ia terpilih sebagai hokage." Celetuk Tobi. Pain, Konan dan Zetsu refleks menoleh padanya. "Apa?" tanya Tobi begitu menyadari tatapan penuh arti para partner crimenya.
Ketiganya melengos, pura-pura tidak dengar. "Bukan apa-apa," jawab Pain akhirnya, mewakili Konan dan Zetsu.
Meski bilang tidak apa-apa, sebetulnya dalam hati mereka ada apa-apanya. 'Aku tidak salah dengar kan tadi? Tobi kok terdengar cemburu ya? Jangan-jangan si Tobi ini memiliki obsesi menjadi hokage? Terus, karena tidak kesampaian, visi hidupnya pun beralih jadi si pembenci hokage no 1.' Tuduh mereka dalam hati.
Dari semua hokage yang pernah memerintah Konoha, Tobi sukses membuat masalah dengan 3 diantaranya. Yang satu dipaksa mati (Yondaime hokage), satunya lagi diadu domba dengan rekan setimnya hingga tewas (Sandaime hokage), sisanya dibuat setres pusing tujuh keliling (Godaime hokage). Itu prestasi yang luar biasa. Belum ada lho yang bisa menyamai prestasi Tobi. Madara mah kalah. Danzo? Ugh lewat dech. Orochimaru? Ups maaf, di fanfic ini ia tidak punya masalah dengan Konoha.
BTS (Back To Story), abaikan yang tadi.
"Jadi? Kita kembali ke rencana awal? Menginvasi Konoha? Lagi?" Pain yang bicara. Nada suaranya terdengar datar. Tak ada rasa takut sedikit pun. Ia tak perduli dengan Konoha. Ia tak perduli dengan Uchiha. Uchiha yang manapun. Dan, jelas ia tak perduli dengan anak mendiang Yondaime yang kini naik pangkat jadi saudara seperguruannya, sama-sama murid Jiraiya.
Memang, apanya yang harus ia takuti dari Uchiha? Ia punya rinnegan, doujutsu yang levelnya lebih tinggi dari sharingannya Uchiha. Ia sudah setengah jalan menjadi Rikudou Sennin yang kedua. Selain itu, di sini pun ada Uchiha. Tinggal suruh Uchiha ini saja yang maju. Dia kan kuat. Ia tercatat berhasil membunuh hampir semua pemakai sharingan yang rerata sudah jounin dan Chuunin, mengendalikan Kyuubi, meratakan separuh Konoha, dan hal-hal keji lainnya. Kurang apalagi coba?
"Itu tidak perlu," tukas Tobi. "Aku tahu kita mampu, tapi ongkos yang harus kita bayar tidak setimpal dengan hasilnya. Ingat! Tugas kita bukan hanya menangkap para jinchuuriki, tapi juga mengekstrak bijuunya ke dalam Gedomazo. Itu bukan tugas mudah, khususnya dengan anggota yang hanya berjumlah empat orang." Tambahnya saat Pain berniat membantah.
'Masuk akal,' pikir Konan. Ia juga tak mau kondisi Nagato kian parah karena memaksakan diri. "Lalu? Apa rencanamu?" tanya Konan.
"Kendalikan para tetua Suna dan lalu paksa Gaara untuk kembali ke Suna," Tobi membeberkan rencananya.
"Kita pernah melakukan cara yang sama dan gagal." Tolak Pain menekankan pada kata sama dan gagal.
"Gunakan otakmu, Pain! Timingnya kali ini tepat, bersamaan dengan undangan pertemuan kelima kage. Suna punya alasan bagus untuk memanggil Gaara kembali, karena Gaara mewakili Suna secara politis di dunia luar. Ia tidak bisa nebeng Konoha begitu saja, meski mereka sudah menjalin aliansi." Cetus Tobi agak kesal dengan ketulalitan Pain. 'Mungkin otaknya sudah rusak. Maklum sudah tua bangka. Sekarat pula.' Hinanya dalam hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
NINJA NOT MAINSTREAM
PertualanganHidup Naruto sangatlah malang. Ia memiliki seorang ayah yang ajaib. Dibilang hokage terbaik sepanjang masa oleh penduduk Konoha, ayah dan suami yang baik menurut Kushina, anti mainstream menurut Hokage ketiga, pilih kasih menurut ShikaCho. Tapi, men...