Regretful

2K 216 28
                                    


Aku ingin sedikit menceritakan penyesalanku yang teramat dalam. Suatu momen yang paling kusesali seumur hidupku dan tak pernah kulupa hingga kapanpun, selama aku masih bernapas.

Aku memiliki keluarga kecil bersama istriku yang sangat cantik dan sangat kucintai, Son Seungwan. Selama sepuluh tahun pernikahan kami, kami dikaruniai tiga orang putra dan putri yang tampan dan cantik. Min Seunggi, Min Yoonji, dan Min Seungri.
Kami merupakan keluarga bahagia kala itu. Keluarga yang membuat siapa saja yang melihatnya iri setengah mati karena keceriaan dan kekompakan kami. Aku sebenarnya tipikal orang yang dingin dan cuek. Tapi semenjak aku mengenal Seungwan yang ceria, duniaku berubah. Aku merasa menjadi orang paling bahagia sedunia kala bersamanya, apalagi dengan ketiga malaikat kecil kami yang ia berikan padaku.

Setiap akhir pekan, aku selalu mengajak keluarga kecilku berlibur. Aku juga selalu memberikan kejutan pada istriku saat hari jadi pernikahan kami setiap tahunnya.
Sepuluh tahun yang sangat membahagiakan dalam hidupku. Keluarga yang harmonis, karir yang cemerlang. Aku tak merasakan kekurangan suatu apapun.

Sampai akhirnya, suatu hari ayahku, yang merupakan direktur dan pemilik perusahaan tempatku bekerja, merasakan ingin istirahat pada rutinitas kantor yang membuatnya letih. Beliau menyerahkan jabatan tertinggi perusahaan yang sebelumnya ia tempati, kepadaku.

Aku tidak bisa menolak, tentu saja. Selain karena keputusan ayahku yang selalu mutlak, tidak dapat dibantah, tidak ada penerus yang lebih berkompeten selain aku baginya. Aku adalah anak tunggal.

Sebenarnya, impianku adalah menjadi produser musik ternama yang mempunyai studio sendiri. Namun, kedua orangtuaku menentangnya, dan memintaku meneruskan perusahaan mereka.

Rutinitasku berubah. Aku menjadi pria super sibuk, sering pulang malam untuk mengerjakan pekerjaan kantor, hingga jarang menghabiskan waktu bersama anak-anakku. Malam hari, sepulang kerja, mereka sudah tertidur lelap. Pagi hari, malaikat kecilku belum ada yang terbangun dari tidurnya karena aku harus berangkat pagi-pagi buta menuju kantor.

Istriku pun sama. Aku menjadi jarang berkomunikasi dengannya. Jarang bermesraan dengannya, jarang menghabiskan waktu bersama. Bahkan pelukan hangat pun aku sudah lupa kapan terakhir kali kami melakukannya. Malam hari saat aku pulang tidak ada sapaan hangat darinya. Dia terlalu letih bekerja membuat kue pesanan, dan aku yang terlalu letih bekerja di kantor. Intinya, kami berdua sama-sama sibuk memikirkan pekerjaan kami.

Akhir pekan pun aku lebih banyak menghabiskan waktu untuk beristirahat seharian. Bahkan tak jarang ada saja pekerjaan dadakan yang minta diperhatikan.

Lama-kelamaan aku bosan dengan rutinitasku yang seperti ini.

Aku kembali menjadi Min Yoongi yang dingin dan keras. Aku menjadi sering membentak dan marah-marah. Karyawan di kantor aku marahi. Bahkan tak jarang aku memarahi anakku yang tidak bersalah apa-apa.
Saat itu aku sedang mengerjakan pekerjaan kantor di ruang kerjaku di rumah. Ketiga anakku datang menghampiriku untuk mengajak bermain.

“Pa, ayo kita main.” ajak Seunggi.

“Papa lagi sibuk. Kalian main bertiga saja.”

“Pa..pa..ayo main.”

“Pa, aku mau belenang.”

Mereka terus merengek sampai menarik-narik bajuku meminta main bersama. Aku yang sedang dipusingkan dengan berbagai laporan di hadapanku, akhirnya membentak mereka menyuruh untuk pergi dari ruanganku.

Mereka yang kaget karena aku berteriak, langsung menangis. Terlebih si kecil Seungri. Seunggi keluar ruangan lebih dulu. Tak lama, Seungwan masuk ke ruanganku.

“Kak, kamu kenapa bentak anak-anak?”

“Mereka mengganggu pekerjaanku. Bawa anakmu keluar.” Perintahku pada Seungwan.

Diary of WendyTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang