Dengan tergesa-gesa Ana berlari menyusuri koridor, letak kelasnya memang jauh karena berada di tingkat paling atas, di lantai tiga. Saat hendak menuruni tangga, Ana tak sengaja menyenggol seorang cowok dan membuat minuman cowok itu tumpah mengenai pakaian sekolahnya.
"Aduh, maaf gak sengaja, gue buru-buru." tukas Ana, cowok itu memandangi kepergian Ana dengan decakan sebal, "Gila lo, minuman gue jatuh, njing!"
Dengan emosi yang menggebu-gebu, cowok itupun menaiki tangga menuju kelasnya yang bertempat di XII IIS 5, kelas paling mengerikan karena terdapat spesies-spesies unik, kelas yang sering disebut kelas buangan, karena berisi siswa-siswi yang nakal dan bodoh dibidang akademik.
Di dalam perjalanan ia berdecak sebal sampai tibalah ia di kelas XII IIS 5, ia pun menuju ke mejanya untuk mengambil kunci motor yang berada di laci meja. Mejanya terletak di pojok kiri belakang.
Ia berjongkok untuk bisa melihat isi di dalam lacinya, banyak sekali surat-surat dari dedek-dedek gemes yang tergila-gila dengan cowok itu.
"Gak bunga gak kertas, ada aja di laci, sampah." cowok itu mencibir, lalu mengambil kunci motornya dan berjalan keluar kelas. Setelah tiba di parkiran, teman-temannya sudah menunggu.
"Ayo buruan babang Geo, dedek dah lama nunggu nich." ucap Azka yang sudah bersahabatan dengan Geo dari SMP.
"Najis, jijik gue dengernya." timpal Ardo bergidik jijik ke arah Azka.
"Sirik lo!"
Cowok yang dipanggil Geo itu tak mempedulikan guyonan receh Azka. Sedetik kemudian menaiki motor ninja kesayangannya.
Geo dan teman-temannya menaiki motor masing-masing untuk menuju ke rumah teman mereka, Wiga.
Motor mereka membelok hingga tiba di perumahan elit yang ada di Bandung. Sesampainya mereka di depan rumah Wiga—satpam langsung membukakan pintu yang disertai suara klakson motor mereka.
Geo dan teman-temannya memasuki rumah yang sangat besar ini.
"Iga, Iga, main yuk!" teriak Jeza. Iga merupakan panggilan saapaan mereka untuk Wiga.
"Apaan sih lo, Wiga lagi sakit njir, malah lo ajak main." balas Ardo sambil memukul kepala Jeza. Jeza mengaduh kesakitan.
Geo tersenyum samar, teman-temannya memang tidak ada yang normal.
Pintu rumah terbuka lebar memperlihatkan seorang wanita paruh baya yang merupakan Ibu Wiga. Wanita itu tersenyum, dia tidak kaget mendapati di depan rumahnya ada beberapa orang anak SMA yang pakaiannya jauh dari kata sopan.
Mereka semua menyalami wanita itu, wanita itu mengelus rambut mereka semua satu persatu.
"Masuk aja, Wiga ada di atas." kata wanita itu mempersilahkan mereka semua masuk.
"Eh iya bunda Na, kami ke atas dulu." ucap Geo bersikap sopan, wanita yang dipanggil bunda Na itu tersenyum ramah.
Mereka semua memanggil ibu Wiga dengan sebutan bunda Na karena Wiga juga memanggil Ibunya seperti itu, intinya mereka ngikut-ngikut Wiga.
Setelah sampai Ardo langsung saja membuka pintu kamar Wiga tanpa mengetuk terlebih dahulu, hal itu sudah biasa Ardo dan teman-temannya lakukan.
Mereka semua melihat Wiga yang sedang menyender di bahu kasur sambil memakai earphone. Bantal yang dijadikannya senderan berbentuk Hello Kitty. Bagaimana mungkin seorang Wiga Simatuka Pinderon mempunyai bantal Hello Kitty?
"Ya ampun, bro. Dah pindah jalur lo ya? Kok melambai gini?" tanya Azka sambil cekikikan.
Mendengar suara teman-temannya yang tertawa, Wiga melepas earphone dan berdecak sebal. "Kalian kalo mau masuk kamar gue ketuk dulu, njir!"
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA
Teen FictionJatuh cinta membuat kita menjadi manusia paling bahagia di dunia. Jatuh cinta itu juga berarti kita harus siap menerima kebohongan dan pengkhianatan. Untuk kasus paling parahnya bisa jadi kehilangan. Entah itu kehilangan cinta atau kehilangan orangn...