16. Tugas kelompok

87 8 0
                                    

Bu Nuryani adalah guru biologi dengan sejuta kejutan. Guru dengan sejuta kelembutan. Tidak hadir jam pertama, malah hadir di jam terakhir dan mengambil jam pelajaran bahasa Inggris yang katanya sang guru tidak bisa hadir. Padahal, bahasa Inggris adalah mapel paling ditunggu karena bisa tidur sewaktu-waktu.

Tapi kali ini Bu Nurya seakan mengambil hak siswa. Jam pelajaran itu malah diambil Bu Nurya. Kalau bukan guru, pasti semua murid sudah protes.

"Kali ini, kalian akan saya beri tugas untuk membuat laporan pengamatan. Satu kelompok berisi dua orang dan sudah saya tentukan. Yang protes silahkan memberikan jaminan." ucap Bu Nurya lalu mulai menyebutkan anggota kelompoknya.

"Kelompok pertama ada Hansel Albert Devanuelo dan Chatarina Adinda. Kelompok dua ada Hilda Widya Develine dan Alifania Rizki Azza. Kelompok tiga ada Laudya Gracelin dan Anggara Chandra Dwipa. Kelompok empat..."

Ifa menyenggol tangan Hilda yang sedang menulis sesuatu di bukunya. Hilda melirik ke arah Ifa dengan pandangan horor. Sedangkan Ifa melihat ke arah buku Hilda. Hilda sedang menggambar sesuatu dan senggolannya tadi membuat gambar Hilda jadi tercoret.

"Sori, hehe.. Lo kok nggak sekelompok sama Hansel, sih?" tanya Ifa setelah Hilda membenahi gambarnya.

Hilda hanya mengedikkan bahu lalu melanjutkan kegiatan menggambarnya yang tertunda.

"Lo nggak ada masalah kalau Charin sekelompok sama Hansel?" tanya Ifa lagi.

Hilda menengok ke arah meja Hansel. Sekarang ia sudah duduk bersama Charin untuk membahas tugas kelompok yang tadi disuruh Bu Nurya. Kalau diperhatikan dan dipikir lebih dalam, Charin itu orangnya sangat mudah bergaul dan pandai bicara. Berbeda dengan Hilda. Bahkan cewek itu pintar sekali dalam hal fashion ataupun tata rias. Bagaimana kalau Hansel malah melirik Charin?

Hilda menggelengkan kepalanya kuat-kuat. Charin itu sahabatnya. Tidak mungkin dia menghianati Hilda. Lagipula, Charin itu sudah punya pacar. Untuk apa menggoda Hansel yang juga sudah punya penjaga. Bahkan sahabatnya sendiri.

Hilda kemudian melirik ke arah Ifa. Cewek itu sedang membuka buku biologi dan mencatat apa yang ada di papan tulis. Hilda tidak boleh berpikir yang aneh-aneh. Hilda mengusap wajahnya gusar. Kemudian matanya melirik ke arah Hansel dan Charin. Mereka terlihat sangat akrab. Bahkan terkadang tertawa. Hilda tetap membuang pikirannya. Apa salahnya mereka akrab? Toh mereka adalah teman sekelas dan sekarang menjadi satu kelompok.

"Fa, ke kamar mandi, yuk. Gue mau cuci muka." ajak Hilda alih-alih ingin mencari udara segar.

Ifa mengangguk lalu ijin kepada Bu Nurya yang duduk di singgasananya. Hilda dan Ifa keluar dari kelas. Baru sampai separuh jalan, tubuh Hilda tertabrak seorang cewek yang Hilda tau bernama Dhena. Cewek kelas 11 IPS yang selalu bolos setiap jam pelajaran tertentu.

"Maaf, Kak. Gue lagi mau lari dari kejaran Pak Budi. Oh ya, kalau si kumis itu nyari gue, bilang gue ada di perpustakaan, ya! Babay!" ucap Dhena lalu lari meninggalkan Ifa dan Hilda.

Hilda menatap Ifa dengan pandangan bertanya. Sedangkan Ifa hanya terkekeh melihat Dhena yang sudah lari menjauh.

"Dhenaya! Awas ya kamu! Ifa sama Hilda lihat Dhenaya enggak?" tanya Pak Budi yang sudah ada di depan mereka.

"Ke perpustakaan, Pak." jawab Hilda. Pak Budi pun langsung berjalan cepat menuju perpustakaan yang tidak jauh dari koridor kelas dua belas.

Hilda dan Ifa meneruskan perjalanannya ke kamar mandi. Setelah sampai, Hilda masuk dan mencuci mukanya. Ia terlalu ngantuk karena pelajaran fisika sebelum datanglah sang Biologi. Ifa mendekati Hilda yang termenung menatap bayangannya di cermin. Wajahnya yang masih basah membuat pandangan Hilda sedikit buram.

"Kenapa, Hil? Masih mikirin soal Hansel, ya?" tanya Ifa lalu mencuci tangannya.

"Setengah, Fa. Baru kali ini gue mikirin cowok sampai takut diambil orang. Padahal Charin kan sahabat gue juga, Fa. Gue benci kalau udah kayak gini." sahut Hilda sambil menata rambutnya yang berantakan.

"Kalau gitu, lo harus bisa bikin Hansel selalu melirik ke elo. Jangan sampai dia kepincut orang lain."

"Caranya?"

"Ya lo harus buktiin kalau lo itu sayang sama Hansel. Lo harus kasih perhatian lebih ke dia. Pokoknya buat Hansel itu sayang banget sama lo."

Hilda mengangguk paham lalu tersenyum ke arah Ifa. "Makasih sarannya. Gue bakal coba. Ayo cepet balik."

Hilda menarik tangan Ifa lalu keluar dari kamar mandi. Pikirannya tidak berhenti untuk memikirkan cara agar ia bisa mempertahankan Hansel. Memang agak berlebihan, tapi Hilda menyayangi Hansel. Ia tidak mau kehilangannya meski dulu Hilda membencinya. Hilda menarik nafas. Kenapa perasaannya bisa berbalik seratus delapan puluh derajat? Dulu, Hilda menginginkan Hansel pergi dari hidupnya. Tapi sekarang? Hilda bahkan berusaha membuat Hansel tetap ada pada dirinya.

Takdir seakan membolak-balik perasaan seseorang seenaknya.

"Fa, itu yang ada di podium siapa? Yang lagi ngedance itu?" tanya Hilda karena pandangannya jatuh pada seorang cewek dengan rambut cokelat dan mata biru yang menawan.

"Oh, itu. Itu namanya Carlava. Katanya minggu depan dia ikut lomba dance. Cakep tau. Tapi sayangnya dia pendiam banget." sahut Ifa.

Hilda mengangguk. Matanya masih menetap pada gerakan Carlava. Hilda mengenal lagu itu. Dari salah satu girlband Korea bernama Blackpink yang sedang tenar saat ini. Hilda juga suka lagu itu. Gerakan Carlava sangat menawan yang berpadu dengan alunan lagu Ddu-Du Ddu-du. Bahkan tidak kalah dengan gerakan asli dari Blackpink. Sungguh sempurna.

Hilda kemudian masuk ke dalam kelas setelah puas melihat Carlava sebagai salah satu refreshing. Hilda kemudian duduk di kursinya. Matanya jatuh kembali pada Hansel dam Charin yang masih sibuk bicara. Sekarang, untuk pertama kali Hilda merasakan rasanya cemburu karena seorang cowok bernama Hansel.

***

Haii!

Maaf ya baru update dan maaf gara-gara Sabtu kemarin nggak update karena terhalang padatnya acara dan jadwal.

Jangan lupa baca Adhena juga yaa :))
See you💙

Malam Minggu Hilda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang