Geo mengerutkan dahi kala melihat Rini sedang duduk di meja makan bersama Gaza, ia mengerutkan dahi lagi melihat perut istri Gaza yang kian membesar.
Geo berjalan ke arah mereka, mereka tersenyum melihat kedatangan Geo yang sudah sedari tadi ditunggu.
"Geo, sini duduk, kita makan siang dulu." Ucap Rini dengan manis, Geo duduk di samping Gaza yang bersebrangan dengan Rini.
"Rumah papa yang disana digusur, ya?" Ucap Geo, mereka berdua mengerutkan kening bingung.
"Enggak, emang kenapa?" Gaza balik bertanya.
"Ya terus kenapa kesini? Apalagi bawa-bawa tante Rini."
"Dia mama kamu, nak." Koreksi Gaza.
"Mama Geo cuma satu, pa." Balas Geo, Rini seketika murung.
"Siapapun yang menjadi istri papa, dia bakal menjadi mama kamu, nak. Kamu gak boleh menyangkal itu."
Geo tersenyum sinis, "Cukup papa aja yang khianati mama dengan menikah lagi. Geo gak akan seperti itu, Geo tetap menganggap mama sebagai mama kandung, mama asli dan mama satu-satunya."
Geo beranjak dari kursi, "Kalau mau pergi, pintu rumah jangan lupa di tutup." Sebuah kalimat sindiran yang membuat orang tuanya terdiam seribu bahasa. Geo meninggalkan mereka dan naik ke atas. Ia benci situasi seperti ini.
Geo menghempaskan tubuhnya ke atas kasur, bayangan wajah mamanya seketika terngiang-ngiang di kepalanya. Seketika ia teringat Ana, entah kenapa ia ingin menumpahkan resah yang selama ini menjadi pikirannya.
Ia harus menemui Ana.
——
Ana segera turun ke bawah tatkala mendapat pesan dari Geo, cowok itu berkata bahwa ia ada di bawah dan segera menyuruh Ana untuk turun.
Ana menghampiri Geo di luar, "Lo ngapain kesini? Udah jelas ini rumah cewek!"
"Gak boleh, ya?" Geo berbalik badan hendak pergi, lalu Ana mencekal tangannya.
"Lo tunggu disini, gue mau ganti baju, kita ngomongnya di taman aja." Selepas Ana pergi, senyuman Geo tertarik sedikit.
Setiba mereka di taman, mereka lalu duduk di bangku taman. Tak ada yang membuka suara. Masih hening sampai Ana batuk untuk mencairkan suasana.
"Kenapa lo tiba-tiba ngajak ketemu?" Tanya Ana, Geo tak menjawab. "Geo.. Lo lagi ada masalah?"
Tiba-tiba Geo bersandar di pundak Ana, Ana kaget sekaligus menahan napas. "Pinjam pundak lo bentar," cowok itu memejamkan matanya, mencoba menghilangkan rasa resahnya.
"Na.. Gue gak suka lihat lo deket sama cowok lain."
"Gue juga gak suka lihat lo deket sama cewek lain."
"Lo tau, Na? Lo udah ngacak-ngacak perasaan gue. Lo harus tanggung jawab." Tambah Geo. Ana tertawa pelan.
Ana masih diam, ia membiarkan cowok yang ada di sampingnya ini mengeluarkan semua unek-uneknya.
"Gue benci sama papa gue, Na. Gue masih gak rela papa nikah sama tante Rini. Itu yang membuat gue berpikir kalau papa khianati mama gue. Gue sering nyakitin cewek, mainin cewek, tapi saat papa gue ngelakuin itu ke mama gue, hati gue teriris. Sakit, Na."
Tangan kiri Ana tergerak untuk mengelus kepala Geo. Di luar cowok itu terlihat dingin, tapi sebenarnya ia rapuh.
"Lo harus bisa nerima semua yang ada dihadapan lo, Yo. Hidup gak selalu sesuai sama rencana."
KAMU SEDANG MEMBACA
RETISALYA
Teen FictionJatuh cinta membuat kita menjadi manusia paling bahagia di dunia. Jatuh cinta itu juga berarti kita harus siap menerima kebohongan dan pengkhianatan. Untuk kasus paling parahnya bisa jadi kehilangan. Entah itu kehilangan cinta atau kehilangan orangn...