"Gue nggak peduli ya, pokoknya lo harus kasih gue yang lebih bagus!" kata seorang cewek kepada seorang cowok yang menghela napas lalu mengusap puncak kepala si cewek dengan lembut.
Cowok itu tersenyum lalu memeluk sang cewek yang bibirnya sudah maju lebih dari lima senti.
"Tenang aja. Gue pasti kasih yang lebih. Jangan monyong gini. Gue nggak suka." ucap si cowok lalu mencubit pipi sang cewek.
"Janji?"
"Iya."
***
Hansel datang menghampiri kawanan manusia yang menjadi pentolan kelas 12 IPA 4. Mereka adalah kawanan paling populer dari kelasnya yang selalu menjadi bahan gosip dari kelas lain maupun adik kelas yang tidak sengaja bertemu dengan kawanan itu.
"Darimana lo?" tanya Ardo lalu memakan nasi milik Surya dengan seenak jidat.
"Dari kantin. Kalian lihat Hilda, nggak?" tanya Hansel lalu melirik jam tangan yang melingkar di tangannya.
Ardo, Surya, dan Angga kompak menggeleng. Hansel menghela napas. Ini sudah pukul empat sore. Dan Hilda belum juga muncul. Dimana dia? Apa Hilda lupa kalau sekarang ada pertemuan penting?
"Hansel! Maaf aku tadi ada rapat mading dulu." ucap Hilda yang tiba-tiba datang.
"Ku kira kamu lupa. Yaudah langsung pergi aja, ya." sahut Hansel lalu menggandeng tangan Hilda untuk segera pergi.
"HEY HEY!!"
Hansel menoleh ke belakang karena seruan teman-temannya yang cukup memekakkan telinga.
"HEY TAYO DIA BIS KECIL MARAH!"
Karena merasa kesal, Hansel langsung menarik tangan Hilda agar cepat pergi menghindari kerumunan tidak wajar itu.
"Tidak semudah itu, Ferguso." ucap Angga yang tiba-tiba mencegah Hansel dan Hilda.
"Kau mau apa lagi, Yanto?" tanya Hansel.
"Aku lapar, Antonio."
"Memangnya aku peduli padamu wahai Ramirez?" tanya Hansel sambil tersenyum miring lalu meninggalkan teman-teman laknatnya sambil menggandeng tangan Hilda.
Hilda dan Hansel menuju parkiran lalu masuk ke mobil Hansel yang kebetulan diparkirkan di barisan awal. Hilda meremas tangannya. Hawa dingin dan panas mulai menyelimutinya sekarang. Jantungnya berdetak lebih kencang daripada biasanya.
"Santai aja kali, Neng." ucap Hansel yang seakan mengerti perasaaan Hilda. Hansel mengacak rambut Hilda lalu menggenggam tangannya sambil tersenyum tulus.
Tapi Hilda bukan tipe manusia yang ketika dimanja terus jadi tenang. Ia malah semakin deg-degan.
Mobil hansel memasuki halaman rumah dengan dominasi tembok bercat krem. Rumah minimalis yang halamannya dipenuhi tumbuhan hijau itu menambah kesan asri dari rumah ini. Hilda yakin pasti ini semua hasil karya jari jemari Mama Hansel.
"Mama, Hansel bawa orang, nih." ucap Hansel yang membuat pipi Hilda seketika memerah.
Mama Hansel kemudian keluar dari dapur menuju ruang tamu yang ada di depan. Menyambut Hilda dengan senyuman yang cerah. Seketika rasa takut Hilda hilang karena senyuman itu.
"Hai, cantik! Ini pasti pacarnya Hansel, kan? Pinter juga itu anak milihnya yang bening gini." Mama Hansel memuji Hilda masih dengan senyuman yang tidak pudar cerahnya.
"Iya, Tante. Saya Hilda." sahut Hilda lalu menyalami tangan Mama Hansel.
"Duduk dulu ya, Hil. Gue mau ganti baju dulu. Ma, ceweknya Hansel jangan dimarahin, loh." ucap Hansel lalu tertawa dan pergi meninggalkan Hilda bersama dengan Mamanya.
Mama Hansel menggeleng melihat kelakuan putranya yang sepertinya sudah sangat mencintai Hilda sampai memberi pesan kepada Mamanya seperti itu. Siapa juga yang mau memarahi Hilda yang menurut Mamanya adalah calon menantu yang pas.
"Diminum ya, Sayang. Tante buatin jus jambu kesukaan kamu, nih." ucap Mama Hansel setelah mengambil minum dari dapur dan memberikannya ke Hilda.
"Kok Tante tau? Hansel ngasih tau, ya?" tanya Hilda heran.
"Iya, dong. Dia itu setiap kumpul keluarga selalu aja bahas kamu. Makannya Mama jadi penasaran kayak apa sih ceweknya Hansel. Ternyata lebih dari yang diceritain Hansel." jawab Mama Hansel tidak lepas dari senyum ramahnya yang selalu menghiasi wajah cantiknya.
Hilda tersipu malu. Hilda rasanya ingin terbang ke angkasa sekarang karena ucapan Mama Hansel yang membuatnya menjadi super kepedean.
"Langgeng terus ya sama Hansel. Kalo kamu bisa nikah sama dia, Mama bakal adain pesta yang besar." ucap Mama Hansel yang membuat jantung Hilda seperti mencelos.
"Kita masih kecil, Tante. Masih anak kemarin sore." sahut Hilda semakin tersipu malu. Mama Hansel memang jagonya membuat Hilda tersipu malu setiap saat.
"Kan direncanakan dulu. Diminum ya, Sayang. Tante ke belakang dulu."
Hilda tersenyum mengangguk kepada Mama Hansel. Mama Hansel ternyata sangat ramah. Beliau berhasil meruntuhkan anggapan bahwa Mama Hansel itu galak. Jadi, apakah yang dikatakan Mama Hansel agar mereka bisa menikah itu menjadi kenyataan di masa depan? Sekarang Hilda seperti kena doktrin ingin cepat menikah muda seperti yang diimpikan teman-temannya ketika mata pelajaran matematika sedang berlangsung.
"Mikir apa sih, gue?"
***
Hai aku back!❤️
Maaf ya updatenya super lama :(
Semoga setelah ini aku bisa rutin lagi yaa💜
See youu💞
KAMU SEDANG MEMBACA
Malam Minggu Hilda [COMPLETED]
Proză scurtăIni kisah malam minggu seorang cewek bernama Hilda Widya Develine. Malam minggunya ia habiskan seorang diri dengan cara menghias kamarnya dengan tumblr light, stiker minions, atau sibuk berselfie ria dan vidio call dengan sahabatnya. Semua itu ia...