Naruto berlari dengan kecepatan tinggi menyusuri dataran berdebu di bawahnya, begitu ia dan timnya terbebas dari lautan Kesunyian yang menyembunyikan Pulau Kura-kura dari mata dunia. Yamato dan Jiraiya menyusul di belakangnya. Setelah seharian melintasi daratan yang tandus karena sekarang memasuki puncak musim panas, kini mereka tiba di pinggiran hutan yang memisahkan desa Otogakure dengan Takigakure.
"Naruto! Berhenti! Kita istirahat di sini," kata Jiraiya memecah keheningan.
Naruto menoleh. "Kenapa?"
"Sebentar lagi malam dan tak baik memasuki hutan saat malam,"
Bibir Naruto kaku. Rahangnya mengeras, menunjukkan kekeras kepalaannya. "Kita tidak ada waktu, sensei. Kita harus bergegas karena..." Naruto menggigit bibirnya, menahan diri agar tidak mengerang. Ia merasakan kegelisahan Kyuubi. Kyuubi meraung-raung, mencakari dinding benaknya karena tak kuasa menahan kesedihan akibat kehilangan satu per satu dari saudaranya.
"Aku tahu, Naruto. Tapi, kau juga harus memikirkan anggota timmu."
Naruto yang awalnya masih mau membantah kini melunak. Senseinya benar. Ia terlalu memikirkan keselamatan Utakata, hingga lupa memperhatikan anggota timnya sendiri. Yamato senpai pasti sudah sangat kelelahan karena dipaksa lari terus-menerus sejak tadi. Apalagi, ia juga sempat mengalami mabuk laut. Wajarlah jika kini kondisi Yamato senpai drop. "Kau benar, sensei. Maaf!"
"Hm," gumam Jiraiya secara tak langsung menerima permintaan maaf Naruto. "Naruto kau cari kayu bakar. Aku akan mencari makan malam dan Yamato akan mendirikan tenda." Kata Jiraiya mendelegasikan tugas masing-masing.
Ketiganya lalu berpencar untuk melakukan tugasnya masing-masing. Saat bulan purnama sudah naik ke atas langit, menggantikan sang matahari, tugas mereka sudah selesai. Api unggun berukuran sedang sudah menyala. Tenda yang hangat telah tegak berdiri. Kini, mereka bertiga duduk melingkar, mengelilingi api unggun sambil menikmati daging kelinci bakar.
"Setelah melewati hutan, kita akan memasuki negeri air terjun, tempat dimana desa Takigakure didirikan. Desa ini dulunya memiliki bijuu yakni Sichibi. Sayang sudah ditangkap Akatsuki." Jelas Jiraiya membuka pembicaraan.
"Kenapa kita harus memilih rute Takigakure-Yugakure-Amegakure, sensei? Kenapa tidak langsung dari Oto-Negara Api-Amegakure? Bukankah rute itu lebih cepat?" tanya Naruto.
"Untuk memberikan efek kejut, Naruto. Akatsuki tak akan menyangka adanya serangan dari sisi ini karena mengira serangan hanya datang dari Konoha dan Suna."
"Ku dengar desa Takigakure memiliki bijuu. Apa itu benar?" tanya Yamato setelah makanannya habis.
"Ya, ada. Meski Takigakure hanyalah desa kecil, tapi mereka memiliki bijuu. Tepatnya bijuu ekor tujuh."
"Ooh." Gumam Yamato dan Naruto paham.
"Lekas habiskan makanan kalian dan lalu istirahat. Kita akan berangkat pagi-pagi sekali." Kata Jiraiya mengakhiri percakapan. Naruto yang pertama tidur. Yamato menyusul kemudian. Jiraiya tetap di tempat karena ia mendapat giliran pertama berjaga. Giliran selanjutnya Yamato dan terakhir Naruto.
Pagi-pagi sekali, usai sarapan, mereka berangkat. Ketiganya melompat dari dahan pohon yang satu ke dahan pohon yang lain. Gerakan mereka cepat, ringan, dan tidak membuang-buang energi percuma, menunjukkan jika kemampuan ketiganya sangatlah mumpuni.
Setelah berlari setengah hari, mereka tiba di tengah hutan. Mata Naruto terbelalak melihat tulang-tulang berukuran raksasa yang menjulang tinggi. Tingginya bahkan melebihi puncak bukit. Sekujur tubuh Naruto gemetar. Namun, bukan karena takut akan keberadaan tulang-tulang entah tulang apa itu. Tetapi, karena sesuatu yang lain. Ada sesuatu yang jahat di tempat ini yang membuat bulu kuduknya meremang.

KAMU SEDANG MEMBACA
NINJA NOT MAINSTREAM
AdventureHidup Naruto sangatlah malang. Ia memiliki seorang ayah yang ajaib. Dibilang hokage terbaik sepanjang masa oleh penduduk Konoha, ayah dan suami yang baik menurut Kushina, anti mainstream menurut Hokage ketiga, pilih kasih menurut ShikaCho. Tapi, men...