Seungwan, mahasiswi psikologi. Orang bilang menjadi psikolog itu dapat dengan mudah mengenal kepribadian orang lain. Mudah membaca pikiran orang lain hanya melihat ekspresi wajahnya. Mungkin memang mudah membaca ekspresi orang yang sedang marah, senang, ataupun berbohong. Tapi lain halnya ketika kita menebak isi hati orang yang kita cintai hanya dari ekspresi wajahnya. Itulah yang dirasakan Seungwan.
Adalah Yoongi, sesosok laki-laki yang awalnya hanya ia kenal karena Yoongi mem-follow salah satu akun media sosialnya lebih dulu. Yoongi cenderung biasa saja menurut Seungwan dibandingkan cowok-cowok yang pernah ia cintai sebelumnya. Jauh dari tipe cowok ideal dalam hal fisik yang banyak disukai cewek-cewek masa kini. Tampan, putih, tinggi, berkharisma, dan hal-hal baik lainnya seperti pangeran berkuda putih di negeri dongeng.
Tidak pernah terpikir sebelumnya Seungwan akan mencintai cowok itu. Kalau bukan karena seseorang yang dengan rasa tidak bersalah menunjukkan analisanya yang belum terbukti kevalidannya bahwa Yoongi diam-diam menyukai Seungwan, mungkin Seungwan tidak akan pernah menyukainya. Dan mungkin cerita ini tidak akan pernah ada.
***
Seungwan's pov
Aku masih ingat suatu hari tiba-tiba dia memanggil namaku. Mungkin itu sepele. Tapi aku rasa itu hal yang aneh karena sepengetahuanku dia tidak mengenalku. Kita tidak pernah bertegur sapa sebelumnya. Sejak saat itu aku mengenalnya. Perasaan ini belum muncul. Sampai suatu ketika temanku bercerita kalau menurut pengamatannya, Yoongi menyukaiku. Mungkin ini lucu. Tapi semenjak hari itu, ada perasaan aneh setiap kali aku bertemu dengannya. Perasaan yang aku sendiri tidak tau apa. Aku selalu mengelak. Aku sempat berpikir untuk tidak mengharap yang berlebih darinya. Tapi kenyataan berkata lain. Waktu seolah selalu mempertemukan kita. Dimanapun aku, aku selalu melihat sosoknya. Bahkan suatu ketika, kita tidak sengaja bertemu, dan dia mengejekku, tidak seperti biasanya hanya saling terdiam.
Suatu ketika, aku dan Yoongi mengikuti organisasi yang sama. Organisasi tersebut akan mengadakan suatu event dan aku ikut serta menjadi salah satu panitia. Tanpa diduga, ternyata aku dan Yoongi ada dalam divisi yang sama. Ok, mungkin ini hanya kebetulan, batinku, mengingat ada banyak panitia yang ikut terlibat.
Semenjak hari itu aku dan Yoongi saling dekat. Sapaan dan senyuman hangatnya semakin intens diberikan padaku tiap kali kita bertemu, tidak seperti sebelumnya. Suatu ketika, saat pulang kuliah, aku sedang menunggu teman-temanku yang sedang beribadah di loby kampus, sendirian. Tiba-tiba ada sesosok cowok yang mendekat. Ternyata itu adalah Yoongi. Sepertinya dia mau pulang, pikirku, mengingat hari itu sudah hampir malam dan kampus sudah sepi. Saat aku menoleh ke arahnya, dia tersenyum. Tanpa ragu aku pun membalasnya.
Dia lebih dulu memulai percakapan. Kami mengobrol banyak hal, mulai dari skripsinya yang belum mendapat persetujuan dari dosen, ketertarikannya terhadap psikologi anak, bahkan sampai membicarakan kesamaan kami yang menyukai kucing, sampai tak terasa teman-temanku sudah kembali dan mengajakku pulang.
Aku pun pulang bersama teman-temanku. Sepanjang perjalanan menuju rumah aku tersenyum mengingat percakapan singkat kami barusan. Dan kamu tau, dia mengajakku ke yayasan anak yang biasa ia kunjungi. Apa ini suatu pendekatan?
Tak lama semenjak percakapan singkat kami, Yoongi mengajakku untuk mengunjungi yayasan anak seperti yang ia bilang. Disana kami banyak menghabiskan waktu bermain dengan anak-anak usia dini yang lucu-lucu. Tak lama kami pun pamit pulang pada pengurus yayasan.
Tak terasa sudah hampir dua minggu aku dan Yoongi saling dekat. Banyak kisah yang sudah kita lalui bersama. Meskipun kami dekat, aku sempat meragukan perasaannya padaku. Mungkin bisa dibilang dia lebih akrab dengan teman dekatku. Dan itu membuatku merasa Yoongi menyukai temanku, Seulgi. Sampai suatu ketika, dia tidak menghubungiku secara tiba-tiba. Bahkan ketika kami berpapasan di area kampus, dia tidak menyapaku seperti biasanya, bahkan dia tidak menolehkan matanya sedikitpun ke arahku. Aku sedikit bingung dengan perilakunya yang tiba-tiba itu. Aku tau sebenarnya saat itu dia sadar kalau aku ada didekatnya. Dan ia melakukan perilakunya itu lagi keesokan harinya, esok harinya lagi, dan seterusnya. Sejak saat itu aku sadar kalau dugaanku benar bahwa ia sebenarnya menyukai Seulgi.
Aku memutuskan untuk tidak lagi mengharapkannya, yang sampai saat ini aku tidak tahu bagaimana perasaannya padaku. Aku tau ini sulit. Tapi aku selalu berusaha menghindarinya, seperti yang dia lakukan padaku. Hingga suatu ketika, Taehyung, teman dekatnya, mendekatiku. Aku pikir ini lucu. Selama ini aku selalu berusaha mendekati Yoongi, tapi kenapa malah Taehyung yang menaruh hati padaku. Awalnya memang tidak aneh karena aku cukup mengenal Taehyung ketika aku dan Yoongi masih dekat. Tapi ketika Yoongi menjauhiku, Taehyung semakin intens menghubungiku.
Sampai suatu ketika, Taehyung menyatakan perasaannya padaku. Dia bilang dia menyukaiku pada pandangan pertama, sejak kami mengikuti organisasi yang sama. Ini terlalu cepat. Dan aku sadar aku masih belum bisa melupakan Yoongi. Akhirnya aku memutuskan untuk jujur tentang perasaanku pada Yoongi yang belum hilang kepada Taehyung. Aku sempat takut kalau Taehyung akan membenciku jika aku memberitahunya. Tapi dugaanku salah. Untunglah dia mau mengerti, setidaknya untuk saat ini.
Aku semakin tidak nyaman dengan perasaanku yang tidak enak semenjak Yoongi menjauhiku. Banyak pikiran aneh yang muncul di otakku. Aku menceritakan hal ini pada seorang temanku, Joohyun, juga mengenai kemungkinan Yoongi menyukai Kang Seulgi. Dia menyarankanku untuk meminta kejelasan pada Yoongi secara langsung. Aku sedikit tidak yakin dengan sarannya. Aku tidak cukup berani untuk menanyakan kepadanya secara langsung. Mungkin saja dia mendekatiku karena ingin dekat dengan Seulgi dan bukan menyukaiku, pikirku. Tapi perasaan ini semakin membuatku tidak nyaman. Akhirnya aku memutuskan untuk memberanikan diri bertanya langsung padanya.Ketika selesai kuliah, siang itu, aku berniat untuk menghubunginya. Tapi ketika berjalan melewati loby kampus, aku melihat sosoknya sedang berjalan tergesa-gesa, diikuti Taehyung di belakangnya. Mau kemana mereka? Kalau ada Taehyung aku jadi tidak bisa berbicara dengannya. Taehyung tidak boleh tau hal ini. Aku tidak mau menyakitinya lagi. Tapi kalau bukan saat ini kapan lagi aku berani berbicara dengannya. Akhirnya aku memutuskan menyusul ke arah mereka berjalan tadi, taman kampus.
Sesampainya di taman kampus, aku terkejut. Yoongi mencengkeram kerah baju Taehyung dengan kuat. Apa yang sedang mereka bicarakan?
TBC
