17. Ada yang beda

92 10 1
                                    

Sudah seminggu ini Hilda jarang bertemu Hansel. Ucapan Hansel yang akan mengenalkan Hilda pada Mama Hansel pun belum terlaksana. Hilda mengerti waktu seminggu itu digunakan kelasnya untuk mengerjakan tugas biologi yang maha banyak dari Bu Nurya. Waktu mereka untuk sekedar mengobrol pun jadi berkurang.

Hilda duduk di kursi ruang dance di sekolahnya. Tempat ini adalah tempat rahasia Hilda untuk menenangkan diri dari masalah. Meskipun ia tidak ikut ekskul dance saat kelas sebelas ataupun kelas sepuluh, tapi Hilda menyukai ruangan ini. Dan di sini, Hilda bisa melihat beberapa anak dance latihan.

"Weh, ada pacarnya si songong Hansel, nih. Ngapain lo disini, kak?"

Hilda mendongak dan menyelipkan rambutnya ke belakang telinga. Ternyata Dhenaya. Cewek urakan yang selalu cari masalah tapi terlalu baik kepada orang yang selalu membutuhkan. Dhena tampil dengam seragam yang tidak dimasukkan kedalam rok dan menggerai rambutnya.

"Nenangin pikiran. Lo sendiri ngapain?" tanya Hilda balik.

"Nih, makan. Gue nggak mau diganggu kalau lagi makan. Lagian, gue mau ngawasin itu bocah satu." jawab Dhena sambil memasukkan nasi ke mulutnya. Matanya masih menatap cewek dengan rambut cokelat muda yang ada di depan mereka. Carlava. Bahkan Hilda tidak tau kalau Carlava masuk ke ruangan ini.

"Eh, Casava! Sini lo." panggil Dhena lalu mengeluarkan sebuah speaker kecil dari tasnya. "Speaker di sini pada modar. Pake aja punya gue. Tapi inget, lo jogetnya yang bener."

Carlava menghela nafas karena Dhenaya salah menyebut namanya. Tapi dia tetap mengangguk dan bersiap untuk latihan dance.

"Lo kenapa? Ada masalah sama Hansel?" tanya Dhena yang sudah selesai makan.

"Nggak tau. Tapi dalam satu minggu ini, gue ngerasa makin jauh sama dia."

"Loh? Kenapa emang?"

"Kelas gue ada tugas kelompok. Sedangkan gue nggak sekelompok sama dia. Entah kenapa, sejak itu kita jarang komunikasi. Ya, emang gue sadar kalau kita sibuk sama tugas. Tapi gue nggak suka kalau sampai lost contact begini. Walaupun kita emang ketemu di kelas. Tapi rasanya beda."

Dhena mengangguk lalu meneguk minumannya dan kembali bicara. "Kenapa lo nggak chat dia duluan? Jangan gengsi buat mulai."

Hilda terdiam. Iya juga, ya? Kenapa Hilda tidak mencoba untuk memulai chat dengan Hansel saja? Hilda mengangguk. Tidak ada salahnya si cewek duluan yang memulai obrolan, bukan?

"Emang yang satu kelompok sama Hansel siapa?" tanya Dhena.

"Charin."

"Charin?" tanya Dhena setengah terkejut. Hilda mengangguk sambil membuka ponselnya.

"Kenapa? Lo emang kenal sama dia?"

"Gue kenal manusia seantero sekolah ini. Kecuali beberapa orang yang nggak pernah bolos." sahut Dhena lalu fokus pada Carla yang sudah selesai latihan.

Carla duduk di sebelah Dhenaya lalu memberikan speaker mini kepada Dhena. Diam-diam, Dhena memperhatikan Hilda yang membuka ponselnya. Terlihat di sana ada room chat Hansel.

Hansel Beloved❤: Hari ini aku mau ngenalin kamu sama Mama. Maaf ya dari kemarin aku nggak hubungin kamu. Pokoknya, nanti kamu ikut aku. Aku lagi di jalan mau ke sekolah kalau kamu rindu.

"Hansel Beloved? Iyuh banget namanya. Gue baru tau kalau orang kalem kayak lo bisa se-alay Hansel." komentar Dhena pada Hilda.

"Syirik aja lo, netijen."

"Halah, tadi galau. Sekarang ngatain gue syirik."

Hilda terkekeh pelan lalu membalas pesan dari Hansel.

Hilda: Ngapain rindu sama kamu. Buang-buang waktu.

Hansel Beloved❤: Yakin kamu nggak rindu? Nanti kalau aku hilang kamu baru tau.

Hilda: Ya nggak usah ngilang. Gitu amat susah.

Hansel Beloved❤: Jahat banget pacar aku sampai pengen cubitttt!

Hilda: Cepet sampai sekolah!

Hansel Beloved❤: Ya ini, ciri-ciri orang rindu nggak mau ngaku.

Hilda terkekeh tanpa berniat untuk membalas pesan terakhir dari Hansel. Hanya karena pesan singkat dari Hansel, mood Hilda kembali pulih. Sekarang ia tak memikirkan hal yang bersangkutan dengam Hansel. Kenapa Hansel berbakat sekali dalam mengubah perasaan Hilda dalam waktu sepersekian detik?

Hilda menompang dagunya dengan kedua tangan. Memandang lurus-lurus kedepan. Namun bibirnya mengulas senyum yang terlihat amat bahagia. Seumur-umur Hilda pernah pacaran, baru kali ini Hilda dibuat sebahagia ini.

"Kakak kelas lo lagi gila, La." kata Dhena pada Carla.

"Nggak ngaca?" tanya Carla dengan nada datar.

"Yeee, gue ini selalu ngaca tau. Kalau yang satu ini kayaknya nggak pernah, deh."

Hilda langsung meneloyor kepala Dhena dan tertawa. "Syirik mulu deh para netijen. Jangan-jangan lo ikut komen soal masalah Bowo Alpenliebe itu lagi?"

"Enak aja!" bantah Dhena.

Hilda tertawa lalu melenggang pergi menuju kelasnya karena yakin Hansel sudah datang. Dhena yang masih ada di ruangan dance menghela nafas.

"Semoga lo baik-baik aja sama si songong dari goa demit itu, kak."

Hilda berjalan santai dengan senyum yang terus mengembang. Koridor sudah lumayan ramai pagi ini karena lima belas menit lagi bel masuk berbunyi. Hilda masuk ke kelasnya dengan langkah yang ringan. Namun langkah itu mendadak berhenti karena melihat Hansel yang sedang tertawa bahagia bersama sahabatnya, Charin. Dan yang membuat nafas Hilda sesak adalah ketika tangan Hansel mengacak rambut Charin dengan santai.

"Hansel?"

***

Halo! Comeback setelah dua minggu hiatus :v

Maaf ya telat update gara-gara banyak urusan dulu. Sok sibuk. Wkwkwk :v

Terimakasih telah membaca kisah Hilda💙

SeeYou❤

Malam Minggu Hilda [COMPLETED]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang