Pembantaian Uchiha

6.4K 475 37
                                    



Don't Like Don't Read

Chapter Four

Itachi duduk di hadapan kedua orang tuanya. Ia mengenakan baju berwarna hitam lengkap dengan kedua tanto di balik punggungnya. Wajahnya datar tanpa ekspresi, tetapi sorot matanya tampak lebih sendu dari biasanya. Ia mengepalkan tangannya mencegah gigilan yang merambat di tubuhnya.

"Tousan! Kasan!" panggilnya lirih penuh hormat, layaknya seorang anak pada kedua orang tuanya.

"Itachi," panggil ayahnya dengan suara penuh wibawa. Gestur tubuhnya tampak kokoh, tak bergeming.

"Tekad kami sudah bulat. Lakukanlah apa yang harus kau lakukan. Kami tak akan berubah pikiran." Ujar ibunya membalikkan badannya, memunggungi Itachi yang menggenggam tantonya dengan tangan gemetar.

"Kau seorang shinobi, Itachi. Jadilah shinobi sejati dan tunaikan tugasmu! Aku tak pernah membesarkan anak berwatak pengecut." Cela ayahnya yang juga memunggungi Itachi seolah sudah pasrah jika nyawanya akan melayang di tangan sang putra sulung.

"Tousan! Kasan..!" gumam Itachi menahan gumpalan rasa sakit di dadanya.

!" gumam Itachi menahan gumpalan rasa sakit di dadanya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Sumpah demi apapun, ia tak menginginkan ini. Meskipun ia seorang shinobi yang dituntut untuk selalu mengutamakan misi, tapi tetap saja ia hanyalah manusia biasa. Hatinya juga bisa terluka jika disakiti, lebih-lebih jika ia harus mengambil nyawa orang-orang yang sangat disayanginya. Rasanya seperti ditusuk pedang 1000 kali. Sakit dan perih tak tertahankan.

"Kami titip Sasuke padamu," kata ibunya memejamkan mata bersiap jika ujung tanto sang putra menggores kulitnya dan mengantarnya pada Dewa Kematian.

Itachi menarik nafas panjang. Ia sudah menarik tantonya dan bersiap menebaskan tantonya, ketika bayangan kuning dan hitam tiba-tiba muncul di hadapannya dan menahan tantonya. Tubuh Itachi mengejang. Diam-diam menarik nafas lega, ada seseorang yang menghentikan tindakan gilanya itu. Meski, hanya sementara waktu.

"Hentikan, Itachi!" kata suara serak dalam dan berwibawa yang familiar menyapa gendang telinganya.

Itachi melirik, terkejut melihat Yondaime-sama datang ke kediamannya bersama dengan Menma, putranya lengkap dengan atribut bertempurnya. Keduanya bahkan sudah membawa senjata andalan mereka yakni kunai bercabang tiga spesial dan pedang yang ia beri nama 'ama-no-murakumo-no-tsurugi'. 'Mungkinkah dua orang ini datang ke sini untuk menuntaskan misinya, menggantikan dirinya?' pikir Itachi.

..............................*****................................

Naruto terbangun tengah malam karena haus. Ia terpaksa turun ke bawah karena dapur ada di bawah untuk mengambil air. Ia sudah berniat tidur kembali, ketika ia merasakan keanehan di rumahnya. Rumahnya terlihat sepi, melompong, seolah-olah hanya dihuni Naruto seorang.

Kamar pertama yang didatanginya adalah kamar Menma. Ia mengetuk pintu dan memanggil, "Menma! Menma!" beberapa kali, namun tidak ada sahutan. Dahinya mengerut. Seingatnya Naruto, adiknya itu tidak sedang ada misi dan ia masih melihatnya makan malam bersama keluarga tadi. Tapi, kenapa ia tidak ada di kamarnya?

NINJA NOT MAINSTREAMTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang