Ricko terhenti tatkala melihat Ana dengan pacarnya sedang duduk di sebuah cafe, wajah cowok itu tampak memerah, ia marah dan dendam dengan Geo.
Mata sipitnya terlihat berkedut, matanya memerah. Ia pikir Ana tidak akan meninggalkannya, ternyata ia salah. Ia menyesap kopinya kemudian keluar dari cafe.
Ricko memarkirkan motornya di halaman rumah yang sangat mewah dan besar, rumah sebesar ini hanya dihuni olehnya seorang. Ia masuk ke dalam, melepaskan tasnya dan melemparnya asal.
Seketika ia teringat kejadian belasan tahun lalu, saat Ibunya meninggalkannya di taman hiburan.
Flashback on
Ricko tunggu disini, ya." Ucap Ibu Ricko—Caroline. Ricko mengerutkan dahi, "Eodiga?"
"Eomma mau pergi ke toilet, Ricko jaga diri baik-baik, ya."
"Ne."
Setelah beberapa jam Caroline tidak pernah kembali, Ricko tentu saja panik, tapi ia masih tetap diam—berharap Ibunya sebentar lagi datang. Jam berganti hari, hari berganti minggu, minggu berganti bulan, bulan berganti tahun. Ibunya tidak pernah datang sampai sekarang.
Lalu Bella datang ke kehidupan Ricko— mengajarkan bahwa; Ricko tidak sendirian di dunia, ada orang lain yang siap meminjamkan pundaknya untuk Ricko, yang tidak akan pernah pergi sampai kapanpun.
Sejak SD Bella selalu menemani Ricko, rumah mereka berdua berdekatan oleh karena itu mereka sering bertemu.
"Bell, kamu janji kan gak bakal ninggalin Ricko?"
Bella mengangguk, "Bella janji." Ucapnya sembari tersenyum.
"Gomawo."
"Gomawo? What is it?"
"Artinya terima kasih."
"Sama-sama."
Saat SMP kelas tiga, Bella menghilamg tanpa jejak, rumahnya tidak berpenghuni lagi, Ricko merasa kesepian. Padahal Bella sudah berjanji untuk tidak meninggalkannya.
Sebagian manusia ada yang suka berbohong, sebagian lagi ada yang mudah percaya.
Ricko merasa bahwa; tidak ada yang benar-benar dapat dipercaya di dunia ini, semua bisa berbohong, dan semua bisa pergi.
***
"Masuk sana, gih." Ucap Geo.
"Kamu duluan aja."
"Biasanya cowok yang nunggu pacarnya masuk ke rumah."
Ana hanya biasa tersenyum, "Yaudah, aku masuk dulu, bye."
Selepas Ana masuk, Geo menaiki motor ninjanya dan melaju meninggalkan rumah Ana. Cowok itu tak henti-hentinya untuk tersenyum. Memasuki pekarangan rumahnya, ia berdecak sebal tatkala melihat mobil Gaza terparkir di pekarangan.
"Pasti papa bawa wanita itu."
Ia melenggang masuk ke rumah dan mendapati Rini sedang mengaduk teh di dapur sembari tersenyum ke arahnya, Geo berusaha menghiraukan senyuman itu, ia tetap melangkah menuju kamarnya di lantai atas.
Melihat senyuman Rini ia jadi teringat dengan ibunya, ibu yang benar-benar ia anggap sebagai ibu.
Pikirannya tercetus untuk menemui sang ibu, melepas rindu meski sudah beda alam.
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA
Fiksi RemajaJatuh cinta membuat kita menjadi manusia paling bahagia di dunia. Jatuh cinta itu juga berarti kita harus siap menerima kebohongan dan pengkhianatan. Untuk kasus paling parahnya bisa jadi kehilangan. Entah itu kehilangan cinta atau kehilangan orangn...