"Gue gapapa kok, lo ke kelas aja." Cowok yang ada dihadapannya menggeleng tegas, "Gue gak mau biarin lo sendirian." Ana tersenyum mendengar jawaban itu.
Geo memandang ke arah ponsel Ana yang sedang cewek itu pegang, disana tertera nama 'Ricko Sipit'.
"Kenapa gak diangkat?" Tanya Geo, Ana melirik ponselnya, "Nanti aja."
Cowok itu menggeleng, "Mana tau penting." Ana mengangguk membenarkan, lalu ia mengangkat panggilan telpon dari Ricko.
"Kenapa, Rick?"
"....."
"Lo serius? Jangan bercanda ih." Ana tampak panik, ia turun dari kasur.
"....."
"Gue kesana sekarang." Ana membenahkan pakaiannya yang sedikit lusuh. Bergegas ia memasang sepatu, "Kenapa, Na?"
"Gue harus ke rumah Ricko sekarang, Yo. Nanti tolong izinin gue, ya." Cewek itu meninggalkan Geo dengan tergesa-gesa.
"Biar gue anter, Na!" Namun sepertinya Ana tidak mendengar perkataan Geo, cewek itu tetap berlari menuju gerbang sekolah.
Geo melangkah lesu keluar dan menutup pintu UKS. Langkahnya lemas sekali saat berjalan. Sampai-sampai ia tidak menyadari bahwa di depannya sekarang ada Ardo.
Cowok itu menabrak Ardo tak sengaja, Ardo yang ditabrak oleh Geo pura-pura kesakitan.
"Aduh, sakit banget dada gue, aduh." Ia merintih kesakitan. Geo memandang temannya sinis, "Makanya kalo jalan pakek mata!"
Mendengar itu Ardo menyipitkan matanya, yang salah siapa yang kena marah siapa.
"Lo yang nabrak gue!" Ucapnya kasar. Geo tak peduli, ia tetap berjalan menuju kantin. "Eh, tunggu gue!"
"Lo mau pesen apa?" Tanya Geo kepada Ardo saat mereka sudah duduk di kantin. Matanya berbinar, "Lo mau traktir gue, Yo?"
Geo tersenyum datar, "Gak, gue mau nitip aja. Mager soalnya."
Raut Ardo berubah marah, meskipun begitu ia berdiri dan memesan tekwan beserta es teh."Nih," Ardo menyodorkan makanan dan minuman yang pesan untuk Geo, "Dimakan, ya, Babang Geo." Ia mengedikkan sebelah matanya ke arah Geo. Geo tersenyum dan mengelus rambut Ardo.
Ardo mematung seketika, baru kali ini ia melihat Geo tersenyum secara langsung padanya dan mengacak rambutnya.
Buru-buru Ardo menyesap es teh dihadapannya. "Kesambet apaan dah lo." Geo tak menjawab, ia hanya memakan makanannya.
"Lo tadi dicariin Bu Mala, loh. Gue bilang aja lo sakit dan lagi di UKS."
"Makasih." Jawab Geo, Ardo menatapnya tak percaya, "Idih sejak kapan lo bisa bilang makasih gitu?" Lagi-lagi Geo tak menjawab. Mau tak mau Ardo juga harus diam dan menghabiskan makanannya.
Setelah selesai makan, Geo mengeluarkan uang lima puluh ribu dan memberikannya ke Ardo. Lalu cowok itu pergi meninggalkan kantin.
Ia menghela napas berat, "Duh, Yoyo. Gue kan ada uang, kenapa lo yang bayar." Ardo juga ikut beranjak membayar makanan dan minuman yang ia pesan tadi.
"Yeay, masih ada kembalian dua puluh enam ribu." Ia meloncat kegirangan. Untung kantin masih sepi.
Bel istirahat berbunyi, Ardo langsung berlari keluar kantin takut teman sekelasnya melihat. Ia izin ke Bu Mala karena ingin ke WC, tapi malah berbelok ke kantin bersama Geo.
~~~
"Ricko, Ricko." Panggil Ana, pintu rumah Ricko terbuka lebar, ia takut untuk masuk berhubung itu tidak sopan.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA
Teen FictionJatuh cinta membuat kita menjadi manusia paling bahagia di dunia. Jatuh cinta itu juga berarti kita harus siap menerima kebohongan dan pengkhianatan. Untuk kasus paling parahnya bisa jadi kehilangan. Entah itu kehilangan cinta atau kehilangan orangn...