1. Tentang Hilda

653 42 11
                                    

Malam minggu Hilda.

Ngiasin kamar, selfie pake hape, gila-gilaan pake vidio call, dan... Liat bintang (lagi)

Hilda menulis agenda malam minggunya di buku agendanya. Tertulis disampul bukunya 'Malam Minggu Hilda'. Hilda senyum-senyum sendiri kayak orang... Kesetanan, gila, dan keliatan kalau jomblo.

Hilda melanjutkan aktivitas malam minggunya dengan menata kamarnya sampai rapi lalu menghiasnya dengan tumblr light, dan pita yang sudah ia siapkan. Tak lupa pula, ia meletakkan boneka Minions kesukaannya di atas almari dan meja belajarnya.

Setelah semua acara hias menghiasnya selesai, ia mengambil ponselnya dan memakai bando warna ungu lalu berfoto ria. Berbagai gaya seperti manyun kayak orang kesal, senyum kayak orang bahagia, nyengir jahil, dan sampai gaya formal pun ia lakoni untuk mengisi malam minggunya.

Agenda satu dan dua selesai, tinggal agenda ke tiga. Vidio call dengan dua sahabatnya yang ya, bisa dibilang otaknya tinggal separuh. Hilda memilih aplikasi Line lalu menghubungi salah satu temannya dulu. Namanya Charin. Bukan Awkarin, ya.

"Ih! Kok nggak bisa, sih! Si Keran kemana coba?" gerutu Hilda dengan bibir manyun kayak waktu selfie ria tanpa batas kuota. Eh, tanpa batas waktu. "Yaudah, deh. Coba si Ipong aja. Kali aja bisa."

Sepuluh detik.

Belum ada jawaban. Hilda sudah malas menunggunya lalu melihat ke lain arah. Awalnya hanya pandangan datar sebelum... "BEGO! Hape Ipong kan rusak, pe'a!" Hilda merutuki dirinya sendiri dan menepuk jidatnya yang sudah kayak bandara.

Dengan malas, Hilda melempar ponselnya ke kasur dan merebahkan tubuhnya. Matanya menatap lurus pemandangan langit malam dari jendela kamarnya yang sengaja ia buka tiap malam minggu.

Sudah kelas 12 tapi Hilda masih seperti anak-anak yang suka liat bintang dan kadang manja. Suka joget-joget sendiri kayak orang gila lepas dari kandang, kadang juga senyum-senyum sendiri. Hilda bukan pula cewek yang sering dugem dan keluar malam walau di rumahnya lebih sering tidak ada orang.

Malam minggu Hilda memang tak selalu ramai. Kadang, hanya sekali dalam sebulan seluruh agenda malam minggunya dilakukan secara urut dan lengkap. Namun, sebagian besar tidak pernah lengkap dan kadang acak.

"Kadang gue pengen kayak bulan, dia cuma satu, tapi ada seribu bintang yang menemaninya setiap malam. Sedangkan gue? Di saat sahabat gue ilang, gue punya siapa? Pacar aja nggak ada. Nasib jomblo, dah." gerutu Hilda sambil menatap bintang dan bulan yang bersebelahan dan nampak indah menghiasi langit malam.

Miaww...

Suara kucing yang lumayan keras itu membuyarkan lamunan Hilda dan mengalihkan pandangannya dari langit ke arah pintu kamarnya yang sedikit terbuka. Disana sudah ada seekor kucing persia dengan bulu warna putih yang mengintip. Seakan tahu bahwa Hilda kesepian.

"Eh, Mions, sini dong! Duh, tau aja kalo majikanmu ini sedang kesepian." ucap Hilda. Seakan tahu apa yang dimaksud Hilda, kucing yang diberi nama Mions itu datang dan meloncat keatas kasur Hilda lalu menggelung disana menemani Hilda.

Hilda merasa beruntung memiliki kucing seperti Mions, ketika semua orang pergi meninggalkannya dalam sepi, dia itu datang untuk setia menemani.

***

A/N

Modal nekat aja dah publish nya :) happy reads gays :)💞

Jangan lupa vomentnya yaaa💝 ditunggu :v

Selamat malam minggu 💕

Malam Minggu Hilda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang